BerandaInspirasiNasehatOase Dakwah: Menggapai Ridha Ilahi, Jalan Panjang Menuju Puncak Kebahagiaan

Oase Dakwah: Menggapai Ridha Ilahi, Jalan Panjang Menuju Puncak Kebahagiaan

spot_img

KABARLAH.COM – Ridha Allah, Tujuan Tertinggi. Setiap Muslim memiliki satu cita-cita agung: meraih ridha Allah ﷻ. Semua amal, ibadah, perjuangan, dan pengorbanan tidak lain adalah untuk memperoleh kalimat ilahi: “Aku ridha kepadamu, hamba-Ku.”

Allah ﷻ menegaskan:

وَرِضْوَانٌ مِّنَ اللَّهِ أَكْبَرُ
“Keridhaan Allah adalah karunia yang paling besar.”
(QS. At-Taubah: 72)

Rasulullah ﷺ bersabda:

إِنَّ اللَّهَ إِذَا أَحَبَّ عَبْدًا نَادَى جِبْرِيلَ… فَيُحِبُّهُ أَهْلُ السَّمَاءِ
“Sesungguhnya jika Allah mencintai seorang hamba, Allah memanggil Jibril: ‘Sesungguhnya Aku mencintai fulan, maka cintailah dia.’ Maka Jibril mencintainya dan menyeru penghuni langit untuk mencintainya.”
(HR. Bukhari & Muslim)

Dr. Sayyid Muhammad Nuh dalam bukunya mengingatkan: “Ridha Allah adalah tujuan setiap mukmin, dan semua jalan harus diarahkan ke sana.” Namun, bagaimana caranya?

  1. Memahami Hakikat Ridha Ilahi

Ridha Allah bukan sekadar kesenangan dunia, tetapi penerimaan Allah atas hamba-Nya, sehingga Allah lapangkan hatinya, berkahi hidupnya, dan kelak masukkan ke surga-Nya.

Ibnu Qayyim berkata:
“Ridha Allah adalah surga dunia. Siapa yang mendapatkannya, dia akan tenang sekalipun dunia bergejolak.”

Allah ﷻ berfirman:

رَّضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ
“Allah ridha kepada mereka dan mereka pun ridha kepada-Nya.”
(QS. Al-Bayyinah: 8)

  1. Jalan Menuju Ridha Ilahi: Ikhlas dan Ittiba’

Jalan pertama menuju ridha adalah ikhlas: membersihkan niat dari segala tujuan selain Allah.

Rasulullah ﷺ bersabda:

إِنَّمَا الأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ
“Sesungguhnya amal itu tergantung niatnya.”
(HR. Bukhari & Muslim)

Imam Al-Ghazali menulis dalam Ihya:
“Ikhlas adalah memurnikan niat dari selain Allah dalam semua amal.”

Hasan Al-Banna menekankan dalam risalahnya:
“Amal tanpa ikhlas adalah bangunan tanpa pondasi. Dakwah tanpa ikhlas adalah suara tanpa ruh.”

Selain ikhlas, ittiba’ kepada sunnah Nabi ﷺ adalah syarat kedua agar amal diterima. Allah berfirman:

قُلْ إِن كُنتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ
“Katakanlah: jika kamu mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mencintaimu.”
(QS. Ali ‘Imran: 31)

  1. Bekal Ruhani: Iman, Ilmu, Amal

Ridha Allah tidak diraih dengan angan-angan. Ia menuntut bekal:

Iman yang kokoh: percaya penuh pada janji Allah.

Ilmu yang benar: agar ibadah sesuai tuntunan.

Amal shalih yang terus-menerus.

Said Hawwa menulis:
“Ridha Allah hanya dapat diraih oleh orang yang hidup dengan ilmu, dihidupi oleh iman, dan bergerak dengan amal.”

  1. Hambatan di Jalan Ridha

Ada tiga penghalang besar:

Hawa nafsu yang mengajak pada kesenangan sesaat.

Cinta dunia berlebihan: harta, jabatan, popularitas.

Lalai dari dzikir yang mengeraskan hati.

