BerandaBeritaPendidikanFilosofi Pendidikan Ki Hajar Dewantara

Filosofi Pendidikan Ki Hajar Dewantara

spot_img

KABARLAH.COM, Pekanbaru – Ki Hajar Dewantara (1889-1959) merupakan tokoh berpengaruh di Indonesia yang memiliki julukan Bapak pendidikan bangsa Indonesia dan juga pendiri taman siswa. Terdapat tiga konsep pendidikan nasional yang dikemukakan oleh Ki Hajar Dewantara yaitu: Tringa, Tri Pusat Pendidikan, dan Tut Wuri Handayani.

Dalam konsep pendidikan yang dikemukakan Ki Hajar Dewantara, konsep Tringa menjadi salah satu konsep yang diusungkan untuk diterapkan didalam dunia pendidikan yang terdiri dari ngerti, ngrasa, dan nglakoni. Ngerti berarti peserta didik dibimbing untuk dapat menguasai pengetahuan yang diberikan melalui aktivitas pembelajaran yang dilakukan secara optimal. Ngrasa berarti peserta didik dibimbing untuk dapat mengembangkan empati dan kepekaan yang ada dalam dirinya melalui penerapan kurikulum yang sesuai. Nglakoni berarti peserta didik dibimbing untuk dapat mengaplikasikan pengetahuan yang dimilikinya dalam praktik dikehidupan sehari-hari melalui pemberian pembelajaran berbasis proyek.

Konsep pendidikan selanjutnya yang dikemukakan oleh Ki Hajar Dewantara adalah Tripusat Pendidikan. Tripusat Pendidikan terdiri atas: Sekolah, Keluarga dan Masyarakat. Keluarga dan masyarakat memiliki peran penting dalam menciptakan keberhasilan pendidikan nasional, karena pendidikan bukanlah hal yang hanya bisa didapatkan di lingkungan sekolah saja. Pendidikan tidak hanya mengasah kecerdasan, tetapi juga kemampuan jasmani dan rohani peserta didik, dan pemberian pendidikan tersebut tidak boleh dibebankan hanya kepada guru di lingkungan sekolah. Terbatasnya waktu yang dimiliki peserta didik dalam kegiatan transfer ilmu pengetahuan di lingkungan sekolah menyebabkan terbatasnya juga kesempatan yang dimiliki oleh peserta didik untuk berdiskusi dengan guru.

Di lingkungan keluarga peserta didik sudah dididik sejak dalam kandungan hinga dewasa. Di lingkungan masyarakat, peserta didik akan belajar bagaimana cara menjadi masyarakat yang baik serta mengimplementasikan ilmu pengetahuan yang telah didapatkan di lingkungan sekolah. Lingkungan masyarakat akan mempengaruhi karakter peserta didik, sehingga apabila peserta didik berada dilingkungan yang baik maka karakter yang didapatkan juga baik begitupun sebaliknya.

Konsep pendidikan terakhir yang dikemukakan oleh Ki Hajar Dewantara adalah Tut Wuri Handayani. Tut Wuri Handayani berasal dari semboyan yang terkenal yang juga dikemukan oleh Ki Hajar Dewantara yakni Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madyo Mangun Karso, Tut Wuri Handayani. Ing Ngarso Sung Tulodo berarti di depan memberi teladan. Maknanya, pendidik harus dapat menjadi teladan bagi peserta didik yang diajarnya baik dalam tutur kata, prilaku dan lain sebagainya.

Ing Madyo Mangun Karso berarti di tengah membangun semangat. Maknanya, pendidik harus mampu merangkul peserta didiknya sehingga terbangunlah motivasi belajar pada peserta didik. Tut Wuri Handayani berarti di belakang memberikan dorongan. Maknanya, pendidik harus memberikan dorongan/motivasi positif kepada peserta didik demi mewujudkan cita-citanya.

Filsafat pendidikan Ki Hajar Dewantara dapat diringkas sebagai berikut:

  1. Pendidikan sebagai proses pembinaan karakter: Ki Hajar Dewantara menekankan pentingnya pendidikan dalam membentuk karakter dan kepribadian siswa.
  2. Tut Wuri Handayani: Konsep ini menekankan peran guru sebagai pendamping dan motivator siswa, bukan hanya sebagai penyampai informasi. Pendidikan berbasis nilai-nilai kebudayaan: Ki Hajar Dewantara menekankan pentingnya memasukkan nilai-nilai kebudayaan dan kearifan lokal dalam pendidikan. Pengembangan kemandirian siswa: Ki Hajar Dewantara percaya bahwa pendidikan harus membantu siswa mengembangkan kemandirian dan kemampuan untuk berpikir kritis.
  3. Pendidikan yang holistik: Ki Hajar Dewantara menekankan pentingnya pendidikan yang mencakup aspek intelektual, emosional, dan spiritual.

