BerandaBeritaPendidikanFILSAFAT PENDIDIKAN : IDEALISME, REALISME DAN PRAGMATISME

FILSAFAT PENDIDIKAN : IDEALISME, REALISME DAN PRAGMATISME

spot_img

LATAR BELAKANG PEMBAHASAN
Masalah pendidikan merupakan masalah yang berhubungan langsung dengan kehidupan manusia. Menurut kamus besar Bahasa Indonesia (KBBI) Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui pengajaran dan pelatihan. Pendidikan itu sendiri juga termaktub dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS, yakni: “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.”
Pendidikan tidak cukup dipahami hanya melalui pendekatan ilmiah yang bersifat parsial dan deskriptif saja, melainkan perlu dipandang pula secara holistik. Adapun kajian Pendidikan secara holistic dapat diwujudkan melalui pendekatan filosofis. Ada berbagai aliran filsafat pendidikan, antara lain Idealisme, Realisme, Pragmatisme.

A. FILSAFAT IDEALISME
1. PENGERTIAN IDEALISME
Idealisme merupakan cabang filsafat yang dikenal sebagai pemikiran manusia adalah dasar segala sesuatu, dan bahwa pemikiran manusia adalah sumber semua pengetahuan dan kebenaran. Idealisme, dalam konteks filsafat, adalah aliran yang menganggap ide atau pikiran sebagai dasar realitas. Idealisme menekankan bahwa dunia yang kita rasakan adalah hasil dari konstruksi pikiran kita sendiri atau dari sebuah ide yang lebih tinggi.
Seseorang yang idealis dalam kehidupan sehari-hari cenderung memiliki pandangan tentang dunia yang ideal dan berupaya untuk hidup sesuai dengan pandangan tersebut. Mereka mungkin memiliki nilai-nilai yang kuat dan berupaya untuk mencapai tujuan-tujuan yang dianggap mulia. Seseorang yang idealis dalam pendidikan akan berupaya untuk menciptakan sistem pendidikan yang lebih baik dan merata.
2. TOKOH-TOKOH IDEALISME
a. Plato: Sering dianggap sebagai pelopor idealisme, Plato berpendapat bahwa dunia ide adalah dunia yang lebih nyata dan abadi daripada dunia fisik yang kita alami sehari-hari.
b. Immanuel Kant: Menganut idealisme transendental, Kant berpendapat bahwa pengalaman manusia dibentuk oleh struktur kognitif bawaan yang ada dalam pikiran kita, yang memengaruhi bagaimana kita memahami dunia.
c. Johann Gottlieb Fichte: Fichte menekankan peran “Aku” (self) dalam membentuk realitas, dengan menekankan bahwa “Aku” adalah sumber dari semua pengetahuan dan pengalaman.

Idealisme diekspresikan Parmenides dengan kalimat: “What cannot be thought cannot be real”/ Apa yang tidak dapat dipikirkan tidaklah nyata. keberadaan(eksistensi) sesuatu tergantung kepada pikiran/jiwa/spirit/roh. Menurut Plato, setiap manusia memiliki tiga bagian jiwa, yaitu: nous (akal, fikiran) yang merupakan bagian rasional, thumos (semangat atau keberanian), dan epithumia (keinginan, kebutuhan atau nafsu).

Plato mengklasifikasi manusia di dalam negara berdasarkan bakat kemampuannya tersebut, yaitu:
a.Pertama, kelas counselors (kelas penasihat atau pembimbing / pemimpin), yaitu para cendekiawan atau para filsuf;,
b.kedua kelas the state-assistants / guardians (kelas pembantu/penjaga) yaitu kelompok militer;
c.ketiga, kelas money makers (kelas karya/penghasil) yaitu para petani, pengusaha, industrialis, dsb.

