KABARLAH.COM, Pekanbaru — Prof. Dr. Syekh Sofyan Siroj Abdul Wahab, Ph.D., selaku Datuk Setya Amanah Dewa Negeri Kesulthonan Batara Saur Darussalam, menyampaikan penjelasan mengenai konsep “Portofolio Diplomasi Kerajaan” sebagai kerangka diplomasi internasional yang menitikberatkan pada pemetaan program, jejaring kemitraan, serta agenda lintas negara berbasis warisan budaya yang berkelanjutan.
Dalam keterangannya, bahwa konsep portofolio dijelaskan sebagai pendekatan kerja yang terstruktur: rangkaian inisiatif diplomasi tidak diletakkan sebagai kegiatan seremonial semata, melainkan sebagai kumpulan program yang memiliki tujuan, indikator manfaat, dan kesinambungan.
“Istilah portofolio menandai bahwa diplomasi harus memiliki peta kerja yang jelas—apa programnya, siapa mitranya, apa manfaat publiknya, serta bagaimana ia dirawat agar menjadi legasi yang dapat diteruskan,” demikian disampaikan.
Kerangka ini, menurut penjelasan tersebut, sejalan dengan inisiatif Diplomacy of Royals International yang diprakarsai oleh Pangeran Mohammad Soleh Ridwan, yang menempatkan diplomasi kerajaan sebagai jalur soft power untuk memperkuat hubungan antarbangsa melalui diplomasi budaya dan diplomasi sosial.
Diplomasi dipahami sebagai strategi membangun relasi saling menguntungkan—baik pada ranah budaya, pendidikan, ekonomi kreatif, hingga promosi warisan sejarah yang bermartabat.
Ditekankan pula bahwa “Portofolio Diplomasi Kerajaan” tidak dibatasi pada pertukaran kebudayaan, tetapi dapat mencakup kerja sama yang sah dan terukur pada bidang pengembangan jejaring perdagangan, pariwisata budaya, kegiatan filantropi, serta proyek kreatif yang memperkuat kapasitas komunitas.
“Intinya bukan sekadar memperluas jaringan, tetapi memastikan setiap kolaborasi bisa dipertanggungjawabkan manfaatnya bagi masyarakat dan generasi mendatang,” ujar pernyataan tersebut.
Salah satu agenda yang disebut adalah komunikasi kerja sama dengan Sovereign Knightly Order of The Kingdom of Prussia yang dikaitkan dengan Kaliningrad, Rusia. Dalam narasi yang disampaikan, kolaborasi tersebut diarahkan pada pengembangan gagasan A Royal Trusty Building “Today and Beyond”, yakni payung kerja yang menekankan penguatan warisan seni dan budaya yang berwujud (tangible heritage) dan berkelanjutan.
Program yang disebut antara lain penerbitan “Royal Stamps” yang dikaitkan dengan Kesulthonan Batara Saur Darussalam sebagai bagian dari promosi budaya, dokumentasi sejarah, dan penguatan identitas kebangsaan.
Istilah “Trusty Building of Nations” digunakan untuk menggambarkan sasaran besar diplomasi ini: membangun kepercayaan, etika kemitraan, dan jembatan kerja sama lintas bangsa yang bertumpu pada kehormatan, keterbukaan, dan kebermanfaatan. Dalam kerangka tersebut, warisan sejarah tidak diperlakukan sebagai narasi masa lalu, melainkan sebagai modal masa depan untuk pembentukan karakter bangsa (nation building character) dan penguatan kapasitas nasional (national capacity).
Ke depan, dijelaskan bahwa penguatan mekanisme kerja sama akan diarahkan melalui komunikasi antarlembaga, penyusunan agenda lintas negara yang lebih tertata, serta pengembangan proyek budaya yang edukatif dan dapat diakses publik. “Diplomasi yang baik bukan yang ramai di simbol, tetapi yang nyata di manfaat: merawat warisan, mendidik generasi, dan membangun kerja sama yang tahan uji,” tutup pernyataan tersebut.



