BerandaInspirasiNasehatOase Dakwah: Musuh Terberat Ada di Dalam Diri, Menaklukkan Nafsu, Menemukan Allah

Oase Dakwah: Musuh Terberat Ada di Dalam Diri, Menaklukkan Nafsu, Menemukan Allah

spot_img

KABARLAH.COM, Pekanbaru – Segala puji bagi Allah ﷻ yang menciptakan manusia dengan fitrah suci, lalu mengujinya dengan hawa nafsu agar nyata siapa yang tulus mencari ridha-Nya. Shalawat dan salam semoga tercurah kepada Nabi Muhammad ﷺ, teladan yang sempurna dalam jihad melawan hawa nafsu.

Saudaraku yang dirahmati Allah, sering kita sibuk memandang ke luar: siapa lawan kita, siapa yang menghalangi langkah, siapa yang menjadi pengganggu jalan hidup kita. Padahal, musuh yang paling berbahaya justru bersemayam dalam diri. Para ulama berkata:

“Musuh terberatmu adalah nafsumu yang ada di antara kedua sisi tubuhmu.”

Artinya apa : Nafsu yang Mendiami Diri

Zahirnya, ungkapan ini jelas: nafsu adalah dorongan dalam jiwa yang mengajak kepada keburukan. Allah sendiri telah mengingatkan:

Allah berfirman.
“Sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku.”
(QS. Yusuf: 53)

Nafsu membuat seseorang cinta dunia, malas beribadah, mudah marah, atau tenggelam dalam syahwat. Berbeda dengan musuh luar yang hanya bisa menyerang fisik, nafsu itu selalu ada di dalam dada, bahkan saat kita sendirian. Karena itu, ia lebih berbahaya dari ribuan pasukan di medan perang.

Arti lainnya: Hijab Menuju Allah

Batinya, nafsu adalah tirai yang menutupi cahaya Allah dalam hati. Ia melahirkan penyakit ruhani: takabbur, riya, ujub, cinta dunia, hasad. Semua itu membuat hati buta dari kebenaran. Maka, inti dari tasawuf adalah tazkiyah al-nafs—penyucian jiwa.

Sebagaimana Rasulullah ﷺ sendiri menyebut jihad melawan nafsu sebagai jihad akbar. Beliau bersabda ketika kembali dari perang:

“Kita kembali dari jihad kecil menuju jihad besar.”
Para sahabat bertanya: “Apakah jihad besar itu, ya Rasulullah?” Beliau menjawab:
“Jihad melawan hawa nafsu.” (HR. al-Bayhaqi)

Peta Tingkatan Nafsu: Jalan Panjang Melawan Musuh Dalam Diri

Para ulama seperti Imam al-Ghazali, Syekh Abdul Qadir al-Jailani, hingga Syekh Abdul Qadir Isa menjelaskan bahwa nafsu punya beberapa tingkat:

  1. Ammārah (penyeru kejahatan) – penuh syahwat dan maksiat.
  2. Lawwāmah (mencela diri) – mulai sadar, tapi masih goyah.
  3. Mulhamah (mendapat ilham) – hati condong pada kebaikan, tapi masih ujub.
  4. Muṭma’innah (tenang) – jiwa ridha dan stabil dalam iman.
  5. Rāḍiyah (ridha) – menerima takdir Allah dengan lapang dada.
  6. Marḍiyyah (diridhai Allah) – amal diterima, hati bercahaya.
  7. Kāmilah (sempurna) – puncak nafsu, tingkatan para nabi dan wali.

Naik dari satu tingkat ke tingkat lain butuh mujahadah: dzikir, puasa, taubat, syukur, sabar, dan tawakkal.

Imam al-Ghazali berkata dalam Iḥyā’: “Siapa yang mengenal nafsunya, ia akan mengenal Tuhannya. Karena dengan menundukkan nafsu, hijab-hijab akan tersingkap.”

Syekh Abdul Qadir al-Jailani menasihati murid-muridnya dalam Futūḥ al-Ghayb:

“Musuhmu yang paling besar adalah nafsumu. Jika engkau mampu mengalahkannya, maka engkau akan menang atas musuh-musuh lainnya.”

Sedangkan Syekh Abdul Qadir Isa (ulama kontemporer) dalam Haqīqat al-Taṣawwuf menegaskan:

“Tazkiyah al-nafs bukanlah pilihan, melainkan kewajiban. Tanpa membersihkan nafsu, semua amal akan ternodai oleh riya dan ujub.”

Hikmah Kehidupan

Saudaraku, seringkali kita kalah bukan oleh orang lain, melainkan oleh diri sendiri. Kita tahu bangun malam itu indah, tapi nafsu berkata: “Tidurlah, masih panjang malam.” Kita tahu sedekah itu mendatangkan rezeki, tapi nafsu membisikkan: “Sayang hartamu.” Kita tahu ikhlas itu kunci, tapi nafsu ingin dipuji.

Karena itu, jihad melawan nafsu adalah jihad sepanjang hayat. Ia tidak berhenti sampai nyawa berpisah dari raga.

Jalan Praktis Menaklukkan Nafsu

Pertama. Dzikir – menjaga hati tetap hidup. Nabi ﷺ bersabda: “Perumpamaan orang yang berdzikir dan tidak berdzikir adalah seperti orang hidup dan orang mati.” (HR. Bukhari)

Kedua. Puasa – melatih diri menahan syahwat. Rasulullah ﷺ bersabda: “Puasa itu perisai.” (HR. Bukhari-Muslim)

Ketiga. Taubat & Istighfar – membersihkan noda dosa setiap hari.

Keempat. Syukur & Sabar – dua sayap yang membuat nafsu tunduk.

Kelima. Sahabat Saleh – karena hati terpengaruh oleh lingkungannya.

Saudaraku, musuh terbesar bukanlah orang yang menentang kita, melainkan nafsu di dalam dada. Zahirnya, ia menyeret pada dosa. Batinya, ia menutup jalan menuju Allah. Karena itu, jihad melawan nafsu adalah jihad sejati.

Barangsiapa mampu menundukkan nafsunya, ia akan meraih derajat jiwa yang tenang, ridha, bahkan diridhai Allah. Inilah kemenangan sejati yang dijanjikan Allah:

Wahai jiwa yang tenang, kembalilah kepada Tuhanmu dengan ridha dan diridhai. Maka masuklah ke dalam golongan hamba-Ku, dan masuklah ke dalam surga-Ku.
(QS. Al-Fajr: 27–30)

Semoga Allah ﷻ menolong kita semua dalam jihad akbar ini, hingga musuh dalam diri tak lagi menguasai, dan hati kita bercahaya hanya dengan-Nya. Allahu ‘Alam.

Oleh: Syekh.Sofyan Siroj Abdul Wahab.

spot_img

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

WAJIB DIBACA

spot_img