3.KONSEP UMUM FILSAFAT IDEALISME
a.Metafisika-Idealisme: para filosof idealisme mengklaim bahwa realitas pada hakikatnya bersifat spiritual.
b.Manusia: adalah mahluk spiritual, mahluk berfikir, memiliki tujuan hidup dan hidup di dunia dengan suatu aturan dan moral yang jelas,
c.Epestimolog-Idealismei: pengetahuan diperoleh dengan cara mengingat kembali atau berfikir melalui intuisi,
d.Aksiologi-Idealisme: manusia diperintah oleh nilai moral yang imperatif yang bersumber dari realitas yang absolute.

Idealisme menggambarkan orang yang berpegang teguh pada cita-cita tinggi, prinsip-prinsip yang dianggap sempurna, dan berusaha mencapai hasil yang maksimal. Mereka seringkali dianggap idealis karena memiliki pandangan dunia yang ideal menurut mereka, meskipun terkadang dianggap naif atau tidak realistis.


4. IMPLEMENTASI FILSAFAT IDEALISME
Implikasi filsafat idealisme dalam pendidikan menekankan pentingnya mengembangkan potensi individu melalui pendidikan yang berfokus pada pengembangan rohani, moral, dan intelektual. Pendidikan idealisme bertujuan membentuk karakter, memupuk kecintaan pada pengetahuan, dan meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan intuitif
Implikasi di dunia Pendidikan:

1.Tujuan Pendidikan:
a. Pendidikan idealisme bertujuan untuk membentuk karakter, mengembangkan potensi rohani dan intelektual individu, serta memupuk kecintaan terhadap pengetahuan dan nilai-nilai positif.
b. Pendidikan bukan hanya tentang penguasaan materi pelajaran, tetapi juga tentang pengembangan karakter, kepribadian, dan kemampuan berpikir kritis.

2. Kedudukan Siswa:
a.Siswa dianggap sebagai individu yang berpotensi untuk mengembangkan diri secara rohani, intelektual, dan moral.
b. Pendidikan idealisme menekankan pentingnya peran siswa sebagai subjek aktif dalam proses belajar, bukan hanya sebagai objek yang diisi dengan pengetahuan.

3.Peran Guru:
a. Guru berperan sebagai fasilitator dan motivator yang membantu siswa mengembangkan potensi mereka.
b. Guru juga berperan sebagai model moral dan contoh perilaku positif yang menginspirasi siswa.

  1. Curriculum:
    a. Kurikulum idealisme berpusat pada pengembangan individu, baik rohani, intelektual, maupun sosial.
    b. Kurikulum harus dirancang sedemikian rupa sehingga dapat memotivasi siswa untuk belajar dan mengembangkan potensi mereka.
  2. Proses Belajar:
    a.Proses belajar dalam idealisme lebih menekankan pada diskusi, refleksi, dan pengalaman langsung, serta penggunaan intuisi dalam memperoleh pengetahuan.
    b.Belajar bukan hanya tentang menghafal fakta, tetapi juga tentang pemahaman mendalam, berpikir kritis, dan penerapan pengetahuan dalam kehidupan sehari-hari.
  3. Metode Pengajaran:
    a. Metode pengajaran dalam idealisme lebih menekankan pada metode diskusi, dialog, dan pendekatan yang berpusat pada siswa.
    b. Guru menggunakan metode yang dapat memicu pemikiran kritis dan kreatif siswa, serta mendorong mereka untuk berpartisipasi aktif dalam proses belajar.
  4. Nilai-nilai yang Diutamakan:
    a. Nilai-nilai moral, etika, dan keagamaan sangat penting dalam pendidikan idealisme, karena nilai-nilai ini dianggap sebagai fondasi dalam pembentukan karakter dan kepribadian siswa.
    b. Pendidikan idealisme juga menekankan pentingnya pengembangan kepribadian yang berintegritas, bertanggung jawab, dan peduli terhadap kepentingan umum.
    Implikasi filsafat idealisme di dunia pendidikan yang diterapkan di SDN 003 Pauh Angit Kec.Pangean Kab. Kuantan Singingi mengangkat filosofi imanuel khan yaitu pendidikan karakter yang diwujudkan dalam kegiatan dan praktik seperti, semangat kebangsaan, disiplin, peduli lingkungan. berupa program:
    1.Senin : Upacara Pukul 07.15 s/d Selesai
    2.Selasa : English day Pukul 07.15- 07.30
    3.Rabu : Literasi 07.15-07.30
    4.Kamis : Kamis Bersih 07.15-07.30
    5.Jum’at : IMTAQ 07.00-07.30
    6.Sabtu : Senam 07.15 s/d selesai.
    Melakukan kunjungan Pustaka secara bergiliran, guna meningkatkan literasi siswa SDN 003 Pauh Angit.

