KABARLAH.COM, Pekanbaru – Gubernur Riau (Gubri) Abdul Wahid menyambut kehadiran delegasi kedutaan besar dari Bangladesh, Fiji, Rwanda, serta perwakilan negara sahabat lainnya. Pertemuan ini berlangsung di Gedung Daerah Balai Serindit, Pekanbaru, Selasa (19/08/2025) malam.
Dalam kesempatannya, Gubri Abdul Wahid memperkenalkan kekayaan alam, potensi investasi, hingga ragam budaya dan adat istiadat yang dimiliki Provinsi Riau. Kehadiran kedutaan besar ini diketahui untuk menyaksikan even budaya Pacu Jalur di Tepian Narosa, Kabupaten Kuantan Singingi.
Ia mengucapkan terima kasih dan selamat datang kepada para tamu kehormatan. Gubri menerangkan bahwa Riau merupakan provinsi yang terdiri dari 10 kabupaten dan 2 kota, dengan posisi strategis di tengah Pulau Sumatera.
“Provinsi ini juga berhadapan langsung dengan Selat Malaka, disana lintas perdagangan dunia yang dilewati ribuan kapal internasional,” ucapnya.
Dijelaskan, bahwa perekonomian Riau berkembang pesat berkat tiga sektor utama, yaitu migas, perkebunan, serta industri pulp and paper. Selain itu, sektor industri lainnya juga tumbuh, menjadikan Riau salah satu daerah dengan kontribusi signifikan terhadap ekonomi nasional.
“Kami membuka peluang kerja sama investasi yang lebih luas dengan negara sahabat. Semoga pertemuan ini bisa menjadi langkah awal yang baik,” jelasnya.
Tidak hanya soal ekonomi, Gubernur Abdul Wahid juga memperkenalkan Riau sebagai tanah Melayu yang kental dengan budaya dan sejarah. Ia menambahkan, provinsi ini memiliki julukan Bumi Lancang Kuning dan sedang diusung sebagai pusat perkembangan budaya Melayu.
“Identitas Melayu yang kuat ini menjadi daya tarik tersendiri, baik bagi wisatawan maupun mitra kerja sama luar negeri,” tambahnya.
Kemudian, ia mengungkapkan bahwa Riau memiliki empat sungai besar yakni Siak, Kampar, Rokan, dan Indragiri.
Keberadaan sungai-sungai tersebut tidak hanya menopang kehidupan masyarakat, tetapi juga melahirkan tradisi budaya yang khas. Satu diantaranya adalah tradisi pacu jalur di Kuantan Singingi yang sudah berlangsung turun-temurun.
Gubri Abdul Wahid memaparkan bahwa pacu jalur bukan sekadar lomba perahu, melainkan sebuah pesta rakyat yang melibatkan seluruh lapisan masyarakat. Warga secara bergotong royong membuat jalur, yaitu perahu kayu panjang yang menjadi kebanggaan setiap desa.
“Besok, Bapak Ibu bisa menyaksikan langsung bagaimana meriahnya tradisi ini,” ungkapnya.
Menurutnya, tradisi pacu jalur menjadi bukti bahwa masyarakat Riau mampu menjaga warisan budaya leluhur. Event ini juga berpotensi besar sebagai daya tarik wisata budaya yang dapat memperkenalkan Riau ke dunia internasional.
“Itulah salah satu bukti budaya di sini, kami mengusung bagaimana Provinsi Riau ini menjadi pusat budaya Melayu. Semoga bapak ibu yang menyaksikan besok, bisa terhibur dan dapat kembali datang lagi ke Riau,” pungkasnya.***