Sayyid Qutb berkata:
“Manusia akan tetap terjajah selama hatinya diperbudak oleh syahwat dunia.”

Solusi:

Perbanyak dzikir agar hati hidup.

Muraqabah: merasa diawasi Allah setiap saat.

Jauhi dosa kecil dan besar.

  1. Tanda Orang yang Diridhai Allah

Dr. Sayyid Muhammad Nuh menyebut tanda-tanda orang yang meraih ridha Allah:

Hati yang tenang (mutmainnah) (QS. Al-Fajr: 27-30).

Mudah melakukan ketaatan, berat dalam maksiat.

Cinta kepada Allah dan Rasul lebih dari apa pun (HR. Bukhari-Muslim).

Berakhlak mulia, bermanfaat bagi orang lain.

Ibnu Rajab menulis:
“Tanda ridha Allah adalah ketika seorang hamba lebih memilih apa yang Allah cintai daripada hawa nafsunya.”

  1. Strategi Praktis Menggapai Ridha Ilahi

a. Perbanyak Ibadah Wajib dan Sunnah

Rasulullah ﷺ bersabda dalam hadits Qudsi:

وَمَا تَقَرَّبَ إِلَيَّ عَبْدِي بِشَيْءٍ أَحَبَّ إِلَيَّ مِمَّا افْتَرَضْتُ عَلَيْهِ
“Tidaklah seorang hamba mendekat kepada-Ku dengan sesuatu yang lebih Aku cintai daripada apa yang Aku wajibkan kepadanya.”
(HR. Bukhari)

Setelah kewajiban, perbanyak sunnah: shalat malam, puasa sunnah, sedekah.

b. Dzikir dan Doa

Dzikir adalah makanan ruhani. Allah ﷻ berfirman:

أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ
“Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenang.”
(QS. Ar-Ra’d: 28)

Doa Rasulullah ﷺ:
اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ رِضَاكَ وَالْجَنَّةَ
“Ya Allah, aku memohon ridha-Mu dan surga.” (HR. Tirmidzi)

c. Muhasabah Harian

Umar bin Khattab berkata:
“Hisablah dirimu sebelum kamu dihisab.”

Lakukan introspeksi setiap malam: bagaimana shalat, amal, lisan, dan hati.

d. Pilih Lingkungan Shalih

Hasan Al-Banna mengingatkan:
“Dakwah akan lemah jika tidak ada jamaah shalih yang saling menguatkan.”

  1. Ridha Ilahi dalam Dakwah dan Perjuangan

Para ideolog Ikhwan menekankan bahwa ridha Allah adalah kompas dakwah. Musthafa Masyhur berkata:

“Kita bukan mencari kemenangan dunia, tapi mencari ridha Allah. Jika ridha itu kita dapatkan, maka kita menang walau jasad kita hancur.”

Sayyid Qutb menulis:
“Jalan dakwah panjang, penuh duri. Jika tujuanmu dunia, kamu akan lelah. Tapi jika tujuanmu ridha Allah, kamu akan terus melangkah.”

Penutup: Jalan Panjang, Hati Tenang

Ridha Allah bukan hadiah instan, tapi buah dari mujahadah seumur hidup. Namun, ia menjanjikan kebahagiaan abadi. Firman Allah:

يَا أَيَّتُهَا النَّفْسُ الْمُطْمَئِنَّةُ ارْجِعِي إِلَىٰ رَبِّكِ رَاضِيَةً مَّرْضِيَّةً
“Hai jiwa yang tenang, kembalilah kepada Tuhanmu dengan ridha dan diridhai.” (QS. Al-Fajr: 27-28)

Mari kita niatkan: seluruh ibadah, dakwah, perjuangan hanya untuk satu hal: Ridha Allah.

Hasan Al-Banna berkata:
“Hidupilah dakwah ini dengan hatimu. Jika engkau mati, dakwah ini akan tetap hidup karena engkau telah menanamkan benihnya.”. Allahu ‘Alam.

Oleh: Syekh.Sofyan Siroj Abdul Wahab.

spot_img

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

WAJIB DIBACA

spot_img