B. FILSAFAT REALISME

1. PENGERTIAN REALISME

Filsafat realisme adalah aliran filsafat yang meyakini bahwa dunia ini nyata dan memiliki eksistensi independen dari pikiran atau persepsi manusia. Realisme berpendapat bahwa objek indera kita memang nyata dan ada secara independen dari pengetahuan atau persepsi manusia. Kebenaran, menurut realisme, terletak pada realitas alam, bukan pada ide atau jiwa.

Realisme percaya bahwa objek indera kita (seperti pohon, hewan, bumi, kota) adalah nyata dan ada dengan sendirinya, tidak bergantung pada pikiran manusia.

2. TOKOH-TOKOH FILSAFAT REALISME

a. Aristoteles, seorang filsuf Yunani kuno, dikenal sebagai salah satu tokoh utama realisme. Ia percaya bahwa realitas ada secara independen dari pikiran manusia, dan pengetahuan diperoleh melalui pengamatan dan pengalaman terhadap dunia nyata. Aristoteles membagi realitas menjadi dua elemen: forma (bentuk) dan materi. Forma adalah esensi atau ide dari suatu objek, sedangkan materi adalah substansi fisik objek tersebut. Baginya, pengetahuan yang sejati adalah pemahaman tentang kedua elemen ini.

b. John Locke: John Locke, seorang filsuf Inggris, dikenal dengan konsep “tabula rasa”, yang menyatakan bahwa manusia lahir tanpa pengetahuan bawaan, dan semua pengetahuan diperoleh melalui pengalaman. Meskipun empiris, Locke juga mengakui adanya realitas eksternal yang dapat kita amati dan alami. Pandangannya ini berkontribusi pada realisme dengan menekankan pentingnya pengalaman dalam memahami dunia.

c. David Hume: David Hume, seorang filsuf Skotlandia, adalah seorang empiris yang mempertanyakan dasar pengetahuan manusia. Meskipun empiris, Hume juga membahas hubungan sebab akibat dan persepsi, yang memiliki implikasi penting bagi pemahaman realitas. Pandangannya tentang persepsi dan hubungan sebab akibat memberikan dasar untuk memahami bagaimana kita membentuk representasi dunia dalam pikiran kita dan bagaimana kita menghubungkannya dengan realitas di luar diri kita.

3. KONSEP UMUM FILSAFAT REALISME

a. Metafisika-Realisme: kenyataan yang sebenarnya hanyalah kenyataan fisik (materialisme),

b. Manusia: hakekat manusia terletak pada apa yang dikerjakan. Jiwa merupakan organisme kompleks yang mempunyai kemampuan berfikir,

c. Epistemologi-Realisme: pengetahuan diperoleh manusia melalui pengalaman diri dan menggunakan akal. Pengetahuan dapat diperoleh melaui penginderaan. Kebenaran pengetahuan dapat dibuktikan dengan memeriksa keseuaiannya dengan fakta,

d. Aksiologi-Realisme: tingkah laku manusia diatur oleh hukum-hukum alam yang diperoleh melalui ilmu, dan pada taraf yang lebih rendah diatur oleh kebiasaan-kebiasaan atau adat-istiadat yang telah teruji dalam kehidupan.

