KABARLAH.COM – Saudaraku yang dirahmati Allah, Di zaman yang serba cepat ini, identitas sering kali hanya menjadi label. Orang bisa mengaku “muslim” di KTP, dalam acara formal, atau sekadar di ruang publik, tetapi ketika diuji dengan tantangan hidup, komitmennya pada Islam menjadi tanda tanya. Padahal, menjadi muslim bukan sekadar menyandang nama atau status, melainkan sebuah perjalanan ruhani, ikatan perjanjian, dan komitmen sejati.
Dr. Fathi Yakan, seorang ulama dan aktivis dakwah dari Lebanon, menulis sebuah karya yang mengetuk hati: Komitmen Muslim. Buku ini menegaskan bahwa Islam adalah agama yang menuntut totalitas. Ia tidak cukup hanya hadir di masjid, dalam doa, atau dalam perayaan hari besar, tetapi harus hadir di seluruh ruang kehidupan: keluarga, pekerjaan, masyarakat, bahkan dalam ruang-ruang terdalam hati kita.
Mari kita renungi bersama, apa sebenarnya makna komitmen seorang muslim? Bagaimana kita bisa merawatnya di tengah badai zaman? Dan apa rahasia ruhani yang membuat seorang muslim tetap kokoh berdiri di jalan Allah?
Islam Bukan Sekadar Nama, Tapi Janji Suci
Menjadi muslim adalah janji suci dengan Allah. Saat kita mengucapkan syahadat “Asyhadu an la ilaha illallah wa asyhadu anna Muhammadan Rasulullah”, kita sejatinya sedang berikrar: hidup kita hanya untuk Allah, cara kita hidup dan mati hanya mengikuti tuntunan Rasulullah ﷺ.
Namun, berapa banyak yang menjadikan syahadat hanya simbol? Berapa banyak yang membiarkan syahadatnya kering dari makna?
“Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan saja mengatakan: ‘Kami telah beriman,’ sedangkan mereka tidak diuji? Sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, maka Allah mengetahui orang-orang yang benar dan mengetahui orang-orang yang dusta.” (QS. Al-‘Ankabut: 2-3)
Ayat ini menegaskan: komitmen muslim diuji dalam realita, bukan hanya di lisan.
Wajah Komitmen: Aqidah, Ibadah, Akhlak, dan Amal Sosial
Dr. Fathi Yakan menyebut empat wajah komitmen yang tak bisa dipisahkan:
a. Komitmen Aqidah
Iman adalah fondasi. Muslim yang berkomitmen harus menjaga keyakinannya tetap bersih dari syirik, khurafat, dan keraguan.
Ia yakin Allah Maha Esa, tanpa sekutu.
Ia percaya hari akhir, meski dunia menawarkan seribu kesibukan.
Ia menggantungkan hatinya hanya kepada Allah, bukan pada kekuasaan, harta, atau manusia.
b. Komitmen Ibadah
Shalat tepat waktu, puasa dengan ikhlas, zakat tanpa berat hati, dan haji bagi yang mampu. Bukan sekadar ritual, tapi sarana menguatkan ikatan dengan Allah.
Shalat misalnya, adalah “charging ruhani.” Seorang muslim tanpa shalat, bagaikan handphone tanpa baterai—hidupnya hampa.
c. Komitmen Akhlak
Seorang muslim bukan hanya pandai bicara agama, tapi akhlaknya harus menjadi bukti. Jujur dalam ucapan, amanah dalam pekerjaan, sabar dalam ujian, lembut kepada keluarga, rendah hati di hadapan orang lain. Rasulullah ﷺ bersabda:
“Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.” (HR. Ahmad)
d. Komitmen Sosial
Seorang muslim tidak hidup untuk dirinya sendiri. Ia peduli kepada tetangga, bangsa, dan umat manusia. Ia tidak tega melihat orang lapar, anak putus sekolah, atau masyarakat dizalimi. Komitmen sosial adalah buah dari iman yang hidup.
Rintangan Komitmen: Nafsu, Dunia, dan Godaan Zaman
Saudaraku, Komitmen bukanlah jalan mulus. Ada banyak rintangan yang bisa mengikisnya.
Nafsu: keinginan instan, dorongan syahwat, rasa malas.
Dunia: harta, jabatan, popularitas yang menipu.
