BerandaInspirasiNasehatTadabbur QS Al-Insyiqaq (84):6, “Lelah yang Mengarah, Pertemuan yang Pasti”

Tadabbur QS Al-Insyiqaq (84):6, “Lelah yang Mengarah, Pertemuan yang Pasti”

spot_img

KABARLAH.COM – يَـٰٓأَيُّهَا ٱلْإِنسَـٰنُ إِنَّكَ كَادِحٌ إِلَىٰ رَبِّكَ كَدْحًۭا فَمُلَـٰقِيهِ
Yā ayyuhal-insānu innaka kādiḥun ilā rabbika kad-ḥan fa mulāqīh.

“Wahai manusia! Sungguh, engkau bekerja keras (berjuang) menuju Tuhanmu; maka pasti engkau akan menemui-Nya.”

Ayat ini terasa seperti kalimat pendek yang menutup semua drama manusia. Ia tidak memulai dengan “wahai orang beriman” atau “wahai orang kafir”, tetapi “wahai manusia”—seakan Allah sedang memanggil semua, tanpa kecuali: yang saleh dan yang lalai, yang kuat dan yang rapuh, yang menang dan yang jatuh.

Lalu Allah menyampaikan fakta yang tak bisa ditawar: engkau pasti kadḥ—pasti mengerahkan tenaga, pasti berjuang, pasti menanggung letih. Hidup bukan taman pasif; ia adalah gerak yang menghabiskan usia setahap demi setahap. Dan gerak itu punya arah yang tak bisa dihindari: “ilā rabbika”—menuju Rabb-mu.

Dalam bahasa populis: kalau hidup memang melelahkan, jangan biarkan lelahmu sia-sia. Kita sering menganggap lelah sebagai musibah: capek bekerja, capek mengurus keluarga, capek memikul tanggung jawab, capek menghadapi manusia, capek menahan luka. Padahal ayat ini membongkar ilusi: lelah itu bukan selalu tanda “hidup buruk”; sering kali lelah adalah tanda “hidup sedang berjalan”.

Namun pertanyaan pentingnya bukan “apakah aku lelah?”, melainkan lelahku sedang membawaku ke mana. Sebab Allah menegaskan: engkau bukan sekadar lelah “di dunia”, engkau lelah menuju Rabb. Maka semua lelah—yang halal maupun yang haram, yang ikhlas maupun yang riya, yang taat maupun yang maksiat—akan berujung pada satu gerbang: pertemuan.

Secara akademik, para mufassir klasik menajamkan makna ini dengan disiplin yang jernih. Kata kadḥ dipahami sebagai pengerahan daya yang sungguh-sungguh—kerja keras yang menguras. Seakan hidup meninggalkan “bekas” pada diri: jejak pilihan, jejak niat, jejak amal. Ath-Ṭabarī menekankan bahwa manusia datang menghadap Allah “dengan amalnya”—baik atau buruk—dan di sana amal itu akan tampak, dinilai, lalu dibalas.

Ini membuat ayat ini sangat “realistis”: hidup bukan hanya berlalunya hari, tetapi penumpukan amal. Sementara al-Jalalayn mengaitkan “pertemuan” dengan kematian dan lanjutan hisab, dan Ibn Kathīr menegaskan keluasan makna “mulāqīh”: manusia akan “menjumpai Allah” dan/atau “menjumpai konsekuensi amalnya”—dua hal yang pada hakikatnya saling terkait. Dengan kata lain: pertemuan itu bukan sekadar momen; ia adalah panen.

Di sisi batin (ruhiyah), ayat ini mengajari bahwa kadḥ itu bisa menjadi mujāhadah yang menyucikan atau kesibukan yang mengeraskan. Ada lelah yang memurnikan hati—lelah menahan lisan dari ghibah, lelah melawan nafsu, lelah istiqamah dalam shalat, lelah memaafkan, lelah menata niat. Ini lelah yang “mencuci”.

