BerandaInspirasiNasehatOase Dakwah: Menyusun Peradaban Islam melalui Lintasan Dakwah Siyasah

Oase Dakwah: Menyusun Peradaban Islam melalui Lintasan Dakwah Siyasah

spot_img

KABARLAH.COM, Pekanbaru – Dakwah adalah jalan menuju peradaban. Dakwah bukan sekadar ajakan ritual atau kegiatan keagamaan yang terbatas pada ruang-ruang masjid. Dalam pandangan Islam, dakwah adalah jantung dari seluruh pergerakan peradaban, sebagaimana para nabi telah diutus untuk memperbaiki masyarakat dan menegakkan nilai-nilai ilahiyah dalam kehidupan sosial-politik. Sejarah membuktikan, kebangkitan peradaban Islam tidak pernah terpisah dari dakwah yang membawa risalah langit untuk ditata dalam kehidupan bumi.

Bahwa dakwah harus menjadi panglima dalam setiap strategi gerakqn dakwah Islamiyah. Siyasah bukan hanya tentang kekuasaan, tapi tentang tadbir (pengelolaan) terhadap umat menuju ridha Allah. Maka peradaban Islam tidak dibangun melalui ambisi kekuasaan, tetapi dengan fondasi ilmu, tarbiyah, maslahah dan keadilan syar‘iyyah.

Dakwah dan Siyasah: Dua Sayap Peradaban, Dakwah sebagai Panglima, Siyasah sebagai Strategi

Dakwah mendidik manusia agar mengenal Allah, sedang siyasah mengatur interaksi manusia agar sesuai dengan kehendak-Nya. Sebagaimana Nabi Muhammad ﷺ memimpin masyarakat Madinah dengan dua unsur itu: risalah (dakwah) dan maslahah (siyasah), maka setiap harakah Islamiyah wajib membumikan siyasah yang tunduk pada nilai-nilai dakwah.

“Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.” (HR. Ahmad) – Rasulullah mendahulukan misi perubahan karakter sebelum menegakkan kekuasaan.

Ulama besar seperti Imam al-Mawardi dalam Al-Ahkam as-Sulthaniyyah menjelaskan:

“Tujuan dari imamah (kepemimpinan) adalah menjaga agama dan mengatur dunia berdasar syariat.”

Jadi, siyasah dalam Islam bukanlah tujuan, melainkan sarana dalam menyempurnakan misi dakwah.

Membangun Maslahat dan Keadilan

Siyasah yang islami tak boleh melenceng dari asas maslahah dan keadilan. Setiap keputusan harus mengandung manfaat umum dan berlandaskan syariat, bukan sekadar maslahat sempit elite penguasa.

Imam al-Ghazali berkata:

“Kekuasaan dan agama adalah saudara kembar. Agama adalah fondasi, dan kekuasaan adalah penjaganya. Sesuatu yang tanpa penjaga akan roboh, dan sesuatu yang tanpa fondasi akan lenyap.” (al-Iqtisād fi al-I‘tiqād)

Dalam konteks harakah dakwah Islamiyah, kekuasaan bukan untuk kemuliaan partai atau kelompok, tapi alat mewujudkan maqāṣid syarī‘ah: menjaga agama, jiwa, akal, keturunan, dan harta.

Tarbiyah sebagai Pondasi Politik Islam

Tidak ada siyasah Islam tanpa tarbiyah. Para pengemban dakwah harus dibina dalam ruhiyah yang kokoh, akhlak yang luhur, ilmu syar‘i yang mendalam, serta kesiapan menghadapi tantangan zaman. Inilah yang membuat harakah dakwah Islamiyah bersifat madani dan rahmatan, bukan oportunis atau pragmatis.

Itulah perlunya “Bangunlah jiwa sebelum membangun struktur. Tarbiyahlah kader sebelum mengusung kekuasaan.”

Dakwah yang mencetak pemimpin dengan ruh tarbiyah akan melahirkan peradaban, bukan sekadar kemenangan politik.

Fiqh Tahawwulat: Strategi dalam Perubahan Sosial

Siyasah dalam dakwah harus bersandar pada fiqh tahawwulat – pemahaman terhadap dinamika sosial, budaya, dan politik. Harakah dakwah Islamiyah dituntut untuk adaptif dalam metode, namun tetap teguh pada prinsip.

Ibnu Khaldun dalam al-Muqaddimah menyatakan:

“Kekuasaan itu bukanlah capaian instan, tapi buah dari proses panjang tarbiyah dan konsolidasi kekuatan.”

Maka, tahapan-tahapan dakwah harus dilalui: takwin (pembentukan), ta‘rif (pengenalan), tandzim (pembinaan struktural), dan tanfidz (implementasi strategi).

Peradaban Islam: Bukan Khilafah Politik, Tapi Khilafah Rabbaniyah

Harakah dakwah Islamiyah tidak boleh terjebak pada wacana simbolik kekhilafahan atau negara Islam semata. Peradaban Islam yang hakiki adalah terwujudnya masyarakat yang hidup dalam nilai-nilai ilahiyah, menjunjung keadilan, ilmu, ibadah, ukhuwah dan amar ma’ruf nahi munkar.

Sebab“Tujuan dakwah bukanlah kekuasaan, tetapi terciptanya masyarakat yang Rabbani. Kekuasaan hanyalah alat, bukan cita-cita.”

Strategi Menuju Peradaban Islam

  1. Penguatan landasan tarbiyah: Melahirkan generasi mutarabbiy yang memiliki fikrah Islamiyah, akhlak jamai’yah, dan ruh perjuangan. Membentuk struktur dakwah yang mengakar: Dakwah tidak boleh elitis. Ia harus menyentuh akar rumput, masuk ke komunitas, lembaga pendidikan, budaya, dan media.
  2. Mengelola kekuatan politik dengan nilai dakwah: Jika harakah terlibat dalam politik, maka politik itu harus diarahkan untuk pelayanan umat, bukan ajang rebutan kursi. Menjaga maqāsid syarī‘ah: Segala keputusan, kebijakan, atau langkah dakwah dan politik harus dinilai berdasarkan manfaat dan kesesuaiannya dengan syariat.

Menjadi Arsitek Peradaban

Umat Islam saat ini sedang berada di persimpangan sejarah. Di satu sisi, kita memiliki warisan peradaban yang agung; di sisi lain, tantangan global menuntut kita menyusun strategi baru. Dakwah yang benar, tarbiyah yang kuat, dan siyasah yang cerdas adalah tiga pilar utama yang harus dibangun kembali oleh harakah dakwah Islamiyah.

“Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di muka bumi…”
(QS. an-Nur: 55)

Bukan kekuasaan yang kita cari, tetapi ridha Allah dan tegaknya nilai-nilai-Nya di muka bumi. Itulah hakikat siyasah dalam dakwah.

Oleh Syeikh Sofyan Siroj Abdul Wahab.

spot_img

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

WAJIB DIBACA

spot_img