KABARLAH.COM, Pekanbaru – Segala puji bagi Allah swt yang menurunkan Al-Qur’an sebagai cahaya, petunjuk, rahmat, dan penyembuh bagi hati manusia. Shalawat dan salam tercurah kepada Nabi Muhammad saw, sang penerima wahyu, yang hidupnya adalah tafsir nyata dari Kitabullah.
Saudaraku yang dirahmati Allah, Ada doa indah yang sering dibaca para pecinta Al-Qur’an:
“Ya Allah, anugerahkanlah kepada kami: pada setiap huruf Al-Qur’an ada kemanisan, pada setiap kata ada kemuliaan, pada setiap ayat ada kebahagiaan, dan pada setiap surah ada keselamatan. Āmīn.”
Doa ini sederhana, namun mengandung kedalaman makna yang menyingkap rahasia hubungan seorang hamba dengan Al-Qur’an. Mari kita tadabburi makna lahiriah dan ruhaniahnya, agar hati kita semakin lekat dengan Kitabullah.
Huruf : Halāwah (Kemanisan)
Zahirnya, setiap huruf Al-Qur’an bernilai pahala. Rasulullah saw bersabda:
“Siapa yang membaca satu huruf dari Kitabullah maka baginya satu kebaikan, dan setiap kebaikan dilipatgandakan menjadi sepuluh. Aku tidak mengatakan Alif Lām Mīm itu satu huruf, tapi Alif satu huruf, Lām satu huruf, dan Mīm satu huruf.” (HR. Tirmidzi).
Bayangkan, satu huruf saja bernilai sepuluh kebaikan. Itulah manisnya membaca Al-Qur’an. Tetapi batinnya lebih dalam: tiap huruf yang kita lantunkan meneteskan cahaya iman ke dalam jiwa. Imam al-Ghazālī menyebut Al-Qur’an sebagai “madu yang menyehatkan hati dan menghidupkan ruh.”
Ketika hati sudah merasakan manisnya, ia tidak akan tergoda oleh pahitnya dosa. Seperti kata Ibn al-Qayyim: “Barangsiapa yang merasakan manisnya Al-Qur’an, maka ia tidak akan mencari manis yang lain.”
Kata : Karāmah (Kemuliaan)
Setiap kata dalam Al-Qur’an membawa kemuliaan. Zahirnya, kata-kata itu mengangkat derajat pembaca dan pengamalnya. Allah berfirman:
“Sesungguhnya Al-Qur’an ini memberi petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus.” (QS. Al-Isrā’: 9).
Orang yang mengikuti kata-kata Al-Qur’an, hidupnya mulia di dunia dan akhirat. Ia terangkat dari kebodohan menuju ilmu, dari gelap menuju cahaya.
Namun batinnya lebih tinggi: tiap kata menumbuhkan maqām (tingkatan ruhani). Syaikh Abdul Qadir al-Jailani berkata, “Setiap kali engkau membaca Al-Qur’an dengan hati, engkau sedang naik ke maqam kemuliaan di sisi Allah.”
Kemuliaan sejati bukan pada harta atau jabatan, tapi ketika kata-kata Al-Qur’an meresap ke dalam amal dan akhlak kita.
Ayat : Sa‘ādah (Kebahagiaan)
Zahirnya, ayat-ayat Al-Qur’an memberi ketenangan. Ia menjadi obat hati yang gundah. Allah berfirman:
“Ingatlah, dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram.” (QS. Ar-Ra‘d: 28).
Setiap ayat adalah pintu kebahagiaan, baik ketika ia memerintah, melarang, memberi kabar gembira, atau memberi peringatan. Imam ash-Shāfi‘ī berkata: “Tidak ada yang lebih mulia setelah nubuwwah daripada ilmu dan memahami ayat-ayat Al-Qur’an.”
Sementara batinnya, setiap ayat membuka jalan menuju cinta Ilahi. Kebahagiaan sejati bukan sekadar tawa atau kesenangan dunia, melainkan ketika ruh merasakan ridha Allah. Ulama kontemporer seperti Syekh Ramadhan al-Būṭī mengingatkan: “Kebahagiaan bukan pada apa yang engkau miliki, tapi pada sejauh mana ayat-ayat Allah hidup di dalam hatimu.”
Surah : Salāmah (Keselamatan)
Zahirnya, surah-surah Al-Qur’an menjadi pelindung. Kita mengenal Surah al-Fātiḥah sebagai syifā’, Surah al-Baqarah yang mengusir syaitan, Surah Yāsīn yang disebut qalb al-Qur’ān (jantung Al-Qur’an), dan Surah al-Mulk yang menjadi penyelamat dari siksa kubur.
Namun batinnya, setiap surah adalah benteng ruhani. Ia menjaga kita dari syahwat, dari bisikan syaitan, dan dari kehancuran jiwa. Syaikh Ibn ‘Aṭā’illah al-Sakandarī berkata: “Al-Qur’an adalah benteng yang siapa pun berlindung di dalamnya, ia akan aman dari godaan.”
Keselamatan yang dimohon dalam doa ini bukan hanya selamat jasad, tapi selamat hati dari lalai, selamat ruh dari gelap, dan selamat amal dari riya’.
Saudaraku, doa ini mengajarkan bahwa hubungan kita dengan Al-Qur’an bukan sekadar ritual, tapi perjalanan ruhani.
Huruf : pahala dan rasa manis iman.
Kata : kemuliaan lahir-batin.
Ayat : kebahagiaan dunia-akhirat.
Surah : keselamatan lahir-batin.
Imam Malik berkata: “Al-Qur’an itu bukan hanya untuk dibaca, tapi untuk diamalkan. Jika dibaca tanpa diamalkan, maka ia hanyalah hujjah yang menentangmu, bukan menolongmu.”
Artinya, doa ini menuntun kita agar menjadikan Al-Qur’an sebagai sahabat hidup, bukan sekadar bacaan.
Mari kita jadikan doa ini wirid harian, dengan kesadaran penuh. Bacalah Al-Qur’an, rasakan manisnya huruf, muliakan kata-katanya, cari kebahagiaan dalam ayat-ayatnya, dan jadikan surah-surahnya sebagai perisai.
Saudaraku, dunia ini penuh ujian. Kadang kita jatuh, kadang kita lelah. Tetapi selama Al-Qur’an ada di hati, insyaAllah kita selalu punya cahaya yang menuntun.
Semoga Allah swt menjadikan kita ahli Al-Qur’an, yang hidupnya ditemani manisnya huruf, mulianya kata, bahagianya ayat, dan selamat dengan surah. Āmīn, yā Rabbal-‘ālamīn. Allahu ‘Alam.
Oleh: Syekh Sofyan Siroj Abdul Wahab



