KABARLAH. COM, BENGKALIS – Program Pemberdayaan Berbasis Masyarakat yang didukung oleh DPPM Kemendikti Saintek Tahun 2025 hadir di Desa Hutan Panjang, Kecamatan Rupat, Kabupaten Bengkalis, Riau.

Kegiatan bertajuk “Pelatihan Inovasi Lidi Sawit dalam Penguatan Ekonomi Kreatif Kelompok Disabilitas Suku Akit di Pulau Rupat, Pesisir Riau” ini diinisiasi oleh dosen dan mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Riau, dengan melibatkan kelompok disabilitas suku Akit sebagai penerima manfaat.
Kegiatan ini di ketuai oleh Dr. Adianto, S.Sos, M.Si beserta anggota yakni Risky Arya Putri, S.Sos, M.Si dan Dr. Eka Armas Pailis, SE, MM.

Selama ini, lidi sawit yang melimpah di Pulau Rupat hanya dianggap sebagai limbah tanpa nilai tambah. Kelompok disabilitas suku Akit sebelumnya hanya mampu membuat piring sederhana dari lidi sawit, itu pun dengan hasil yang belum optimal.
Namun, melalui pelatihan yang diberikan, harapan baru muncul. Para peserta tidak hanya diajarkan teknik dasar, tetapi juga inovasi produk baru seperti tempat tisu dan anyaman lidi, sehingga keterampilan mereka semakin berkembang dan produk yang dihasilkan lebih bervariasi serta bernilai jual tinggi.
Kegiatan ini menjadi bukti nyata bahwa keterbatasan fisik tidak menghalangi kreativitas dan produktivitas. Dengan bimbingan dosen dan mahasiswa, kelompok disabilitas didorong untuk lebih percaya diri dalam mengolah potensi lokal di sekitar mereka.
Pelatihan berlangsung interaktif, mencakup pengenalan bahan, teknik meraut dan memotong lidi, hingga perakitan produk yang estetik. Seluruh proses tersebut juga didukung oleh pendampingan pelatih yang memberikan training khusus dalam pembuatan inovasi produk baru.
Tidak berhenti sampai di situ, program ini juga memberikan dukungan berupa alat teknologi tepat guna, yakni mesin peraut lidi dan mesin pemotong lidi. Kehadiran mesin ini sangat membantu efisiensi kerja para peserta.
Jika sebelumnya proses perautan dan pemotongan lidi dilakukan secara manual dan memakan waktu lama, kini pekerjaan menjadi lebih ringan, rapi, dan menghasilkan produk dengan kualitas yang lebih konsisten.
Pendamping kelompok disabilitas, Ibu Sentia, menyampaikan rasa syukurnya atas inisiatif ini. “Kami sangat berterima kasih kepada tim pengabdian Universitas Riau. Pelatihan ini sungguh membuka wawasan baru bagi kami. Dari yang sebelumnya hanya bisa membuat piring lidi, kini kami belajar membuat anyaman dan tempat tisu. Ditambah lagi bantuan mesin peraut dan pemotong lidi yang membuat pekerjaan lebih mudah. Kami yakin ini akan meningkatkan penghasilan keluarga dan membantu kami lebih mandiri,” ujarnya dengan penuh haru.
Sementara itu, Ketua Tim Pengabdian, Dr. Adianto, S.Sos., M.Si., menegaskan bahwa kegiatan ini tidak hanya sebatas pelatihan sesaat. Lebih dari itu, program ini dirancang untuk membangun dasar usaha kreatif yang berkelanjutan bagi kelompok disabilitas di Pulau Rupat.
“Kami ingin kegiatan ini membawa dampak sosial dan ekonomi yang nyata. Lidi sawit yang sebelumnya dianggap tidak berharga, ternyata bisa menjadi bahan dasar untuk produk kerajinan yang bernilai tinggi. Harapan kami, kelompok disabilitas suku Akit mampu mandiri secara ekonomi, bahkan menjadi inspirasi bagi masyarakat lainnya,” jelasnya.
Selain keterampilan teknis, peserta juga mendapatkan pendampingan mengenai strategi pemasaran dan pengelolaan usaha. Mereka diajarkan membuat produk lebih menarik secara desain, mengemas dengan baik, hingga strategi sederhana menjangkau pasar lokal maupun regional.
Pelatihan ini juga membangun rasa kebersamaan antar anggota kelompok disabilitas. Mereka belajar bekerja sama, saling membantu, dan saling menguatkan. Atmosfer positif ini diyakini mampu meningkatkan kepercayaan diri sekaligus memperkuat ikatan sosial di komunitas suku Akit.
Program pemberdayaan ini membuktikan bahwa inovasi berbasis potensi lokal mampu menghadirkan perubahan nyata. Dengan adanya pelatihan dan dukungan teknologi tepat guna, kelompok disabilitas suku Akit kini memiliki bekal cukup untuk mengembangkan usaha kreatif berbasis lidi sawit.
Lebih jauh, kegiatan ini diharapkan menciptakan dampak sosial-ekonomi berkelanjutan, mendorong kemandirian, dan mengangkat harkat kelompok disabilitas di Pulau Rupat.