Konsep realisme mengacu pada aliran pemikiran dan gaya seni yang fokus pada menggambarkan dunia dan kehidupan sebagaimana adanya, tanpa idealisasi atau hiasan. Realisme berusaha menampilkan subjek dengan jujur dan akurat, sering kali berfokus pada pengalaman sehari-hari dan detail kehidupan. Konsep ini bisa diterapkan dalam berbagai bidang, mulai dari seni lukis hingga filsafat dan ilmu politik.

4.IMPLIKASI FILSAFAT REALISME DI DUNIA PENDIDIKAN

a. Tujuan Pendidikan: Realisme menekankan bahwa pendidikan bertujuan untuk membantu individu menyesuaikan diri dengan kehidupan dan memenuhi tanggung jawab sosial.

b, Kurikulum: Kurikulum harus mencakup berbagai disiplin ilmu seperti sains, matematika, ilmu sosial, dan ilmu kemanusiaan, serta nilai-nilai moral.

c. Metode Pengajaran: Realisme mendukung metode pengajaran yang logis dan psikologis, seperti eksperimen dan praktik langsung, untuk membantu siswa memperoleh pengetahuan dan keterampilan.

d. Peran Pendidik: Pendidik berperan sebagai pengelola kegiatan belajar-mengajar, menguasai pengetahuan yang relevan, dan memiliki kewenangan untuk mendorong prestasi siswa.

e. Peran Siswa:Siswa diharapkan untuk aktif dalam penguasaan ilmu, mengikuti aturan, dan disiplin diri.

Implikasi Filsafat Realisme Di Dunia Pendidikan Yang Diterapkan Di Sekolah SDN 006 Koto Sentajo Kec.Sentajo Raya Kab. Kuantan Singingi mengangkat filosofi Aristoteles Berupa Program Setiap Hari Jum’at.

  1. Wirid Yasin
  2. Praktek Sholat Berjama’ah
  3. Hapalan Ayat-ayat Pendek
  4. Kultum

5. FILSAFAT PRAGMATISME

a. PENGERTIAN PRAGMATSIME

Pragmatisme adalah aliran filsafat yang menekankan pentingnya praktik dan konsekuensi dari sebuah tindakan atau pernyataan dalam menilai kebenaran

dan kegunaan. Aliran ini, yang berasal dari kata Yunani “pragma” (tindakan atau perbuatan), menekankan bahwa kebenaran sesuatu tidak bisa dipisahkan dari dampaknya dalam kehidupan nyata dan manfaatnya bagi manusia.

2. KONSEP UMUM FILSAFAT PRAGMATISME

a. Metafisika-Pragmatisme: hakikat realitas suatu teori umum tentang kenyataan tidaklah mungkin dan tidak diperlukan. Menurut aliran ini hakikat realitas adalah segala sesuatu yang dialami manusia, bersifat prural, dan terus menerus berubah,

b. Manusia adalah hasil evolusi biologis, psikologis, dan sosial. Sejalan dengan perubahan yang terus menerus terjadi tentunya akan muncul berbgai permasalahan dalam kehidupan pribadi dan masyarakat. Sebab itu, manusia yang ideal adalah manusia yang mampu memecahkan masalah baru baik dalam kehidupan pribadi maupun masyarakat,

c. Epestimologi-Pragmatisme: pengetahuan yang benar diperoleh melalui pengalaman dan berfikir. Pengetahuan adalah relatif, pengetahuan dikatakan bermakna apabila dapat diaplikasikan,

d. Aksiologi-Pragmatisme: nilai tidak bersifat esklusif, tidak berdiri sendiri, melainkan ada dalam suatu proses yaitu tindakan atau perbuatan manusia.

e. Pragmatisme merupakan aliran filsafat yang menilai kebenaran dari suatu teori atau kepercayaan berdasarkan tingkat keberhasilan atau manfaatnya dalam penerapan praktis. Persoalan utama bagi pragmatisme ialah mengenai daya guna dari pengetahuan, bukan hakikat dari pengetahuan. Pandangan ini dilandasi oleh pemikiran bahwa pengetahuan merupakan sarana bagi perbuatan. Pragmatisme menyelesaikan permasalahan teoretis maupun praktis dalam kehidupan manusia dengan mengandalkan penggunaan akal budi.

