KABARLAH.COM – Kisah Nabi Yusuf `alaihissalam adalah epik terindah dalam Al-Qur’an, penuh hikmah tentang kesabaran, kesucian, pengampunan, dan kecerdasan dalam mengelola krisis. Allah sendiri menyebutnya sebagai “ahsanal qashash” (kisah terbaik) (QS. Yusuf: 3).
Di era modern, pelajaran dari kisah ini relevan dengan fitnah seksual, pengkhianatan sosial, politik kekuasaan, dan krisis ekonomi.
“Sungguh, pada kisah-kisah mereka terdapat pelajaran bagi orang-orang yang berakal.”
(QS. Yusuf: 111)
Awal Ujian: Kedengkian Saudara
Yusuf kecil bermimpi melihat sebelas bintang, matahari, dan bulan bersujud kepadanya (QS. Yusuf: 4).
Saudara-saudaranya dilanda iri hati karena cinta Ya’qub lebih condong kepada Yusuf.
Mereka merencanakan pembunuhan, lalu memutuskan untuk membuangnya ke dalam sumur.
Hikmah: Iri hati adalah akar kejahatan keluarga dan sosial.
Hadits:
“Jauhilah hasad, karena hasad memakan kebaikan seperti api memakan kayu bakar.”
(HR. Abu Dawud)
Fitnah Wanita dan Godaan Nafsu
Yusuf dijual sebagai budak dan tinggal di rumah Al-Aziz.
Istri Al-Aziz menggoda Yusuf:
“Dan wanita yang Yusuf tinggal di rumahnya menggoda dia untuk menundukkan dirinya (kepadanya)…”
(QS. Yusuf: 23)
Yusuf menolak dengan tegas:
“Aku berlindung kepada Allah. Sesungguhnya Dia adalah Tuhanku yang telah berbuat baik kepadaku.”
(QS. Yusuf: 23)
Pelajaran:
Godaan terbesar bukan hanya kekerasan, tetapi godaan maksiat di ruang privat.
Iman dan rasa muraqabah (merasa diawasi Allah) adalah benteng utama.
Penjara: Jalan Menuju Kemuliaan
Yusuf dipenjara karena fitnah, bukan karena kesalahan.
Di penjara, ia berdakwah tentang tauhid kepada dua narapidana:
“Tidak ada yang kamu sembah selain Allah, itu hanyalah nama-nama yang kamu buat-buat.”
(QS. Yusuf: 40)
Hikmah:
Musibah bukan akhir, tetapi jalan menuju ketinggian derajat.
Bahkan dalam penjara, Yusuf tidak berhenti berdakwah.
Kebangkitan dan Strategi Ekonomi
Raja Mesir bermimpi tentang tujuh sapi gemuk dimakan tujuh sapi kurus.
Yusuf menafsirkan:
“Kamu akan bercocok tanam tujuh tahun sebagaimana biasa, maka simpanlah hasil panen di bulirnya…”
(QS. Yusuf: 47)
Ini adalah konsep manajemen pangan jangka panjang:
Produksi → Simpan → Distribusi efisien.
Relevan dengan konsep food security saat krisis global.
Puncak Kemenangan
Yusuf diangkat menjadi penguasa perbendaharaan negara (menteri ekonomi).
Ia memaafkan saudara-saudaranya yang dulu mengkhianati:
“Pada hari ini tidak ada cercaan bagi kamu. Semoga Allah mengampuni kamu.”
(QS. Yusuf: 92)
Hikmah:
Kekuatan sejati bukan balas dendam, tapi memaafkan.
Kepemimpinan harus berbasis iman dan integritas.
Hikmah Utama Kisah Yusuf
- Kesucian lebih berharga dari dunia → Yusuf memilih penjara daripada zina.
- Sabar menghadapi pengkhianatan keluarga → Allah balas dengan kemuliaan.
- Krisis ekonomi butuh strategi dan moral → Yusuf sebagai role model manajemen krisis.
- Memaafkan adalah kemenangan moral tertinggi.
Relevansi Kontemporer
Fitnah Seksual Modern → Pornografi, perselingkuhan → solusi: iman + pengendalian diri.
Krisis Pangan Global → strategi Yusuf harus jadi inspirasi negara Muslim.
Politik dan Etika → kekuasaan harus amanah, bukan alat balas dendam.
Nabi ﷺ bersabda:
“Tidaklah seorang hamba menahan amarah padahal ia mampu melampiaskannya, kecuali Allah akan memanggilnya pada hari kiamat di hadapan seluruh makhluk, hingga Allah memberinya pilihan bidadari mana yang ia sukai.”
(HR. Abu Dawud)
Tentang menahan godaan:
“Tujuh golongan yang Allah naungi pada hari tiada naungan selain naungan-Nya, salah satunya: Seorang lelaki yang diajak oleh wanita cantik untuk berzina, lalu ia berkata: ‘Aku takut kepada Allah.’”
(HR. Bukhari dan Muslim)
Kesimpulan
Kisah Yusuf mengajarkan bahwa iman, kesucian, dan kecerdasan mengelola sumber daya adalah kunci kemenangan. Dunia modern butuh model Yusuf: pemimpin yang amanah dan ahli manajemen krisis.
“Sesungguhnya siapa yang bertakwa dan bersabar, maka Allah tidak akan menyia-nyiakan pahala orang-orang yang berbuat baik.”
(QS. Yusuf: 90).
Oleh: Syekh Sofyan Siroj Abdul Wahab.