KABARLAH.COM, Rokan Hilir – Duka mendalam menyelimuti masyarakat Kabupaten Rokan Hilir, Riau. Dua anak dilaporkan meninggal dunia akibat tenggelam di kolam lumpur bekas lokasi kerja milik Pertamina Hulu Rokan (PHR), Ahad, 27 April 2025.
Kolam tersebut diduga merupakan sisa aktivitas eksplorasi migas yang dibiarkan terbuka tanpa pengamanan, menimbulkan ancaman nyata bagi warga sekitar.
Menanggapi insiden tragis ini, Ikatan Pelajar Mahasiswa Kecamatan Bangko Pusako (IPMKBP) menyatakan kecaman keras terhadap pihak PHR yang dinilai lalai dalam menjalankan tanggung jawab pasca-operasi.
Wakil ketua Umum IPMKBP, Rosdiansyah, menyebut kejadian ini sebagai bukti kelalaian yang tidak bisa ditoleransi.
“Kami sangat menyesalkan dan mengecam keras kelalaian Pertamina Hulu Rokan. Kejadian ini bukan musibah semata, tetapi akibat dari abainya perusahaan terhadap keselamatan lingkungan dan masyarakat,” ungkap Rosdiansyah dalam pernyataan resminya.
Menurut IPMKBP, kolam lumpur tersebut seharusnya telah ditutup atau setidaknya diberi pengaman sesuai dengan standar keselamatan lingkungan.
Ketidakhadiran rambu peringatan, pagar penghalang, dan tindakan reklamasi pasca-operasi dinilai sebagai pelanggaran berat yang harus segera ditindak.
IPMKBP menuntut:
1. Mengecam kelalaian PT PHR yang menyebabkan dua anak meninggal karena area kerja berbahaya tidak diamankan dengan baik.
2. Mendesak aparat hukum, Komnas HAM, KPAI, dan lembaga independen untuk menyelidiki dugaan pelanggaran HAM dan kelalaian PT PHR.
3. Menuntut PT PHR dan SKK Migas bertanggung jawab secara hukum, moral, dan sosial atas kejadian ini.
4. Menuntut pencopotan Direktur Utama PT PHR karena gagal menjamin keselamatan kerja dan pengawasan lingkungan.
Tragedi ini mengingatkan pentingnya pengawasan ketat terhadap aktivitas industri ekstraktif, terutama di wilayah yang berdekatan dengan pemukiman warga.
IPMKBP juga menyerukan solidaritas masyarakat sipil, aktivis lingkungan, dan mahasiswa di seluruh Riau untuk bersama-sama menuntut keadilan bagi para korban dan keluarganya.
“Kami tidak ingin ada korban berikutnya. Hari ini dua anak, besok bisa siapa saja jika tidak ada perubahan nyata,” tutup Rosdiansyah.