3. TOKOH-TOKOH FILSAFAT PRAGMATISME

a. Charles Sanders Peirce (1839-1914): Peirce dianggap sebagai pelopor pragmatisme. Ia memperkenalkan gagasan bahwa makna suatu konsep atau ide dapat ditemukan dengan melihat konsekuensi praktisnya. Peirce berpendapat bahwa kebenaran suatu ide dapat dinilai dari manfaatnya dalam kehidupan sehari-hari.

b. William James (1842-1910): James, seorang psikolog dan filsuf, mengembangkan pragmatisme lebih lanjut. Ia menekankan bahwa suatu ide itu benar jika ide tersebut berguna dan bermanfaat bagi individu. James meyakini bahwa kebenaran bersifat relatif dan dapat bervariasi tergantung pada konteks dan pengalaman individu.

c. John Dewey (1859-1952): Dewey adalah seorang filsuf, psikolog, dan tokoh pendidikan yang terkenal. Ia memperluas pragmatisme dalam konteks pendidikan, sosial, dan politik. Dewey menekankan bahwa pendidikan harus relevan dengan pengalaman siswa dan mempersiapkan mereka untuk kehidupan nyata. Pemikiran Dewey juga berkontribusi pada reformasi sosial dan pendidikan.

4. IMPLIKASI TERHADAP PENDIDIKAN

Pendidikan bertujuan memperoleh pengelaman yang berguna untuk memecahkan masalah-masalah dalam kehidupan individual maupun sosial, kurikulum pendidikan mungkin berubah, warisan-warisan sosial dari masa lalu tidak menjadi fokus perhatian. Pendidikan terfokus pada kehidupan yang baik pada saat ini dan masa yang akan datang bagi individu, dan secara bersamaan masyarakat dikembangkan, metode pendidikan mengutamakan metode pemecahan masalah, penyelidikan, dan penemuan, peranan pendidik dan peserta didik: pendidik yaitu memimpin dan membimbing peserta didik belajar tanpa ikut campur terlalu atas minat dan kebutuhan siswa. Peserta didik sebagai organisme yang rumit yang mampu tumbuh.

Implikasi Pragmatisme di dunia Pendidikan:

  1. Pendidikan: Dalam pendidikan, pragmatisme dapat diterapkan untuk mengembangkan kurikulum yang relevan dengan kebutuhan dan pengalaman peserta didik, serta mendorong pembelajaran aktif dan praktis.
  2. Ilmu pengetahuan: Pragmatisme dapat digunakan untuk mengevaluasi teori dan metode ilmiah berdasarkan hasil praktisnya dalam memecahkan masalah dan meningkatkan kualitas hidup
  3. Etika: Pragmatisme dapat diterapkan dalam etika untuk mengevaluasi tindakan dan kebijakan berdasarkan konsekuensi sosial dan praktisnya.
  4. Kehidupan sehari-hari: Pragmatisme dapat digunakan sebagai pendekatan dalam mengambil keputusan dan menyelesaikan masalah, dengan mempertimbangkan dampak dan manfaat dari setiap pilihan.

Contoh:

Jika seseorang bertanya “Apakah teori ini benar?”, seorang pragmatis akan menanggapi dengan bertanya “Apakah teori ini bermanfaat bagi kehidupan kita?”, atau “Apakah teori ini dapat membantu kita memecahkan masalah?”. Seseorang yang berpragmatisme akan lebih tertarik pada penerapan dan dampak praktis dari suatu teori daripada pada keabsahan teoritisnya.

