BerandaInspirasiNasehatOase Dakwah: Pertempuran di Gunung Emas

Oase Dakwah: Pertempuran di Gunung Emas

spot_img

KABARLAH.COM, Pekanbaru – Segala puji bagi Allah SWT, Dzat Yang Mahabijaksana menyingkap rahasia masa depan agar manusia berhati-hati dan tidak tertipu oleh dunia. Shalawat dan salam semoga tercurah kepada Rasulullah SAW, yang telah memperingatkan umatnya tentang fitnah besar di akhir zaman, di mana harta akan memabukkan manusia dan menghapus rasa iman dari dada.

Hadits Shahih tentang Gunung Emas

Rasulullah SAW bersabda:

“Hampir saja Sungai Eufrat menyingkapkan harta berupa gunung emas. Maka siapa saja yang hadir di sana, janganlah mengambil sedikit pun darinya.”
(HR. Muslim no. 2894)

Dalam riwayat lain disebutkan:

“Akan terjadi pertempuran di tepi Sungai Eufrat karena perebutan harta karun emas, hingga dari setiap seratus orang, sembilan puluh sembilan akan terbunuh, dan setiap orang di antara mereka berkata: ‘Mudah-mudahan akulah yang selamat.’”
(HR. Muslim dan Ahmad)

Syarah Hadits

Syekh Dr. ‘Umar Sulaiman al-Asyqar menjelaskan bahwa hadits ini tidak bersifat simbolik, melainkan bermakna hakiki, sungguh akan terjadi di akhir zaman ketika air Sungai Eufrat (yang kini mengalir di antara Turki, Suriah, dan Irak) menyusut, lalu tampaklah gunung yang terbuat dari emas atau harta karun besar.

Fitnah itu sangat besar, karena manusia akan berebut harta tersebut dengan darah dan nyawa, sampai hampir seluruh pasukan saling membunuh demi dunia yang fana.

Para ulama seperti Imam an-Nawawi dan Ibn Hajar menafsirkan bahwa larangan Nabi SAW, “Janganlah mengambil sedikit pun darinya” adalah peringatan keras agar umat Islam tidak terjerat dalam fitnah cinta dunia. Bukan emas itu yang terlarang, tetapi nafsu dan pertumpahan darah yang mengiringinya.

Faidah Ruhani

Pertama. Fitnah Dunia Adalah Ujian Terbesar Iman

Nabi SAW bersabda:

“Sesungguhnya bagi setiap umat ada fitnah, dan fitnah bagi umatku adalah harta.”
(HR. Tirmidzi)

Emas itu menjadi simbol betapa dunia dapat menggelapkan pandangan manusia. Ketika harta muncul, iman diuji: siapa yang memilih Allah, dan siapa yang diperbudak oleh dunia.

Kedua. Larangan Terlibat dalam Pertumpahan Darah

Hadits ini mengandung hukum syar‘i bahwa tidak boleh ikut dalam perang yang bukan di jalan Allah, melainkan karena dunia.

Para ulama fiqih menegaskan: “Barang siapa berperang untuk dunia, maka tidak termasuk jihad.” (Ibn Hajar, Fath al-Bari)

Ketiga. Tanda Dekatnya Hari Kiamat.

Munculnya gunung emas dari Eufrat adalah salah satu tanda besar menjelang akhir zaman. Nabi SAW menempatkannya sebelum munculnya Dajjal dan Ya’juj-Ma’juj. Artinya, fitnah harta akan membuka pintu fitnah akidah yang lebih besar.

Refleksi Batin: Gunung Emas dalam Diri

Dalam tafsir ruhani, sebagian ulama sufi menafsirkan “gunung emas” sebagai simbol kemewahan dunia yang muncul dari dalam hati manusia ketika cinta dunia tumbuh. Bila hati menginginkan dunia secara berlebihan, maka terjadilah “pertempuran” antara iman dan hawa nafsu.

Syekh Abdul Qadir berkata:

“Dunia itu gunung emas yang memikat mata, namun di balik kilaunya tersembunyi ular yang mematikan iman.”
(al-Fath ar-Rabbani)

Maka, jihad terbesar bukanlah melawan manusia lain, tetapi melawan diri sendiri — agar hati tidak diperbudak oleh harta.

Hukum dan Hikmah

Pertama. Larangan Tamak terhadap Dunia.

Hadits ini melarang umat Islam untuk mencintai harta melebihi cinta kepada Allah. Nabi SAW bersabda:

“Celakalah hamba dinar dan dirham, bila ia diberi senang, dan bila tidak diberi, ia marah.”
(HR. Bukhari)

Kedua. Anjuran Zuhud dan Qana‘ah

Dalam konteks modern, “gunung emas” bisa bermakna fitnah kekayaan global: tambang, minyak, atau kekuasaan ekonomi yang membuat bangsa saling berebut. Seorang mukmin harus bijak: menguasai dunia tanpa dikuasai olehnya.

Ketiga. Keadilan Ilahi dan Amanah Sosial

Islam tidak menolak kekayaan, tetapi menuntut keadilan dalam mengelolanya. Gunung emas bisa menjadi rahmat jika dikelola dengan iman, atau menjadi laknat jika dikuasai nafsu.

“Katakanlah: Kesenangan dunia ini hanya sebentar, dan akhirat itu lebih baik bagi orang yang bertakwa.”
(QS. An-Nisa’ [4]: 77)

Cahaya Hikmah

Fitnah gunung emas bukan sekadar peristiwa di masa depan, tapi peringatan abadi bagi setiap hati yang tergoda oleh kilau dunia. Dunia memang berharga — tapi tidak sebanding dengan satu rakaat shalat yang diterima, atau satu malam yang diisi dengan munajat.

Rasulullah SAW mengajarkan:

“Bersikaplah terhadap dunia seakan-akan engkau seorang musafir yang berteduh di bawah pohon, lalu pergi meninggalkannya.”
(HR. Bukhari)

Sebuah Renungan:

Setiap kali dunia tampak bersinar, ingatlah bahwa mungkin itu hanyalah “gunung emas” yang diuji Allah kepadamu. Janganlah tanganmu meraih sebelum hatimu tenang, karena emas yang sejati bukan di bumi, melainkan di hati yang dipenuhi iman dan ridha kepada Allah SWT. Allahu ‘Alam.

Oleh: Syekh Sofyan Siroj Abdul Wahab.

spot_img

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

WAJIB DIBACA

spot_img