BerandaInspirasiNasehatOase Dakwah: Keutamaan Setiap Amalan

Oase Dakwah: Keutamaan Setiap Amalan

spot_img

KABARLAH.COM, Pekanbaru – Segala puji bagi Allah swt, Dzat Yang Maha Mengetahui kadar setiap amal, Maha Menilai setiap niat, dan Maha Membalas setiap langkah menuju-Nya. Shalawat dan salam semoga tercurah kepada Nabi Muhammad saw, teladan utama yang menunjukkan bahwa setiap amal kecil yang dilakukan dengan ikhlas bisa menjadi jalan menuju ridha Ilahi.

Makna Amal dalam Pandangan Ruhani.

Syekh Abdul Qadir al-Jailani dalam Fathur Rabbani mengingatkan: “Amal itu bagaikan tubuh, sedangkan ikhlas adalah ruhnya. Tanpa ruh, amal hanyalah jasad tanpa kehidupan.” (Majlis ke-5)

Artinya, nilai sebuah amal tidak diukur dari bentuk lahirnya, tetapi dari cahaya batinnya. Amal yang diterima di sisi Allah bukanlah yang paling besar atau paling tampak, melainkan yang paling tulus dan paling hidup dengan kehadiran hati. Rasulullah saw bersabda:

“Sesungguhnya Allah tidak melihat rupa dan harta kalian, tetapi Dia melihat hati dan amal kalian.”
(HR. Muslim)

Inilah inti spiritualitas amal: hati yang hidup, niat yang suci, dan kesadaran bahwa setiap gerak ibadah adalah persembahan cinta kepada Allah.

Beberapa keutamaan amal, sebagai berikut:

Pertama. Amal Kecil dengan Niat Besar.
Betapa sering manusia menyepelekan amal yang kecil, padahal di sisi Allah nilainya bisa melebihi amal besar. Nabi saw bersabda:

“Janganlah engkau meremehkan kebaikan sekecil apa pun, walau hanya dengan wajah cerah ketika bertemu saudaramu.”
(HR. Muslim)

Artinya, Bahwa Allah menilai kedalaman hati, bukan besarnya bentuk amal. Sedekah kecil dengan keikhlasan bisa lebih berat timbangannya daripada derma besar yang disertai rasa ingin dipuji.

Jadi “Amal kecil dengan hati yang hadir lebih dicintai Allah daripada amal besar tanpa makna.”

Syekh Sa‘id Hawwa dalam Mensucikan Jiwa menegaskan bahwa Allah mencintai hamba yang beramal dalam diam, penuh cinta, dan tanpa pamrih. Katanya:

“Kebersihan amal bukan pada kuantitasnya, tapi pada jernihnya hati yang memancarkan makna lillah, hanya untuk Allah.”

Kedua. Amal dengan Rasa Tawadhu’.
Amal tanpa kerendahan hati hanyalah tumpukan debu. Syekh Abdul Qadir menasihati murid-muridnya:

“Wahai anak Adam, jika engkau merasa bangga dengan amalmu, maka amalmu itu telah rusak sebelum naik ke langit.”

Rasulullah saw bersabda: “Barang siapa merendahkan diri karena Allah, niscaya Allah akan meninggikannya. Barang siapa menyombongkan diri, niscaya Allah akan merendahkannya.”
(HR. Muslim)

Kerendahan hati adalah jembatan menuju kemuliaan. Amal yang sejati tidak membuat seseorang merasa “lebih shaleh”, melainkan semakin merasa kecil di hadapan kebesaran Allah.

Syekh Dr. Ramadhan al-Buthi dalam Fiqh al-Sirah menulis: “Tanda amal yang diterima adalah semakin bertambahnya rasa hina di hadapan Allah, bukan bertambahnya rasa bangga di hadapan manusia.”

Ketiga. Amal Rahasia antara Hamba dan Allah.
Syekh Abdul Qadir mengajarkan:

“Sembunyikan amalmu sebagaimana engkau menyembunyikan dosamu. Karena amal yang tersembunyi lebih cepat naik ke hadirat Allah.”