Implikasi filsafat Pragmatisme di dunia Pendidikan yang diterapkan di sekolah SMA 2 Singingi Kec. Singingi Kab. Kuantan Singingi mengakat filosofi William James berupa program.

1. Pencak silat

2. Pramuka

KESIMPULAN

Kesimpulan dari filsaftat idealisme , realisme dan prakmatisme yaitu filsafat-filsafat tersebut menawarkan prespektif yang berbeda,

1. Idealisme menekankan peran pikiran dan ide dalam membentuk realitas,

2. Realisme menyorot pentingnya dunia fisik dan objek, sedangkan

3. Pragmatisme lebih fokus pada hasil praktis dan kegunaan ide.

Meskipun memiliki perbedaan dalam pandangan ketiga filsafat ini dapat saling melengkapi. Dan dapat membantu kita mengembangkan pemahaman lebih luas tentang dunia, serta bagaimana kita bisa mencapai kebenaran dan nilai.

Didalam proses pendidikan tentu kita akan menerapkan filsafat pendidikan baik idealisme, realisme dan pragmatisme yang mempertimbangkan tingkat pendidikan yang di sesuaikan dengan;

1. Usia

2. Tempat

3. Sosial budaya

Untuk itu demi tercapainya tujuan pendidikan, kita bisa menggunakan satu dua atau lebih filsafat pendidikan.

DAFTAR PUSTAKA

  1. Abdul Muis Tabrani, “Filsafat dalam Pendidikan” cetakan I”, (Mataram: IAIN Jember Press : 2015), hal 13-14
  2. Gumgum Gumilar. dkk, “Filsafat Idealisme Immanuel Kant: Relevansinya dalam Pendidikan Karakter di Sekolah Dasar”, Vol 7 No 1 (2024), hal. 133
  3. https://www.google.com/search?client=firefox-b-d&q=DEFENISI+PENDIDIKAN+KBBI
  4. https://www.google.com/search?client=firefox-b-d&q=IDEALISME+ADALAH
  5. https://www.kompasiana.com/afwanulfajri/5e85ba7b097f362a525e9ca2/idealisme-dan-tokoh-tokohnya
  6. https://id.wikipedia.org/wiki/Johann_Gottlieb_Fichte
  7. UU No.20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS

TANGGAPAN KELOMPOK TENTANG PERTANYAAN

1. Pertanyaan satu : Apakah bisa filsafat Idealisme, Realisme, dan pragmatisme ketiganya diterapkandalam satu tatap muka dalam proses pembelajaran.

Tanggapan dari Kelompok 3:

Ya, sangat mungkin dan bahkan dianjurkan untuk menerapkan filsafat idealisme, pragmatisme, dan realisme dalam satu tatap muka pembelajaran. Ketiga aliran filsafat ini memiliki fokus yang berbeda namun saling melengkapi, sehingga penerapannya secara bersamaan dapat memberikan pengalaman belajar yang lebih komprehensif bagi siswa.

Elaborasi:

a. Idealisme: Filsafat idealisme menekankan pentingnya nilai-nilai moral, etika, dan spiritual dalam pendidikan. Dalam pembelajaran, ini bisa diterapkan dengan menekankan pentingnya karakter, integritas, dan tujuan hidup yang mulia.

b. Pragmatisme: Filsafat pragmatisme berfokus pada pembelajaran melalui pengalaman dan tindakan. Dalam pembelajaran, ini bisa diterapkan dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar melalui proyek, eksperimen, dan pemecahan masalah langsung.

c. Realisme: Filsafat realisme menekankan pada fakta, data, dan dunia nyata. Dalam pembelajaran, ini bisa diterapkan dengan memperkenalkan siswa pada konsep-konsep ilmiah, teknologi, dan aplikasi praktis dari materi yang dipelajari.

Penerapan dalam Pembelajaran:

Dengan mengintegrasikan ketiga filsafat ini, seorang guru dapat menciptakan pembelajaran yang:

1. Holistik:

Siswa tidak hanya belajar tentang fakta, tetapi juga memahami nilai-nilai yang mendasarinya dan bagaimana menerapkannya dalam kehidupan nyata.

