KABARLAH.COM, Pelalawan – Pekerjaan pembangunan rigid Jalan Lintas Timur (Jalintim) di kilometer 23 atau berada tepatnya antara perbatasan Pelalawan, Kampar, dan Pekanbaru, setiap hari semakin kacau balau. Kondisinya sangat dikeluhkan masyarakat pengguna jalan, yang kerap terjebak macet panjang di lokasi ini.
Puncak kemacetan terparah terjadi pada Sabtu (27/3/2022) lalu. Aroma kemacetan tercium sejak siang hari hingga menjelang tengah malam. Dimana sangat banyak masyarakat terjebak dalam kemacetan itu. Dari Pangkalan Kerinci menuju Pekanbaru harus memakan waktu sampai 9 jam, begitu juga arah sebaliknya, bahkan ada yang 10 jam.
Jika kondisi normal dan lancar, jarak tempuh Pangkalan Kerinci menuju Pekanbaru atau sebaliknya, hanya memakan waktu lebih dari 1 jam. Itupun bagi masyarakat bisa berhenti sebentar di SPBU mengisi bensin atau keperluan ke kamar mandi.
Kemacetan tersebut ditenggarai kontraktor pemborong yang tidak bisa mengatur lalu lintas kendaraan baik arah Pelalawan maupun dari Pekanbaru.
Kondisinya diperparah karena kendaraan tertahan tidak bisa bergerak. Hal ini dipicu oleh ulah supir yang tidak sabaran dan saling mendahului. Terlebih lagi tidak adanya petugas yang diturunkan kontraktor mengatur lalu lintas.
Ditambah lagi, di titik pembangunan rigid km 23, merupakan tumpahan mobilitas tinggi kenderaan. Pertama dari Pangkalan Kerinci ke Pekanbaru, tumpahan kenderaan dari dua jalur yakni Jalintim sendiri dan tumpahan dari Jalan Simpang Beringin Maredan. Semuanya bermuara ke sini, yang notabene mobil-mobil besar dan panjang.
Kedua dari arah sebaliknya, merupakan tumpahan kenderaan dari Simpang Pasir Putih dan Jalintim Kulim Pekanbaru, semuanya bermuara di titik pembangunan rigid saat ini. Terlebih lagi, akhir pekan atau weekend aktivitas kendaraan membludak, seperti yang terjadi Sabtu lalu.
Banyak cerita menarik serta keluh kesah masyarakat yang terjebak kemacetan pada akhir pekan kemarin. Seperti yang disampaikan Musrizal, warga Ukui. Ia mengaku bertolak dari Pekanbaru ke Pangkalan Kerinci pukul 17.30 WIB, sampai di Pangkalan Kerinci pukul 04.00 WIB subuh.
“Ini yang terparah, mau mundur balik ke Pekanbaru tidak bisa lagi, terpaksa ngikutin arus. Jam setengah enam sore dari Pekanbaru, sampai di Kerinci (Pangkalan Kerinci) jam empat subuh. Lantaran sudah stres terpaksa terobos jalur kanan dan nyaris berantam (tabrakan) tiga kali dengan sesama sopir,” katanya, Senin (28/3/2022).
Di sisi lain, kata dia, ada temannya dari arah berlawanan pada saat bersamaan banyak yang tidur dalam kenderaan, bahkan ada menepi putus asa. Ada juga tidur di depan rumah-rumah warga. Soalnya di saat itu kenderaan sudah lima lapis dan mundur balik ke Pangkalan Kerinci tidak bisa lagi.
“Banyak diantara warga tidur dalam mobil, bahkan yang dari Pekanbaru baru memilih tidak melanjutkan perjalanan. Ini sudah kacau,” tegasnya.
Melihat kondisi ini, sudah semakin parah, ia mendesak pihak terkait, misalnya Polsek, pemerintahan kecamatan atau desa turun tangan. Misalnya, untuk mengurangi mobilitas tinggi kenderaan tidak menumpuk memberi tahukan kepada masyarakat jalan alternatif.
“Lantaran ini masuk ke Pelalawan, Pemerintah Kecamatan Bandar Sikijang, pihak Polsek harus turun tangan. Informasikan ke masyarakat, kan ada jalan alternatif, arahkan masyarakat kita. Begitu juga dari polisi Pekanbaru atau Polisi Kampar, arahkan mobil-mobil ke jalan alternatif. Jangan diamkan saja melihat penderitaan warga,” harapnya.
Editor : Nodi
Discussion about this post