Pontianak – Kehadiran karya sastra, khususnya puisi, di era digital seperti saat ini merupakan sebuah wajah baru bagi perkembangan kesusastraan di Indonesia. Banyak karya yang mudah diperoleh, diakses, bahkan mudah dibaca. Akan tetapi, mencipta karya saja tidak cukup. Puisi-puisi yang ada seharusnya menemukan ruang-ruang apresiasinya dengan cara karya tersebut dibacakan dan dipersembahkan kepada khalayak. Oleh sebab itu, penting dilakukan pembekalan khusus kepada generasi muda terkait teknik menulis sekaligus membaca puisi yang dapat memikat khalayak sehingga “madu” yang dikandung oleh puisi dapat dinikmati bersama.
Menilik pada persoalan di atas, Balai Bahasa Provinsi Kalimantan Barat menaja Bengkel Sastra Tahun 2024 pada Jumat s.d. Minggu, 14 s.d. 16 November 2024 dengan membuka dua ruang kelas belajar secara daring. Kelas pertama untuk kategori anak-anak sekolah jenjang SD dan SMP sebanyak tujuh belas siswa dengan fokus pada teknik membaca puisi, sedangkan kelas kedua untuk kategori umum sebanyak sepuluh orang dengan fokus pada menulis dan membaca puisi berbahasa Melayu Kalimantan Barat.
Kepala Balai Bahasa Provinsi Kalimantan Barat pada kesempatan tersebut diwakili oleh Kepala Sub Bagian Umum, Gulana Hadi Prayitno, menyampaikan apresiasi kepada para peserta yang antusias mengikuti Bengkel Sastra Tahun 2024, meskipun hanya dilaksanakan secara daring. Harapannya, para peserta dapat berlatih dengan sungguh-sungguh selama memperoleh materi dan mengikuti pelatihan dari para narasumber, kemudian siap untuk bertanding secara tatap muka pada hari ketiga.
Saat proses pembelajaran berlangsung, Listi Mora Rangkuti selaku narasumber, menyampaikan pengenalan puisi dan teknik-teknik pembacaan puisi. Dia berharap agar para peserta mampu mengembangkan kemampuannya untuk mempersembahkan puisi yang lahir dari hati dan disampaikan dengan sepenuh hati sehingga bisa sampai pada hati audiens. Berikutnya, materi disampaikan oleh M. Faozy Yunanda terkait teknik pembacaan puisi. Menurutnya, cara penyair dalam membangun emosi ketika membaca puisi sangat penting sehingga pesan puisi bisa tersampaikan secara tepat. Narasumber berikutnya, Sucipto, menegaskan bahwa menulis puisi berbahasa Melayu Kalimantan Barat harus dilakukan secara orisinal dengan tidak memulai bahasa Indonesia terlebih dahulu, kemudian menerjemahkan ke dalam bahasa Melayu.
“Seharusnya, puisi ditulis langsung menggunakan bahasa Melayu. Maka, penting dilakukan riset terkait kosa kata bahasa-bahasa Melayu karena tidak semua kosa kata bahasa Melayu berakhiran a berubah menjadi e. Seperti, kata ‘maruah’ bukan ‘marueh’,” ucapnya di sela-sela diskusi dengan para peserta dari kategori umum.
Pada hari ketiga, seluruh peserta menampilkan kreativitas masing-masing dalam membaca dan menulis puisi di Ruang Perpustakaan Balai Bahasa Provinsi Kalimantan Barat. Peserta pemenang lomba kategori SD-SMP dalam kegiatan membaca puisi diraih oleh peringkat pertama atas nama Lubna Althaf Najwa, pemenang kedua atas nama Syarifah Faizah, dan pemenang ketiga atas nama Kheila Dwi Oktabila. Ketiga pemenang tersebut berasal dari sekolah yang berbeda. Ketiganya memperoleh medali, sertifikat, dan masing-masing uang pembinaan.
Peserta lomba membaca puisi berbahasa Melayu kategori umum dimenangkan oleh Anna Mardhiya, Iin Parlina, dan Abdul Karim. Selanjutnya, puisi berbahasa Melayu terbaik diperoleh oleh Taufik Hidayat. Keempat orang pemenang memperoleh medali, sertifikat, serta uang pembinaan.
Munculnya para penulis dan pembaca puisi pada kegiatan tersebut diharapkan menjadi peluang untuk lahirnya para penyair-penyair baru yang berkualitas dan berdedikasi terhadap eksistensi kesusastraan Indonesia dan kesusastraan daerah Kalimantan Barat. Selanjutnya, para generasi muda selayaknya terus belajar dan mengasah kemampuannya karena kegiatan bersastra melalui puisi tidak hanya sebagai hiburan dan sarana menyuarakan kritik sosial, namun bersastra juga menjadi ajang menjaga identitas bangsa sekaligus merawat lokalitas dan bahasa Melayu.
Kegiatan Bengkel Sastra ditutup oleh Gulana Hadi Prayitno setelah menyerahkan semua hadiah kepada para pemenang. Dia menyampaikan ungkapan terima kasih kepada seluruh panitia, narasumber, dewan juri, dan peserta atas kolaborasi dan partisipasi bersama dalam menyukseskan kegiatan tersebut. Dia berharap agar materi-materi yang diterima oleh para peserta menjadi saranan untuk melestarikan sastra, khususnya puisi di Provinsi Kalimantan Barat.
“Pada kegiatan selama tiga hari ini, ada banyak hal yang disampaikan oleh para narasumber kita dan diterima oleh adik-adik semua, ada banyak diskusi panjang di situ, pertanyaan, serta jawaban dari para narasumber diharapkan menjadi dinamika yang terus membangun karya sastra, khususnya puisi di Kalimantan Barat ini,” jelasnya.
Dia juga menyampaikan agar kegiatan Bengkel Sastra terus berkelanjutan hingga tahun depan. Dengan demikian, para penyair lokal dari Kalimantan Barat terus tumbuh dan dapat menemukan ruang-ruang untuk menyampaikan karyanya.