2. Relevan:

Pembelajaran terasa lebih relevan karena siswa dapat melihat bagaimana materi yang dipelajari terhubung dengan dunia di sekitar mereka.

3. Berdaya: Siswa merasa lebih termotivasi dan percaya diri karena mereka memiliki pemahaman yang mendalam tentang materi dan kemampuan untuk menerapkannya dalam berbagai situasi.

Contoh Penerapan: Misalnya, dalam pembelajaran tentang lingkungan, seorang guru bisa:

a. Idealisme: Menekankan pentingnya menjaga kelestarian lingkungan sebagai tanggung jawab moral.

b. Pragmatisme: Mengajak siswa untuk melakukan aksi nyata seperti membersihkan sampah di lingkungan sekolah atau membuat program daur ulang.

c. Realisme: Memberikan informasi tentang dampak perubahan iklim dan bagaimana teknologi dapat membantu mengatasi masalah lingkungan.

Dengan menggabungkan ketiga pendekatan ini, siswa tidak hanya belajar tentang lingkungan, tetapi juga menjadi individu yang peduli dan bertanggung jawab terhadap lingkungan.

Kesimpulan:

Menerapkan ketiga filsafat ini secara bersamaan dalam pembelajaran tidak hanya mungkin, tetapi juga sangat bermanfaat. Dengan pendekatan yang seimbang, guru dapat menciptakan pengalaman belajar yang lebih kaya dan bermakna bagi siswa.

2. Pertanyaan kedua : Bagainama keselarasan teori dan praktek dalam ke tiga filsafat pendidikan idelisme.

Tanggapan dari Kelompok 3:

Keselarasan antara teori dan praktik dalam filsafat pendidikan idealisme, realisme, dan pragmatisme berbeda-beda. Idealisme menekankan nilai-nilai spiritual dan moral, dengan praktik pendidikan yang berfokus pada pengembangan karakter dan potensi individu, seringkali melalui pembelajaran abstrak dan diskusi. Realisme, di sisi lain, menekankan pada pengajaran fakta dan realitas dunia nyata, dengan praktik pendidikan yang lebih berorientasi pada penerapan pengetahuan dan keterampilan dalam kehidupan sehari-hari. Pragmatisme, yang menekankan pada pengalaman dan pemecahan masalah, mendorong praktik pendidikan yang berpusat pada siswa, dengan pembelajaran yang relevan dan bermanfaat bagi kehidupan mereka.

Idealisme:

a. Teori: Idealisme berpendapat bahwa realitas tertinggi adalah ide atau pikiran. Pendidikan idealis bertujuan untuk mengembangkan potensi spiritual dan moral individu, serta memperkuat karakter.

b. Praktik: Praktik pendidikan idealis seringkali melibatkan metode seperti diskusi, ceramah, dan studi kasus untuk merangsang pemikiran kritis dan refleksi. Guru berperan sebagai contoh dan fasilitator dalam membimbing siswa menuju pemahaman yang lebih dalam tentang nilai-nilai dan prinsip-prinsip moral.

Realisme:

a. Teori: Realisme berpendapat bahwa realitas ada terlepas dari pikiran manusia. Pendidikan realis berfokus pada pengajaran fakta, pengetahuan ilmiah, dan keterampilan praktis yang relevan dengan dunia nyata.

b. Praktik: Praktik pendidikan realis menekankan pada pembelajaran yang terstruktur dan sistematis, seringkali melalui metode seperti demonstrasi, eksperimen, dan latihan. Siswa diharapkan untuk menguasai konsep-konsep dasar dan menerapkannya dalam berbagai situasi.

Pragmatisme:

Teori: Pragmatisme berpendapat bahwa kebenaran adalah apa yang berhasil dan berguna dalam pengalaman. Pendidikan pragmatis menekankan pada pembelajaran yang relevan dengan kebutuhan dan minat siswa, serta berorientasi pada pemecahan masalah.

