KABARLAH.COM, Pekanbaru – KOPRI PKC PMII Riau sukses menggelar puncak Harlah ke-57 Tahun KOPRI dengan mengusung tema “Collaborate Action, Berdaya Bersama Srikandi Riau”. Yang mana rangkaian Harlah diawali dengan Gerakan Berbagi Mushaf Al-Quran dan Surah Yasin sekaligus Pelatihan Metode Cepat Baca al-Quran An-Nahdliyah bertempat di Aula Kanwil Kemenag Provinsi Riau.
Selain itu, KOPRI PKC PMII Riau juga menggelar kampanye 16 HAKTP berlokasi di car free day (CFD) dan dialog interaktif bersama pakar pendidikan di Aula Dinas Pendidikan Provinsi Riau. Kemudian ditutup dengan puncak Harlah di Salai Serindit Gubernuran Riau dengan rangkaian acara inti berupa penyerahan penghargaan dan orasi ilmiah Srikandi Riau.
Anugrah KOPRI Inspiring Women 2024 menjadi bagian dari rangkaian puncak Harlah ke-57 tahun KOPRI yang diselenggarakan oleh KOPRI PKC PMII Riau. Anugrah KOPRI Inspiring Women 2024 merupakan sebuah bentuk penghormatan dan penghargaan bagi srikandi Riau yang menginspirasi di berbagai bidang.
Penghargaan ini tidak hanya diserahkan pada malam puncak Harlah tetapi juga dengan mengunjungi langsung sekretariat Srikandi inspiratif yang menerima Anugerah KOPRI Inspiring Women 2024 berupa penghargaan Srikandi Enterpreneur Inspiratif.
KOPRI PKC PMII Riau menyerahkan penghargaan Srikandi Enterpreneur Inspiratif kepada Hj. Dinawati, S.Ag. MM selaku tokoh pengembang khazanah kuliner Riau sekaligus Ketua PW Muslimat NU Riau.
Penghargaan tersebut diserahkan bersampena dengan agenda majelis taklim dan buka puasa bersama bertempat di sekretariat PW Muslimat NU Riau pada Kamis, (26/12/2024)
Anugrah Srikandi Enterpreneur Inspiratif ini diberikan sebagai bentuk penghormatan dan penghargaan atas kiprah Ibu Dinawati sebagai enterpreneur perempuan yang peduli dengan kuliner khas Riau. Ibu Dinawati telah mencurahkan perhatiannya selama tujuh tahun terakhir terjun ke seluruh penjuru Riau untuk mengumpulkan kekayaan kuliner Riau.
Akhirnya sepanjang pencariannya berhasil menemukan 500 resep kuliner khas Riau mulai dari masakan Melayu, kue basah, kue kering hingga minuman.
Perhatian ibu Dinawati terhadap khazanah kuliner Riau dituangkan dalam bukunya yang berjudul 57 ikon kuliner tradisional Riau (2014) dan 500 Juadah Melayu Riau (2018). Ibu Dinawati tidak hanya Srikandi pelestari kuliner Riau, beliau juga aktif diberbagai organisasi. Di antaranya Ketua Bidang Perempuan Lembaga Adat Melayu Riau, Ketua Ikatan Ahli Boga Indonesia Provinsi Riau, Ketua Ikatan Pengusaha Muslimah Indonesia, Ketua Muslimat Nahdlatul Ulama Provinsi Riau dan seabrek organisasi lainnya.
Usai menerima penghargaan, Dinawati mengungkapkan, kuliner menyimpan filosofi mendalam, kuliner merupakan gambaran dari kekayaan alam bahkan dapat dijadikan salah satu cara dalam memahami karakteristik suatu daerah. Namun sangat disayangkan di antara masyarakat Riau justru lebih mengenal kuliner daerah lain dibandingkan masakan khas Riau yang pada dasarnya memiliki aneka macam berlimpah.
Lanjutnya, lebih miris lagi ketika ada acara membahas kuliner Riau di hotel, tapi tidak ada hidangan kuliner khas Riau yang disajikan. Bagi saya, kekayaan kuliner Riau wajib digaungkan agar tidak tergilas oleh zaman
Sementara, Meta Ratna Sari selaku ketua KOPRI PKC PMII Riau menuturkan Anugrah KOPRI Inspiring Women 2024 diberikan kepada Srikandi dari berbagai bidang. Salah satunya penghargaan untuk Srikandi Enterpreneur Inspiratif.
“Bunda Dinawati tidak hanya sekedar enterpreneur, tapi sekaligus pelestari kuliner khas Melayu Riau. Kita mengakui, khususnya di kalangan kaum muda lebih mengenal kuliner daerah lain dibandingkan masakan khas Riau. Bahkan menunjukkan rasa bangga ketika menyantap kuliner negara lain, mirisnya ketika disodorkan makan khas Riau malah tidak tahu nama masakannya,” katanya.
Dijelaskan Meta Ratna Sari, sebagai generasi penerus, kita harus menumbuhkan kecintaan dan kepedulian terhadap budaya. Jangan sampai budaya luhur terhenti pada generasi kita karena kita tidak mempelajari, sehingga tidak bisa mewariskan ke generasi berikutnya.
“Kalau sudah begini, berlaku pepatah Melayu “Disumpah yang mati, diupek yang hidup”. Artinya ketidakberdayaan kita dan melestarikan dan mewarisi budaya luhur Melayu Riau, kita menanggung serapah baik dari leluhur maupun generasi penerus,” tutup Meta.