KABARLAH.COM, PEKANBARU – Pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan sebagai proses untuk menambahkan ilmu pengetahuan agar mampu hidup secara mandiri.
Pendidikan sebagai harapan anak bangsa dan masyarakat Indonesia untuk keluar dari jeratan kesulitan ekonomi dan menghapuskan kesenjangan yang ada.
Dalam memerangi kedua hal ini, pendidikan diharuskan memiliki mutu yang terjamin sehingga menhasilkan output yang berkualitas. Output pendidikan dapat dilihat dari hasil belajar siswa setelah melakukan evaluasi pembelajaran.
Jika dirasa output yang dihasilkan kurang memuaskan diharapkan pihak sekolah memperbaiki strategi dan peranan komite sekolah maupun organisasi agar dapat memenuhi mutu pendidikan yang ingin dicapai.
Perilaku organisasi adalah proses pembelajaran yang terjadi pada masing masing individu di lingkungan organisasi . Dalam organisasi biasanya dilakukan sebuah kegiatan manajemen yang dijalankan secara bersama sama dalam organisasi tersebut.
Organisasi dalam bidang pendidikan bertujuan untuk mencapai tujuan pendidikan. Strategi pendidikan yang telah dibentuk tanpa adanya kualitas dari perilaku organisasi, strategi tersebut seperti tiada gunanya.
Perilaku organisasi berpengaruh terhadap peningkatan dan mutu pendidikan . Output pendidikan dapat dicapai terlebih dahulu jika mutu pendidikan berkualitas.
Peran organisasi kebanyakan memiliki tugas untuk mengatur, mengawasi dan mengevaluasi jalannya proses pendidikan agar proses pendidikan sesuai dengan yang diinginkan sehingga tujuan pendidikan dapat tercapai.
Manajemen strategik adalah sejumlah keputusan dan tindakan yang mengarah pada penyusunan suatu strategi atau sejumlah strategi yang efektif untuk membantu mencapai sasaran perusahaan.
Strategi pendidikan memang perlu direncanakan sedemikian rupa sesuai dengan karakteristik peserta didik agar tujuan pendidikan dapat tercapai. Karakterisitik peserta didik memang memiliki keunikan. Belum tentu setiap sekolah memiliki karakteristik yang sama.
Untuk di sebut lah adanya sekolah favorit dan sekolah buangan. Bukan maksud mendeskriminasi, pada sekolah favorit, peserta didik memiliki kesadaran diri akan belajar dan memenuhi kewajibannya.
Kebanyak peserta didik dalam sekolah favorit juga aktif dan mau berpartisipasi dalam proses pembelajaran. Berbeda dengan peserta didik di sekolah buangan yang mana karakteristik siswa nya cenderung malas dan susah diatur, sehingga kadang strategi yang telah dibuat memang tidak cocok dengan karakteristik tersebut yang menyebabkan tujuan pendidikan tidak dapat tercapai.
Sejatinya pendidikan Indonesia sejak dulu memang memiliki output yang kurang memuaskan terbukti dari rendahnya kualitas SDM yang dihasilkan.
Apalagi adanya budaya yang buruk dalam sekolah seperti menyontek, membuat output pendidikan yang tertulis seperti tidak sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya. Apalagi saat sedang terjadi pademi covid19 seperti ini.
Pandemi Covid19 menyebabkan banyak mobilitas menjadi terganggu. Termasuk pendidikan yang harus terhambat karena adanya pandemi ini. saat awal terjadinya pandemi Covid19, sekolah memberikan kebijakan libur dua minggu yang mana dahulu difikirkan bahwa dalam waktu dua minggu pandemi bisa di selesaikan.
Nyatanya kegiatan pendidikan memang tidak bisa lagi dilaksanakan dengan tatap muka karena adanya resiko penularan yang ditimbulkan. Maka muncullah gagasan pendidikan daring yang mana proses pendidikan hanya mengandalkan teknologi internet seperti Zoom Meeting, Google Meet dan Whatapps.
Namun sebenarnya gagasan ini hanya menyelesaikan permasalahan tidak dapat melakukan pembelajaran tatap muka saja. Padahal dalam pendidikan banyak proses yang dilakukan bukan sekedar kegiatan belajar mengajar saja.
Meskipun begitu, pendidikan tidak mengenal rasa lelah dan menyerah dimana meskipun ada permasalahan seperti itu, pendidikan harus terus melakukan inovasi untuk penyelesaian masalah yang mungkin muncul saat pembelajaran jarak jauh.
Identifikasi masalah dilakukan dan ditemukan permasalahan bahwa pendidikan yang dilakukan pada masa pandemi Covid19 seringkali menimbulkan masalah baru dimana banyak siswa yang tidak jujur dan mengabaikan proses belajar mengajar.
Ditambah tidak adanya pengawasan yang dilakukan sehingga membuat perilaku ini terus dilakukan karena tidak adanya sanksi yang diterima.
Penulis : Chandra Laksmana 180301315 dan Wella Rosa Lina 180301276
Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Muhammadiyah Riau
Discussion about this post