BerandaBeritaDaerahNilai Ulul Albab Memudar: Dedi Irawan Kritik Penetapan Calon Tunggal Ketua PW...

Nilai Ulul Albab Memudar: Dedi Irawan Kritik Penetapan Calon Tunggal Ketua PW Hima Persis Riau

spot_img

KABARLAH.COM, Pekanbaru – Penetapan Fikri Addurrahman sebagai calon tunggal Ketua Umum Pimpinan Wilayah (PW) Hima Persis Riau periode 2025–2028 menjadi kejutan besar sekaligus polemik di kalangan kader. Keputusan tersebut menuai beragam reaksi, salah satunya dari kader produktif Hima Persis Riau, Dedi Irawan, yang menyuarakan kritik tajam terhadap proses Musyawarah Wilayah (Muswil) ke-VI.

Muswil yang Dianggap Tidak Demokratis

Dedi menilai Muswil VI kali ini tidak mencerminkan semangat demokrasi sebagaimana yang seharusnya dijunjung tinggi oleh Hima Persis.

Menurutnya, forum yang seharusnya menjadi ajang konsolidasi, musyawarah, dan penyatuan visi justru berubah menjadi arena yang terstruktur untuk mengarahkan hasil tertentu.

“Muswil ini sudah diarahkan dan terstruktur langkahnya bagi pemangku kepentingan. Forum yang seharusnya menyatukan misi Hima Persis ke depan malah menghentikan langkah kader yang ingin mencalonkan diri. Demokrasi dalam tubuh Hima Persis Riau sudah hilang, dan nilai-nilai ulul albab tidak lagi melekat,” tegas Dedi dalam keterangannya, Jumat (26/9).

Pertanyaan Besar: Arah Hima Persis ke Depan

Lebih lanjut, Dedi menilai kondisi ini menimbulkan pertanyaan besar tentang ke mana arah Hima Persis Riau akan dibawa. Ia mengingatkan bahwa organisasi kader tidak boleh kehilangan nilai dasar dan identitasnya, sebab hal itu akan berdampak pada perjuangan jangka panjang.

“Seharusnya para senior memanggil kader-kader aktif, lalu duduk bersama menyatukan visi dan misi Hima Persis. Pertanyaan besar kita bersama, mau dibawa ke mana organisasi ini? Jangan sampai kader muda kehilangan harapan untuk berjuang,” ujarnya.

Harapan untuk Para Senior

Dedi menekankan pentingnya keterlibatan para senior Hima Persis. Menurutnya, para senior memiliki peran besar dalam menjaga marwah organisasi agar tetap berlandaskan demokrasi, ukhuwah, dan semangat kolektif. Tanpa itu, Muswil hanya akan menjadi formalitas belaka yang tidak menyentuh kepentingan kader di akar rumput.

“Senior-senior harus mengambil peran strategis. Bukan untuk menentukan siapa ketua, tetapi untuk memastikan bahwa proses berjalan dengan adil, terbuka, dan demokratis. Itu yang akan menjaga semangat kaderisasi tetap hidup,” tambahnya.

Kritik sebagai Bentuk Kepedulian

Pernyataan Dedi Irawan ini mendapat perhatian dari sejumlah kader lain yang merasakan hal serupa. Kritik yang ia lontarkan bukanlah bentuk penolakan terhadap personal calon yang ditetapkan, melainkan suara kepedulian agar Hima Persis tetap berada di jalur yang benar.

“Hima Persis adalah rumah besar kader. Jangan biarkan rumah ini kehilangan nilai dan arah. Kita butuh kepemimpinan yang lahir dari proses demokratis, bukan sekadar penetapan,” ujarnya menutup pernyataan.

Momentum Refleksi Organisasi

Muswil VI PW Hima Persis Riau yang berlangsung tahun ini sejatinya menjadi momentum penting untuk menyusun langkah organisasi dalam tiga tahun mendatang. Namun, dinamika yang terjadi justru membuka ruang refleksi lebih dalam bagi kader, apakah nilai-nilai perjuangan dan kaderisasi masih kokoh dijalankan, atau sudah bergeser oleh kepentingan tertentu.

Ajakan untuk Soliditas Kader

Meski demikian, Dedi tetap mengajak seluruh kader untuk tidak larut dalam perpecahan. Menurutnya, perbedaan pendapat seharusnya menjadi energi positif untuk memperkuat organisasi.

“Kritik ini saya sampaikan sebagai bentuk cinta kepada Hima Persis. Saya berharap seluruh kader tetap solid, saling menghargai, dan terus berjuang membawa Hima Persis ke arah yang lebih baik,” pungkasnya.(rls)

spot_img

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

WAJIB DIBACA

spot_img