Tetapi ada lelah yang membuat hati makin keras—lelah mengejar dunia sambil memelihara dosa, lelah mempertahankan citra, lelah membenarkan diri, lelah menyeret orang lain ke dalam konflik batin kita. Dua lelah sama-sama terasa berat, tetapi arah dan hasilnya berbeda.

Di sinilah ayat ini menjadi cermin tazkiyah: kelak yang kita temui bukan hanya “Hari Akhir”, tetapi hakikat diri—apa yang kita cintai, apa yang kita sembunyikan, apa yang kita perjuangkan, dan siapa “tuhan kecil” yang diam-diam kita patuhi.

Dari sisi filosofis, ayat ini membangun etika hidup Qur’ani yang tegas. Pertama, manusia adalah makhluk tujuan: hidup bergerak menuju makna, bukan mengambang tanpa arah. Kedua, kelelahan adalah bukti keterarahan: setiap ikhtiar mengalir ke “ujung makna”—pertemuan dengan Allah. Ketiga, pertanggungjawaban adalah inti moralitas: jika ada pertemuan dan hisab, maka etika bukan aksesori sosial; ia struktur realitas.

Ini selaras dengan logika Qur’an di tempat lain: Allah menciptakan hidup dan mati untuk menguji siapa yang terbaik amalnya—bukan siapa yang paling ramai aktivitasnya, melainkan siapa yang paling ihsan.

Perspektif kontemporer memberi warna tarbiyah. Syekh Sa‘īd Ḥawwā membaca ayat-ayat perjalanan seperti ini sebagai program pembinaan insan rabbānī: hidup diarahkan kembali kepada Allah, bukan sekadar menghasilkan “pengetahuan agama”, tetapi menghasilkan manusia yang tertata niat dan amalnya.

‘Syekh Abdul Ḥalīm Maḥmūd menegaskan dimensi yaqazhah—kesadaran ruhani: terjaga dari lalai, mengekang nafs, berjalan kepada Allah dengan seluruh diri. Dan Syekh Ramaḍān al-Būṭī mengingatkan disiplin maslahat: “kebaikan” tidak boleh menjadi selimut hawa nafsu; perjalanan harus tetap berada dalam rambu Qur’an dan Sunnah—agar kadḥ tidak berubah menjadi pelarian spiritual yang menipu.

Hadits-hadits shahih memperkuat rasa ayat ini: “Siapa yang mencintai pertemuan dengan Allah, Allah mencintai pertemuan dengannya.” Ini mengubah nuansa “mulāqīh”: pertemuan bukan hanya sesuatu yang ditakuti, tetapi juga sesuatu yang dirindukan oleh hati yang dibersihkan. Bahkan puncak karunia bagi mukmin digambarkan: melihat Rabb sebagaimana melihat bulan purnama—sebuah isyarat bahwa perjalanan iman punya ujung yang agung.

Dalam manhaj “Tadabbur & Amal”, ayat ini mudah diturunkan menjadi latihan harian: audit “lelahku untuk apa?”, lalu tetapkan satu amal kecil yang mengarah—taubat spesifik, shalat tepat waktu, sedekah rutin, menahan lisan—dan tutup dengan doa agar kadḥ kita menuju ridha, bukan murka.

Adapun catatan aman terkait pendekatan seperti “Al-Fathun Nawa” (Dr. Halo-N): manfaatkan sebagai pemantik tadabbur dan refleksi, namun simpulan makna tetap ditimbang dengan tafsir mu‘tabar agar “penguatan modern” menjadi lampu tambahan, bukan mengganti kompas utama.

Penutupnya sederhana: kita semua sedang lelah menuju Allah. Maka kebijaksanaan tertinggi bukan menghapus lelah, tetapi mengarahkannya. Karena pertemuan itu pasti, mari menjadikan setiap hari sebagai langkah pulang: amal yang bersih, niat yang lurus, dan hati yang siap berjumpa—dengan kabar gembira, bukan penyesalan.

Oleh: Syekh Sofyan Siroj Abdul Wahab.

spot_img

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

WAJIB DIBACA

spot_img