KABARLAH.COM, PEKANBARU – Meski gema suara takbir terdengar bersahut-sahutan di masjid juga musalla, namun suasana malam takbiran di Pekanbaru sepi usai Ramadhan berakhir pada Rabu (12/5/2021) malam.
Semarak takbir berkumandang menyambut 1 Syawal 1442 Hijriyah terdengar riuh, sedangkan suasana di jalanan tampak sepi.
Di sejumlah ruas jalan protokol, seperti Jalan Sudirman, Soekarno-Hatta dan juga Jalan Soebrantas, suasana tampak lengang.
Padahal, biasanya setiap malam takbiran jelang Idul Fitri, jalanan sangat padat dan kemacetan dimana-mana.
Tidak hanya itu, pusat perbelanjaan di sepanjang jalan juga tampak sepi, pasalnya semua tampak tutup, mengikuti intruksi pemerintah dalam upaya penanggulangan dan memutus mata rantai Covid-19.
Terutama toko pakaian yang biasanya ramai saban hari beberapa hari jelang lebaran Idul Fitri ini, saat ini tampak sepi dan ditutup.
Bertepatan pula jelang buka puasa hujan deras mengguyur Kota Pekanbaru, membuat sejumlah jalan tergenang air.
Membuat masyarakat semakin malas keluar rumah.
Terutama toko pakaian yang biasanya ramai saban hari beberapa hari jelang lebaran Idul Fitri ini, saat ini tampak sepi dan ditutup.
Bertepatan pula jelang buka puasa hujan deras mengguyur Kota Pekanbaru, membuat sejumlah jalan tergenang air.
Membuat masyarakat semakin malas keluar rumah.
Walau sudah beberapa jam selesai hujan, namun genangan air masih tampak tergenang di sejumlah kawasan, seperti di Soekarno-Hatta juga di Soebrantas pada Rabu malam.
Jalan Soebrantas yang biasanya tidak pernah absen pedagang pinggir jalan, baik hari biasa, apalagi malam takbiran, kini lebih banyak yang menutup jualannya.
Membuat jalan semakin sepi.
“Saya kira tadi bakalan ramai. Ternyata tidak, sepi malah. Rencananya saya ngajak anak keluar malam takbiran sambil beli beberapa kebutuhan untuk besok,” kata Lukman, salah seorang warga Jalan Lobak
Warga lainnya, Rori mengatakan, dirinya sangat sedih merasakan malam takbiran tanpa mudik, tambah lagi suasana di kota tampak sepi.
Namun ia memaklumi kondisi saat ini tengah pandemi, mau tidak mau mesti mengikuti apa yang sudah diarahkan oleh pemerintah.
“Sedih pastinya. Sudah tak bisa pulang, di sini juga sepi. Tapi mau Bagaiamana lagi, dari pada pulang ramai-ramai, membahayakan orang di kampung yang kita cintai. Untuk sementara, biarlah begini dulu,” tuturnya.
Discussion about this post