KABARLAH.COM, Pekanbaru – Hari ini , Jum’at 9 Agustus 2024 kita memperingati Hari Jadi Provinsi Riau ke 67. Di hari yang penuh berkah, Kita berdo’a agar bumi tempat kita berpijak, lahir dan tempati serta menjalani kehidupan ini menjadi lebih baik lagi. Mengingat usia lebih setengah abad, evaluasi dinilai perlu guna menilai sudah sejauhmana Riau melangkah maju atau justru stagnan? Memang sejak otonomi daerah bergulir, fisik Riau banyak mengalami perubahan. Di atas kertas (statistik dan angka) juga menunjukkan berbagai capaian dan progres signifikan. Namun bertolak dari limpahan anugerah sumber daya yang diberikan oleh Tuhan, Riau masih harus berupaya keras mengejar ketertinggalan. Masih banyak problematika di sektor mendasar semisal pendidikan dan kesehatan. Sungguh ironi bumi kaya tapi angka putus sekolah pernah masuk jajaran tertinggi se Indonesia. Begitupula kasus stunting sempat mencuat. Akar masalahnya begitu kompleks dan klise.
Atensi terhadap manusia sangat penting. Anugerah bukan sumber daya alam. Paling substansial dan fundamental adalah manusianya. Aset utama penentu kemajuan suatu peradaban dan penggerak roda pembangunan. Bicara Sumber Daya Manusia (SDM), salah satu barometer bisa dipakai untuk mengukur capaian adalah Indeks Daya Saing Daerah (IDSD). Indikator diyakini membantu melihat sejauhmana implementasi di lapangan. Kendati berdasarkan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), IDSD Provinsi Riau menunjukkan peningkatan signifikan, yang mana di tahun 2021 skornya 2,98 lalu meningkat tajam 2022 menjadi 3,16, dan terakhir tahun 2023 naik lagi 3,25, namun masih di bawah rata-rata nasional. Sebagai informasi, skor nasional IDSD (berdasarkan rata-rata dari total skor provinsi) sebesar 3,44 dari skala 5. Bahkan di lingkup Sumatera, IDSD Riau terbilang belum ideal. Berangkat dari data, pekerjaan rumah menanti. Skor IDSD mesti dijadikan pelecut semangat berbenah. Sulit berkompetisi selagi IDSD Riau dibawah rata-rata.
DNA
Motivasi diri kunci keberhasilan di segala urusan. Di hari istimewa ini momen tepat bagi entitas Riau mengenali diri. Mengulas sejarah cara paling pas menemukan jati diri. Sehingga kita tahu “DNA” warisan masa lalu dan dipakai untuk bercermin. Tanpa pengetahuan sejarah, niscaya akan hilang arah. Sejarah merupakan insipirasi menjalani kehidupan sekarang dan mendatang. Riau dulu memainkan peranan sentral di kancah nasional dan kawasan asia. Konteks dalam negeri, kisah epik manakala Kesultanan Siak Sri Inderapura berdiri teguh di belakang Republik Indonesia (RI). Dukungan atas kemerdekaan negeri tak sekedar lisan. Sultan turut menginfakkan 13 juta gulden (sekitar 1,4 triliun rupiah) untuk mendukung jalannya roda pemerintahan. Selain itu Riau memainkan peranan strategis di kawasan Asia Tenggara berikut pusat perekonomian di jalur dagang Selat Malaka. Sayang semua tinggal kenangan. Peninggalan dan khazanahnya dimusiumkan. Padahal seharusnya kejayaan kembali diulang. Kekeliruan berpikir tadi membuat Riau tak maju-maju. Padahal para pendahulu berhasil mengangkat Melayu termahsyur dan mendunia berawal dari mimpi dan cita. DNA inilah yang perlu dilestarikan dan menjadi cara pandang Riau mendatang. Khususnya di sektor kepemimpinan daerah. Karena tanpa visi besar, yang ada hanyalah jiwa dan pemikiran kerdil. Oleh karena itu, secara kebijakan visi RPJPD Provinsi Riau 2005-2025 dipandang sudah tepat. Yakni “Terwujudnya Provinsi Riau sebagai Pusat Perekonomian dan Kebudayaan Melayu dalam Lingkungan Masyarakat yang Agamis, Sejahtera Lahir dan Bathin, di Asia Tenggara Tahun 2020”. Visi barusan selanjutnya dicapai melalui rencana jangka menengah. Dalam Rencana Jangka Panjang Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Riau 2019-2024, tercantum misi mewujudkan Riau berdaya saing global. Kita menginginkan estafet dapat terus berlanjut dan disempurnakan.
Sejarah juga meninggalkan pelajaran bahwa daya saing penentu kejayaan masa lalu Riau. Raja-raja Melayu begitu berambisi mewujudkan kemajuan Melayu. Semisal ambisi menyatukan daerah Selat Melaka dengan Siak di belahan Sumatera, menyatukan Kepulauan Riau dengan Indragiri dan sebagainya. Tekad ini perlu ditiru. Apalagi dalam konteks kekinian di tengah persaingan global. Riau dituntut punya jiwa berani berkompetisi dan cermat memberdayakan potensi daerah. Terlebih Riau memiliki keunggulan potensi (competitiveness advantage) yang tersebar di setiap kabupaten/kota. Ini modal berharga. Kita patut malu, setakad ini untuk urusan pangan saja Riau belum bisa mandiri dan ketergantungan akut pada pasokan dari provinsi tetangga. Riau hanya bisa memasok kebutuhan pangan dari daerah sendiri sebesar 25 persen. Situasi tadi semestinya tak terjadi jika daerah di Riau mampu menggiatkan gerakan selamatkan pangan dengan cara mendorong peningkatan produksi pangan lokal. Kembali ke peringatan HUT Riau tahun 2024, pemilihan tema “Riau Membangun” sangat bagus. Sebagai pengingat untuk berpikir dan beraksi secara proaktif dan progresif. Tinggal sekarang bagaimana mengonsolidasikan setiap potensi dimiliki. Disinilah dibutuhkan sosok kepemimpinan daerah yang cakap. Sebab Pemerintah Provinsi (Pemprov) Riau memainkan peranan utama. Membentuk semangat kolektivitas, bersikap adil dan proporsional ke kabupaten/kota serta dapat menyatukan keunggulan. Inilah kiat mengakselerasi pembangunan dan menghapus kesenjangan.
Dr. (H.C.) H. SOFYAN SIROJ ABDUL WAHAB, LC, MM. ANGGOTA DPRD PROVINSI RIAU