Syaitan: bisikan untuk menunda kebaikan, melemahkan iman, menumbuhkan putus asa.
Budaya zaman: sekularisme, hedonisme, gaya hidup instan, hingga media sosial yang bisa mengikis rasa malu dan ibadah.
Di sinilah pentingnya kesadaran ruhani. Seorang muslim yang berkomitmen tidak cukup hanya dengan semangat, tapi perlu suplai energi ruhiyah dari dzikir, doa, tilawah, dan kebersamaan dengan orang-orang shalih.
Komitmen Itu Istiqamah
Banyak orang yang semangat di awal, tapi melemah di pertengahan jalan. Padahal, Allah mencintai hamba yang istiqamah, meski amalnya sedikit.
Rasulullah ﷺ bersabda:
“Amalan yang paling dicintai Allah adalah amalan yang terus-menerus meskipun sedikit.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Komitmen muslim bukan lompatan sesaat, tapi perjalanan panjang. Seperti pohon yang kokoh: akarnya menghujam ke bumi (aqidah), batangnya tegak (ibadah), daunnya rindang (akhlak), dan buahnya bermanfaat (amal sosial).
Potret Muslim Berkomitmen
Gambaran muslim yang berkomitmen antara lain;
Tegas dalam prinsip, lembut dalam interaksi.
Konsisten dalam ibadah, aktif dalam amal sosial.
Berwawasan luas, tapi tunduk pada Al-Qur’an dan Sunnah.
Siap berkorban untuk kebenaran.
Potret ini kita lihat nyata dalam diri Rasulullah ﷺ dan para sahabat. Abu Bakar r.a. tegas dalam kebenaran, tapi lembut hatinya. Umar r.a. keras pada kezaliman, tapi lembut menangis di malam hari. Utsman r.a. dermawan dengan harta, Ali r.a. penuh hikmah dalam keputusan.
Ruh Komitmen: Cinta kepada Allah
Pada akhirnya, yang membuat seorang muslim mampu berkomitmen adalah cinta.
Cinta kepada Allah yang membuat ibadah terasa manis.
Cinta kepada Rasulullah ﷺ yang membuat sunnah terasa indah.
Cinta kepada akhirat yang membuat dunia terasa ringan.
Rasulullah ﷺ bersabda:
“Tiga perkara yang jika ada pada diri seseorang, ia akan merasakan manisnya iman: (1) Allah dan Rasul-Nya lebih ia cintai daripada selain keduanya, (2) ia mencintai seseorang hanya karena Allah,
(3) ia benci kembali kepada kekufuran sebagaimana ia benci dilempar ke dalam api.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Komitmen sejati lahir dari hati yang dipenuhi cinta Ilahi.
Menghidupkan Komitmen di Zaman Kini, bagaimana cara kita menumbuhkan komitmen itu hari ini?
Bangun ruhiyah setiap hari: shalat tepat waktu, baca Al-Qur’an, dzikir pagi-sore.
Jaga lingkungan: pilih teman yang menambah iman, jauhi komunitas yang mengikis hati.
Tegakkan prinsip: katakan “tidak” pada yang haram meski semua orang melakukannya.
Aktif dalam kebaikan: terlibat dalam dakwah, amal sosial, pendidikan, dan perjuangan umat.
Belajar terus-menerus: Islam bukan hanya di sekolah, tapi ilmu sepanjang hayat.
Komitmen bukan hanya soal “saya muslim”, tapi “saya muslim yang siap hidup dan mati untuk Allah.”
Doa untuk Komitmen Sejati
Saudaraku, Komitmen seorang muslim adalah bekal menuju ridha Allah. Tanpanya, Islam kita bisa kering. Dengan komitmen, Islam menjadi cahaya hidup yang menuntun kita sampai surga.
اللهم اجعلنا من الذين قالوا ربنا الله ثم استقاموا
“Ya Allah, jadikanlah kami termasuk orang-orang yang berkata: Rabb kami adalah Allah, kemudian mereka istiqamah.”
Semoga kita menjadi muslim yang berkomitmen, muslim yang tidak hanya bernama, tapi bernyawa. Muslim yang hidupnya menjadi cahaya, dan matinya menjadi kesyahidan. Wallahu a’lam.
Oleh Syekh Sofyan Siroj Abdul Wahab.