Ki Hajar Dewantara juga mendirikan Taman Siswa, sebuah lembaga pendidikan yang bertujuan untuk mengembangkan pendidikan yang berbasis pada nilai-nilai kebudayaan dan kemandirian siswa. Filsafat pendidikan Ki Hajar Dewantara masih relevan hingga saat ini dan menjadi inspirasi bagi banyak pendidik dan praktisi pendidikan di Indonesia.

Referensi
PENGANTAR FILSAFAT PENDIDIKAN.(2025).(n.p.):Uwais Inspirasi Indonesia.

Profil sekolah

  1. Pondok Pesantren Syafa’aturrrasul

Nama sekolah : Pondok Pesantren Syafa’aturrasul
Status sekolah : Swasta
Tahun berdiri : 14 Juni 1988
Alamat
Desa : Beringin jaya
Kecamatan : Kuantan Tengah
Kabupaten : Kuantan Singingi
Provinsi : Riau
Kode pos : 29511
Akreditasi : A
Luas lahan kampus 1 :60.000 m2
Organisasi penyelenggara : Lembaga Swasta

Visi : Menjadi lembaga islam yang kokoh dalam melahirkan generasi penghafal Al-Qur’an berakhlak mulia dan berwawasan dunia.

Misi :

a. Penghafal al-Qur’an

b. Aktif Berkomunikasi dengan bahsa arab dan inggris

c. Terampil dan berkreatifitas

d. Pemimpin yang Tafaqquh Fiddin

e. Berakhlak mulia

f. Berprestasi dalam segala bidang

2. SDIT Teluk Kuantan

Nama sekolah : SDIT Teluk Kuantan
Status sekolah : Swasta
Tahun berdiri : 10 Juni 2015
Alamat
Desa : Beringin Jaya
Kecamatan : Kuantan Tengah
Kabuoaten : Kuantan Singingi
Provinsi : Riau
Kode pos : 29511
Akreditasi : B
Organisasi penyelenggara : Lembaga Swasta
Visi : menjadi sekolah ramah anak, membentuk siswa berkarakter, penghafal Al-Qur’an, menguasai bahasa global dan berprestasi gemilang.

Misi :

  1. Melaksanakan program ramah anak
  2. Melakukan bimbingan secara komprehensif dengan orientasi terbentuknya akhlak yang mulia.
  3. Membimbing siswa menghafal Al-Qur’an 5 juz
  4. membentuk siswa mampu berkomunikasi dengan bahasa arab dan inggris
  5. membekali siswa untuk mencapai prestasi akademik dan non akademik disemua tingkatan.

Penerapan Filosofi Pendidikan Ki Hajar Dewantara di dalam dunia pendidikan.

  1. Pondok Pesantren Syafa’aturrasul

Aplikasi Tringa Ki Hajar Dewantara yang terdiri dari ngerti, ngrasa, nglakoni di Pondok Pesantrren Syafa’aturrasul dapat diimplementasikan sebagai berikut :

  • Ngerti (mengerti) : santri diberikan pemahaman/pengetahuan melalui pembelajaran didalam kelas dari pagi sampai sore tentang ajaran islam dan pembelajaran umum.
  • Ngrasa (merasa) : ketika santri berada diluar kelas (diasrama, dimesjid, dikantin, ditempat lainnya yang masih dilingkungan pondok). Santri benar-benar merasakan langsung nilai-nilai yang sudah diajarkan dikelas pada kehidupan sehari-harinya karena pondok pesantren adalah miniature masyarakat yang hidup berdampingan selama 24 jam. Dengan latar belakang penghuni yang berbeda-beda nilai toleransi,empati, menjadi landasan bergaul dalam kehidupan sehari-hari dipondok pesantren misalnya ketika ada teman yang sakit diasrama maka sudah ada anak-anak yang mengantarkan ke puskestren (pusat kesehatan pesantren)
  • Nglakoni (mengamalkan) mereka benar-benar dituntut untuk menerapkan nilai –nilai islami dalam seluruh aspek aktivitas mereka di pondok pesantren. Contoh kegiatan, berpakaian islami, sholat tepat waktu, mengantri dalam semua hal, menghormati para guru.

