KABARLAH.COM – Jalan lapang hamba yang melepas dunia untuk mendapatkan Allah. Zuhud bukan berarti meninggalkan dunia sepenuhnya, bukan menolak harta, bukan menjauhi pekerjaan, dan bukan hidup miskin. Zuhud adalah ketenangan hati yang tidak diperbudak oleh dunia, sebagaimana diajarkan para salik hakiki, terutama Syekh Abdul Qadir dalam Fathur Rabbani.
Beliau menegaskan bahwa dunia hanyalah bayangan sementara, sedangkan Allah-lah tujuan sejati.
Zuhud adalah sikap batin ketika dunia berada di tangan, tapi tidak masuk ke dalam hati. Orang yang zuhud tidak terikat oleh glamor dunia, tetapi menggunakannya sebagai sarana mendekat kepada Allah.
Zuhud Menurut Al-Qur’an: Menyadari Hakikat Sementara Dunia
Allah SWT berfirman:
“Kehidupan dunia hanyalah permainan dan senda gurau… sedangkan kampung akhirat itu lebih baik bagi orang yang bertakwa.”
(QS. Al-An’am: 32)
Ayat ini bukan ajakan menjadi fakir, tetapi perintah agar tidak tertipu oleh dunia.
Allah juga mengingatkan:
“Apa yang di sisimu akan lenyap, dan apa yang ada di sisi Allah adalah kekal.”
(QS. An-Nahl: 96)
Zuhud adalah memindahkan harapan dari “yang fana” menuju “Yang Kekal”.
Zuhud dalam Hadits: Bekal Utama Para Pecinta Allah
Rasulullah SAW bersabda:
“Zuhudlah terhadap dunia, niscaya Allah akan mencintaimu.”
(HR. Ibn Majah, hasan)
Hadits ini menegaskan bahwa zuhud adalah gerbang mahabbah (cinta Allah). Orang yang hatinya tidak terikat pada dunia akan dihiasi ketenangan, keikhlasan, dan kejernihan.
Rasulullah SAW juga bersabda:
“Beruntunglah orang yang menjaga hati dan lisannya, serta zuhud terhadap apa yang dimiliki manusia.”
(HR. Tirmidzi)
Artinya, zuhud membebaskan seseorang dari iri, dengki, tekanan hidup, dan persaingan yang tak sehat.
Zuhud: Hati yang Tidak Terpenjara
Dalam Fathur Rabbani, Syekh Abdul Qadir menegaskan:
“Dunia adalah hijab antara dirimu dan Tuhanmu. Maka jangan biarkan dunia menutup hatimu dari cahaya-Nya.”
Menurut beliau, zuhud adalah.membersihkan hati dari ketamakan, merasa cukup dengan apa yang Allah tetapkan, menyerahkan urusan dunia dan rezeki kepada-Nya, dan fokus pada perjalanan menuju Allah.
Agama islam tidak pernah mengajak umat untuk meninggalkan profesi. Beliau justru mengajarkan:
“Gunakan dunia di tanganmu, jangan di hatimu. Ambillah secukupnya untuk ibadah dan kebutuhan, lalu serahkan seluruh harapanmu pada Allah.”
Hikmah Ulama: Dunia di Tangan, Akhirat di Hati
Para ulama sufi Sunni sejak dahulu sepakat bahwa zuhud adalah membebaskan jiwa dari belenggu kecintaan dunia yang melampaui batas.
Imam Ahmad bin Hanbal berkata:
“Zuhud adalah tidak terlalu gembira dengan apa yang diperoleh, dan tidak terlalu sedih dengan apa yang hilang.”
Imam Al-Ghazali dalam Ihya’:
“Bukanlah zuhud itu meninggalkan harta, tetapi meninggalkan keterikatan hati pada harta.”
Ibnu Qayyim al-Jawziyyah berkata:
“Zuhud adalah kosongnya hati dari ketergantungan selain kepada Allah.”
Dengan kata lain, zuhud adalah kemerdekaan batin.
Tiga Tingkatan Zuhud Menurut Para Salikin ;
(1) Zuhud dari hal-hal haram
Meninggalkan maksiat, karena maksiat mematikan hati.
(2) Zuhud dari hal-hal yang mubah yang berlebihan
Agar hati tidak tenggelam dalam kelalaian.
(3) Zuhud dari selain Allah
Inilah yang dicapai para wali dan salikin:
hati penuh dengan Allah sehingga dunia tidak punya ruang lagi.
Syekh Abdul Qadir sering berkata:
“Hatimu adalah rumah bagi Tuhanmu. Maka bersihkanlah ia dari selain Dia.”
Cara Praktis Melatih Zuhud dalam Kehidupan Modern
Pertama. Kurangi pengagungan terhadap penampilan dan gaya hidup
Zuhud bukan berarti tampil lusuh, tetapi tidak menjadikan penampilan sebagai identitas diri.
Kedua. Ambil dunia secukupnya untuk kebutuhan, bukan gengsi
Gunakan harta sebagai alat, bukan tujuan.
Ketiga. Latihan syukur dan qana’ah setiap hari
Setiap kali mendapat rezeki, ucapkan: “Ini titipan Allah, amanah untuk digunakan dengan benar.”
Keempat. Latihan melepas:
Sedekah, berbagi, membantu, menyantuni.**
Sedekah adalah pelajaran terbaik untuk menghancurkan cinta dunia.
Kelima. Waktu untuk muhasabah
Setiap malam tanyakan:
“Adakah dunia hari ini telah menguasai hatiku?”
Hasil dari Zuhud: Hati Dibebaskan dari Segala Belenggu
Syekh Abdul Qadir menyebutkan bahwa orang yang zuhud akan mendapatkan: ketenangan hati, hilangnya kecemasan tentang rezeki, kedekatan dengan Allah, cahaya makrifat, ketajaman ruhani, kemurnian niat dalam dakwah dan amal.
Zuhud bukan penderitaan, tetapi kemenangan batin.
Akhiran : Jalan Hening Menuju Allah
Pada akhirnya, zuhud adalah kesadaran bahwa:
dunia sementara
akhirat selamanya
Allah Maha Mencukupi
Syekh Abdul Qadir menasihati kita :
“Barangsiapa tujuan hidupnya Allah, maka dunia akan melayani dia.
Barangsiapa tujuan hidupnya dunia, maka dunia akan menyiksanya.”
Semoga Allah menjadikan kita hamba-hamba yang menggunakan dunia, bukan digunakan oleh dunia;
yang memegang dunia di tangan, tapi memeluk Allah di hati. Aamiin ya Rabbal ‘alamin.