Inilah amal para kekasih Allah, amal yang tidak diketahui siapa pun, bahkan terkadang lupa oleh pelakunya sendiri karena tulusnya niat. Nabi saw bersabda:

“Barang siapa yang mampu melakukan amal kebaikan secara tersembunyi, maka lakukanlah, karena itu lebih mendekatkan kepada keikhlasan.”
(HR. Baihaqi)

Syekh Abdul Halim Mahmud berkata: “Rahasia kemuliaan amal adalah ketika tiada seorang pun mengetahuinya, sebab saat itu hati hanya bercahaya karena Allah, bukan karena makhluk.”

Keempat. Amal yang Terus-Menerus cinta Allah. Rasulullah saw bersabda: “Amalan yang paling dicintai Allah adalah yang dilakukan terus-menerus walaupun sedikit.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Inilah makna bahwa “Istiqamah adalah tanda kasih sayang Allah. Jika engkau terus beramal dalam kesederhanaan, maka rahmat-Nya akan terus turun padamu.”

Sebagaimana “Allah mencintai hamba yang tidak bosan berbuat baik, sebab dari kebiasaan yang sederhana lahir kemuliaan yang agung.”

Kelima. Amal yang Menghidupkan Hati
Bukan semua amal membawa kehidupan rohani. Ada amal yang justru membuat hati kering karena kehilangan makna. Syekh Abdul Qadir menegur:

“Jika amalmu tidak menambah dekatmu kepada Allah, maka periksa niat dan hatimu. Amal lahir tanpa ruh batin hanya menambah beban, bukan kemuliaan.”

Al-Qur’an menegaskan: “Barang siapa menghadap kepada Allah dalam keadaan beriman dan beramal saleh, maka mereka itulah yang mendapatkan derajat tinggi.” (QS. Ṭaha: 75).

Amal yang hidup adalah amal yang menumbuhkan cahaya iman, menghidupkan cinta, dan menumbuhkan kelembutan batin. Syekh Ramadhan al-Buthi berkata:

“Setiap amal yang membuatmu merasa lebih dekat kepada Allah, itulah amal yang bernilai tinggi. Tapi jika amal menjauhkanmu dari rasa butuh kepada-Nya, maka ia telah kehilangan ruhnya.”

Keenam. Amal dengan Cinta, Bukan Sekadar Ketakutan Puncak ibadah adalah cinta.

Syekh Abdul Qadir berkata: “Beramallah karena Dia layak disembah, bukan karena takut atau harap semata. Cinta adalah puncak ibadah.”

Nabi saw bersabda dalam hadis qudsi: “Hamba-Ku senantiasa mendekat kepada-Ku dengan amalan sunnah hingga Aku mencintainya.” (HR. Bukhari).

Amal yang didorong oleh cinta kepada Allah melahirkan kelembutan, ketenangan, dan rasa syukur yang tiada henti. Syekh Abdul Halim Mahmud menulis dalam At-Tasawwuf al-Islami:

“Ketika seorang hamba mencintai Allah, maka setiap amal menjadi doa, setiap gerak menjadi dzikir, dan setiap nafas menjadi ibadah.”

Ruh Amal adalah Cinta dan Keikhlasan

Saudaraku, keutamaan amal tidak terletak pada jumlah atau kemegahannya, tetapi pada ruh yang menghidupinya. Amal tanpa keikhlasan bagaikan pohon tanpa buah; amal dengan riya bagaikan bunga tanpa aroma. Tetapi amal dengan cinta kepada Allah akan berbuah cahaya yang menerangi dunia dan akhirat.

Syekh Abdul Qadir al-Jailani menutup nasihatnya: “Lakukan amalmu dengan hati yang tertuju hanya kepada Allah, karena tiada yang lebih utama dari amal seorang hamba yang merasa dirinya tiada, dan hanya Allah-lah Yang Ada.”

Maka, marilah kita hidupkan setiap amal dengan niat yang tulus, hadapkan hati sepenuhnya kepada Allah, dan jadikan cinta kepada-Nya sebagai napas kehidupan spiritual kita. Sebab, sesungguhnya Allah tidak menghitung banyaknya amal, melainkan ketulusan di balik setiap amalan.

“Sesungguhnya Allah hanya menerima amal dari orang-orang yang bertakwa.” (QS. al-Maidah : 27).

Allahu ‘Alam.

Oleh: Syekh Sofyan Siroj Abdul Wahab

spot_img

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

WAJIB DIBACA

spot_img