Aplikasi Tripusat pendidikan Ki Hajar Dewantara yang terdiri dari sekolah, keluarga, masyarakat di Pondok Pesantren Syafa’aturrasul dapat diimplementasikan sebagai berikut :

  • Sekolah santri dididik selama 24 jam sehari semalam karena mereka bertemapat tinggal dilingkungan pondok pesantren syafa’aturrasul. Pagi sampai sore mereka dididik oleh guru pengampu dikelas masing-masing. Diluar kelas dari sore sampai pagi lagi mereka dididik oleh para pembina asrama dengan berbagai peraturan yang mengikat mereka.
  • Keluarga, saat santri libur mereka dikembalikan kepada keluarga mereka dan dididik oleh keluarga namun pondok pesantren tetap memantau aktivitas mereka melalui komunikasi dengan orang tua dan penugasan yang diberikan selama berada dirumah. Contoh santri diberikan form amalan harian yang harus dikerjakan dirumah dan wajib melaporkannya setelah kembali kepondok.
  • Masyarakat, santri hendaknya menjadi contoh teladan dimasyarakat. Prilaku yang islami hendaknya ditampilkan, aktif dimesjid.

Aplikasi Tut Wuri Handayani berasal dari sebagian semboyan Ki Hajar Dewantara yang terdiri dari Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madyo Mangun Karso, Tut Wuri Handayani.

Semboyan ini diimplemetasikan oleh pondok pesantren syafa’aturrasul sebagai berikut :

a. Ing Ngarso Sung Tulodo (di depan memberi contoh)
Cntohnya ustadz/ah memberi teladan bagi santri yaitu ikut sholat dimesjid bersama santri.

b. Ing Madyo Mangun Karso (di tengah merangkul) Teribat dalam membantu segala permasalahan yang dialami oleh santri baik dalam belajar, masalah pribadi dan lainnya.

c. Tut Wuri Handayani (di belakang memberi dorongan atau dukungan) Guru dan pengasuh memberikan dukungan dan bimbingan kepada santri yang mengalami kesulitan dalam belajar atau menghafal al-qur’an agar selalu semangat.

  1. SDIT TELUK KUANTAN

Aplikasi Tringa Ki Hajar Dewantara yang terdiri dari ngerti, ngrasa, nglakoni di SDIT TELUK KUANTAN dapat diimplementasikan sebagai berikut :

  • Ngerti : murid belajar dengan mendengarkan penjelasan para guru dan diskusi kelompok.
  • Ngrasa : para guru mengajarkan sikap empati dalam setiap momen kegiatan pembelajaran dan membimbing sikap tolong menolong, saling membantu, dan bekerja sama sehingga anak-anak mempunyai kepekaan terhadap orang lain dan lingkungan sekitar
  • Nglakoni: pengetahuan dasar yang diterima dan sikap empati yang ditumbuhkan diharapkan dapat tumbuh dalam pribadi peserta didik sehingga diaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.

Contoh: pembelajaran IPA, mulai dari penjelasan guru tentang pelajaran, tentang sikap empati sampai penerapannya dalam keseharian peserta didik.

Aplikasi Tripusat pendidikan Ki Hajar Dewantara yang terdiri dari sekolah, keluarga, masyarakat di SDIT TELUK KUANTAN dapat diimplementasikan sebagai berikut :

Tri Pusat Pendidikan yang diterapkan SDIT Teluk Kuantan:

  • Di sekolah peserta didik mendapatkan ilmu agama dan ilmu umum berdasarkan kurikulum dari pemerintah.
  • Di rumah peserta didik dibimbing oleh orang tua bekerja sama dengan guru melalui buku penghubung dan pengajian bulanan orang tua bersama sekolah.
  • Di masyarakat peserta didik diharapkan sholat di masjid sehingga terbiasa dengan aktivitas keislaman.

Contoh: ajaran sholat fardhu dan sunnah mulai dari bacaan sampai praktek pelaksanaan. Sehingga menjadi kebiasaan harian

Aplikasi Tut Wuri Handayani berasal dari sebagian semboyan Ki Hajar Dewantara yang terdiri dari Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madyo Mangun Karso, Tut Wuri Handayani. Semboyan ini diimplemetasikan oleh SDIT TELUK KUANTAN sebagai berikut :

a. Ing Ngarso sung tulodo: Guru memberikan keteladanan dalam seluruh aspek contohnya: makan dengan tangan kanan, tidak berdiri, tidak sambil berbicara, berbicara yang santun sesama guru pengajar dan peserta didik.

b. Ing Madyo Mangun Karso, guru menasehati peserta didik dengan nasehat-nasehat yang sampai ke hati, merangkul peserta didik, mendengarkan curhatan dan cerita mereka.

c. Tut Wuri Handayani: guru mengembangkan rasa percaya diri peserta didik, memberikan motivasi2 yang memunculkan kekreativitasan mereka, mendorong jiwa kompetisi dan semangat juang dalam perlombaan

Oleh:

  1. AFIFAH (2486110091)
  2. HENDRA WIJAYA (2486110085)
  3. MARDIA ROSNILA NINGSIH (2486110087)
  4. WIRZA RAHMAH (2486110094)
  5. YELLI HERLINA (2486110092)
spot_img

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

WAJIB DIBACA

spot_img