KABARLAH.COM, PEKANBARU – Organisasi dan karyawan memiliki hubungan yang berkaitan antara kinerja dan kepuasan kerja. Untuk meningkatkan kinerja dan kepuasan kerja diperlukan perilaku organisasi yang baik.
Perilaku organisasi diartikan sebagai sikap dan perilaku individu maupun kelompok dalam organisasi, yang berkaitan dengan studi sistematis tentang sikap dan perilaku yang membahas tentang pribadi maupun antar pribadi di dalam konteks organisasi.
Pada suatu organisasi terdapat orang yang mengendalikan bagaimana organisasi dapat berjalan dengan baik. Seorang pemimpin memiliki gaya nya tersendiri dalam menjalankan suatu organisasi.
Gaya kepemimpinan terdiri dari tindakan seseorang dalam konteks organisasi tersebut, maka cara termudah untuk membahas berbagai jenis gaya ialah dengan menggambarkan jenis organisasi atau situasi yang dihasilkan oleh atau yang cocok bagi satu gaya tertentu.
Gaya kepemimpinan yang baik adalah yang sesuai dengan lingkungan yang terdapat pada organisasi baik itu latar belakang pendidikan, ekonomi, maupun pengalaman yang dimiliki.
UMKM adalah sebuah kegiatan usaha yang dijalankan oleh masyarakat dengan tujuan memperluas lapangan pekerjaan serta memberi pelayanan ekonomi kepada masyarakat secara luas.
Situasi pandemi telah mempengaruhi banyak aspek salah satu nya terkait aspek ekonomi. Pada masa pandemi banyak organisasi yang berjuang mulai dari mengatur ulang strategi dalam mengelola organisasi, dan tidak luput pula perihal gaya kepemimpinan selama masa pandemi.
Salah satu dampak pandemi ialah UMKM di Indonesia, berdasarkan data dari kementerian koperasi yang menggambarkan bahwa 1.785 koperasi dan 163.713 pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) terdampak pandemi virus corona (COVID-19) (Andi, 2020).
Serta berdasarkan laporan Badan Pusat Statistik (BPS) yang dikumpulkan pada pertengahan tahun 2020 hampir 60% pelaku usaha masih tetap menjalankan usaha mereka dan hanya 8,76% yang benar-benar menghentikan usahanya karena berbagai alasan.
Pada tanggal 15 Maret 2020 pemerintah Indonesia menghimbau kepada seluruh masyarakat untuk bekerja, sekolah dan beribadah dari rumah. Maka organisasi membuat kebijakan untuk melakukan pekerjaan dari rumah atau yang disebut work from home (WFH).
Kebijakan WFH menyebabkan berbagai perubahan yang cukup signifikan seperti dalam metode kerja atau cara perusahaan beroperasi. Begitu pula hubungan antar karyawan dan pemberi kerja.
Ketika melakukan work from home karyawan akan terpisah dengan rekan kerja nya sehingga terjadi kurangnya komunikasi yang bisa menyebabkan kehilangan motivasi.
Pimpinan memiliki tantangan ketika organisasi nya menerapakan work from home, dimana para pimpinan mencari cara yang tepat dan efektif guna meningkatkan kinerja karyawan.
Pemimpin harus memiliki cara lain untuk bisa beradaptasi dengan sistem virtual, dimana dalam keadaan lingkungan jarak jauh para pemimpin harus mempunyai gaya kepemimpinan yang lebih inklusif.
Kesulitan memantau kinerja, kesulitan mengukur tingkat produktivitas pekerja, kesulitan mendorong integritas tim, merupakan beberapa hal yang menjadi tantangan bagi pemberi kerja atau pimpinan.
Keberhasilan dan kegagalan organisasi atau perusahaan ditentukan oleh kepemimpinan, dimana bentuk kepemimpinan yang efektif akan memiliki pengaruh terhadap kemajuan perusahaan.
Pada saat ini banyak pimpinan yang memerintahkan karyawan untuk melaksanakan pekerjaan dari rumah (work from home). Walaupun pekerjaan dilakukan dari rumah namun pimpinan tetap memastikan pekerjaan yang dilakukan karyawan harus tetap efektif dan produktif.
Penulis : Dinda Nur Fahira – 180301320, dan Efa Agustina – 180301305
Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Muhammadiyah Riau