Praktik: Praktik pendidikan pragmatis seringkali melibatkan pembelajaran berbasis proyek, studi kasus, dan pengalaman langsung. Guru berperan sebagai fasilitator dalam membantu siswa menemukan solusi untuk masalah yang relevan dengan kehidupan mereka. Keselarasan: Meskipun memiliki pendekatan yang berbeda, ketiga filsafat ini memiliki tujuan yang sama, yaitu untuk membimbing siswa menjadi individu yang lebih baik dan berkontribusi pada masyarakat. Idealisme menekankan pengembangan nilai-nilai moral dan spiritual, realisme menekankan pada penguasaan pengetahuan dan keterampilan, sedangkan pragmatisme menekankan pada penerapan pengetahuan dan pemecahan masalah. Dalam praktik pendidikan, seringkali ketiga filsafat ini saling melengkapi dan diintegrasikan untuk menciptakan pengalaman belajar yang holistik dan bermakna bagi siswa.

3. Pertanyaan Ketiga: Bagaimana pengembangan ketiga teori filsafat pendidikan idealisme, realisme dan pragmatis.

Tanggapan dari Kelompok 3:

Pengembangan ketiga teori filsafat pendidikan, yaitu Idealisme, Realisme, dan Pragmatisme, menghasilkan berbagai implikasi dalam dunia pendidikan. Idealisme menekankan pentingnya nilai-nilai spiritual dan moral, sementara Realisme fokus pada dunia nyata dan pengetahuan ilmiah. Pragmatisme, di sisi lain, menekankan pengalaman, pemecahan masalah, dan relevansi pendidikan dengan kehidupan sehari-hari.

a. Idealisme:

Pengembangan:

Aliran ini menekankan pentingnya nilai-nilai abadi, kebenaran, dan kebaikan. Dalam pendidikan, idealisme mendorong pengembangan karakter, pemikiran kritis, dan pemahaman konsep-konsep abstrak.

Implikasi:

Guru berperan sebagai model panutan dan fasilitator, membantu siswa mencapai potensi penuh mereka dan memahami nilai-nilai luhur.

Contoh:

Pembelajaran berbasis proyek yang berfokus pada pemecahan masalah, diskusi filosofis, dan penekanan pada karya seni dan sastra yang mengandung nilai-nilai moral.

b. Realisme:

Pengembangan: Realisme menekankan pentingnya pengetahuan faktual, pengalaman sensorik, dan penerapan ilmu pengetahuan dalam kehidupan nyata. Pendidikan realis berfokus pada penguasaan konsep-konsep ilmiah, keterampilan praktis, dan kesiapan siswa untuk menghadapi dunia kerja.

Implikasi:

Kurikulum yang ketat, metode pembelajaran yang sistematis, dan penekanan pada disiplin dan tanggung jawab.

Contoh:

Pembelajaran sains melalui eksperimen, pembelajaran keterampilan teknis, dan penekanan pada disiplin dalam belajar.

c. Pragmatisme:

Pengembangan:

Pragmatisme menekankan pengalaman, pemecahan masalah, dan relevansi pendidikan dengan kebutuhan individu dan masyarakat. Pendidikan pragmatis mendorong siswa untuk aktif, kreatif, dan terlibat dalam proses belajar.

Implikasi:

Pembelajaran berbasis pengalaman, pembelajaran kooperatif, dan kurikulum yang fleksibel dan berpusat pada siswa.

Contoh:

Pembelajaran berbasis proyek, pembelajaran yang berpusat pada siswa, dan penggunaan teknologi untuk memfasilitasi pembelajaran.

oleh:

Emrizarti         (2486110088)

Fita Heradona (2486110089)

Gisna Wira      (2486110079)

Jumaisus          (2486110073)

Santoso             (2486110086)

spot_img

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

WAJIB DIBACA

spot_img