KABARLAH.COM, Kuala Lumpur – Prof. Dr. Syekh Sofyan Siroj Abdul Wahab PhD tampil sebagai pembicara dalam International Conference on Philosophy & Leadership yang digelar bertepatan dengan peringatan Hari Filsafat Sedunia (World Fhilosophy) 2025, di Grand Ballroom Renaissance Kuala Lumpur, Kamis (20/11/2025).
Dalam presentasinya, tokoh asal Pekanbaru, Riau, itu menegaskan bahwa falsafah Qur’ani merupakan solusi fundamental bagi krisis moral dan krisis nilai yang melanda peradaban modern.
Di hadapan para filsuf, akademisi, dan pemimpin dari berbagai negara, Datuk Setya Amanah Dewa Negeri, Sultanate of Batara Saur Darussalam itu mengawali pidatonya dengan menempatkan Hari Filsafat Sedunia sebagai momentum refleksi umat manusia terhadap pertanyaan paling mendasar tentang asal-usul, tujuan, dan arah kehidupan.
Ia juga menyampaikan penghormatan kepada sejumlah tokoh penting, di antaranya CEO WPF International Prof. Dr. Sir Igor Kodrashin, Presiden Greek Central Anexx Prof. Dr. Steven Roy, Rektor WPF University Prof. Dr. Fidel Giuterres Vivanco, serta mengenang jasa almarhum Dr. Dato Halo, filsuf besar Malaysia yang menginspirasinya sejak 2012.

Dalam pemaparannya, Prof. Syekh Sofyan menguraikan konsep tasawwur Qur’ani dengan menyoroti peringatan Allah dalam QS. al-Isra’:16 tentang kehancuran bangsa akibat penyimpangan moral, keserakahan elit, dan hilangnya keadilan sosial.
Menurutnya, keruntuhan sebuah peradaban bukanlah peristiwa tiba-tiba, melainkan hasil dari kerusakan nilai yang berlangsung terus-menerus. Namun, Al-Qur’an juga menghadirkan harapan besar sebagaimana termaktub dalam QS. al-A‘raf:96, bahwa iman dan takwa menjadi pintu turunnya keberkahan dari langit dan bumi.
Lebih jauh, ia menjelaskan bahwa falsafah Qur’ani menyatukan nalar dan nurani, mengharmonikan rasionalitas dengan spiritualitas. Berbeda dengan kecenderungan filsafat modern yang menekankan kebebasan absolut, Al-Qur’an justru mengajarkan kebebasan yang dibingkai tanggung jawab ilahiah dan sosial.

Melalui tiga qira’at dalam QS. al-Isra’:16, ia menegaskan bahwa kekuasaan, kenikmatan, dan kehidupan hanya bermakna jika diarahkan pada kemaslahatan, bukan pada kehancuran.
Prof. Syekh Sofyan menutup presentasinya dengan menegaskan bahwa dunia saat ini terjebak dalam materialisme, konsumerisme, dan sekularisme yang melahirkan ketimpangan sosial, konflik, serta degradasi lingkungan.
Falsafah Qur’ani, dengan prinsip tauhid, keadilan, amar ma‘ruf nahi munkar, dan kasih sayang universal, dinilai sebagai jalan keselamatan global.
Menurutnya, Hari Filsafat Sedunia harus menjadi momentum spiritual untuk mengarahkan ulang peradaban menuju dunia yang damai, adil, sejahtera, dan penuh keberkahan.



