KABARLAH.COM – Sel-sel otak anak bisa rusak, ketika ia dibentak. Maka, hindari marah-marah ke anak. Kalaupun harus marah, jangan sampai membentak.
Penelitian-penelitian sudah berkali-kali menjabarkan hal ini. Nabi Muhammad pun tak pernah membentak anak-anak dan cucu-cucunya. Anehnya, sebagian kita masih saja membantah, seolah-olah lebih pintar daripada para peneliti.
Tapi penelitian kan bisa salah! Kalau penelitian saja bisa salah, apalagi pendapat ente, hehehe. Berhentilah berbantah-bantahan tanpa ilmu.
Di keseharian, banyak ayah yang salah paham. Menunjukkan tegasnya dengan membentak anaknya. Padahal itu cuma menunjukkan ketidakmampuan si ayah dalam mengelola emosinya.
Bolehkah selalu tegas? Bolehkah sesekali keras? Ya, boleh. Tapi ingat, tegas dan keras bukan berarti membentak. Beda jauh, bro!
1-2 orangtua mendidik anaknya dengan membentak dan memukul. Ternyata kemudian si anak berhasil alias sukses. Tak heran ‘cerita sukses’ inilah yang digadang ke mana-mana. Seolah-olah membentak dan memukul itu baik.
Padahal berbagai penelitian menunjukkan kecenderungan dan statistik yang sebaliknya. Anak yang sering dibentak dan dikerasi, cenderung akan mendendam. Saya yakin kita pernah melihat anak yang seperti ini.
Selain itu, anak yang dikerasi akan berkurang kecerdasannya dan relatif membenarkan kekerasan terhadap orang lain ketika terjadi masalah. Apakah itu yang kita inginkan pada anak kita dan lingkungan kita?
Bicaralah pakai data dan dalil…
Nabi Muhammad pun tidak menganjurkan kekerasan terhadap anak. Adakah kisah Nabi membentak-bentak anak dan cucunya? Tegas 100% beda dengan keras. Sekali lagi, beda.
Di usia tertentu, anak yang meninggalkan sholat boleh ditepuk salah satu anggota tubuhnya. Untuk sekadar mengingatkan. Bukan menyakiti, bukan menciderai.
Akhirnya, hindari marah-marah ke anak. Kalaupun harus marah, jangan sampai membentak apalagi sampai memukul. Sel-sel otaknya bisa rusak.
Ippho Santosa
Discussion about this post