BerandaInspirasiNasehatSerial Dakwah dan Da'i: Acaban yang Menghadang Sang Da'i

Serial Dakwah dan Da’i: Acaban yang Menghadang Sang Da’i

spot_img

KABARLAH.COM, Pekanbaru – Saudaraku para da’i, para penggerak kebangkitan umat, jalan dakwah bukan jalan bertabur bunga, melainkan jalan panjang yang dikelilingi ujian. Bahawa setiap dai pasti melewati “ma‘aqib”—serangkaian hambatan, rintangan yang menguji ketulusan, kesabaran, dan komitmen seorang pejuang risalah.

Dakwah bukan sekadar bicara; dakwah adalah menanggung beban umat, memikul amanah nubuwah, dan menghadapi badai dunia yang mencoba memadamkan cahaya Allah.

“Mereka hendak memadamkan cahaya Allah dengan mulut-mulut mereka, tetapi Allah tetap menyempurnakan cahaya-Nya…”
(QS. At-Taubah: 32)

Ayat ini menguatkan setiap dai: tugasmu adalah bergerak, berjuang, dan bersabar, sementara Allah yang mengangkat dakwahmu.

ACABAN JIWA: LELAH, PUTUS ASA, DAN FUTUR

Inilah musuh pertama seorang dai: keletihan batin, rasa ingin mundur, atau hilangnya semangat setelah menerima tekanan yang berulang. Setan membisikkan, “Sudah cukup, berhentilah. Kau sudah banyak berkorban, apa hasilnya?”

Padahal Rasulullah SAW mengingatkan:

“Amal yang paling dicintai Allah adalah yang kontinu, meskipun sedikit.”
(HR. Bukhari-Muslim)

Para murabbi dakwah sering berkata:
“Futur tidak datang sekaligus; ia datang perlahan, dimulai dari hati yang jarang bermuhasabah.”

Oleh itu seorang dai harus menjaga ruhiyah—membasahi hati dengan dzikir, menyalakan malam dengan qiyam, memperbaharui niat secara rutin. Sebab ruhiyah adalah bahan bakar dakwah.

Ibnul Qayyim berkata:
“Siapa yang memperbaiki hatinya, Allah akan memperbaiki jalannya.”

ACABAN KELUARGA: TEKANAN, PENOLAKAN, DAN KESALAHPAHAMAN

Tidak sedikit dai yang menghadapi tantangan dari dalam rumahnya: orang tua tidak memahami jalan dakwah, pasangan yang keberatan karena waktu tersita, atau anak-anak yang merindukan kehadirannya.

Nabi Nuh pun diuji keluarganya. Nabi Ibrahim diuji ayahnya. Rasulullah saw diuji pamannya. Allah menegaskan:

“Dan ketahuilah bahwa hartamu dan anak-anakmu hanyalah ujian.”
(QS. Al-Anfal: 28)

Seorang dai yang Rabbani berkata:
“Jika dakwahmu membuat keluargamu marah, maka bahagiakan mereka dengan akhlak terbaikmu. Dakwahmu tidak boleh mengorbankan keluargamu, tetapi keluargamu pun tidak boleh memadamkan api dakwahmu.”

Kuncinya adalah hikmah, komunikasi yang lembut, kesabaran, dan teladan akhlak.

Keluarga bukan rintangan, tetapi ladang dakwah pertama.

ACABAN MASYARAKAT: EJEKAN, TUDUHAN, DAN STIGMA

Dai yang bergerak pasti berhadapan dengan masyarakat yang heterogen. Ada yang menerima, ada yang menolak, ada yang mencibir. Rasulullah SAW adalah manusia paling mulia, namun tetap digelari:

“Tukang sihir”

“Orang gila”

“Pemecah belah masyarakat”

Allah meneguhkan hati beliau:

“Maka bersabarlah terhadap apa yang mereka katakan…”
(QS. Thaha: 130)

Sering kita mendengar ungkapan dari ulama dan da’i rabbani: “Jalan dakwah adalah jalan yang penuh batu. Jika engkau tidak bersabar memikul batu itu, engkau tidak layak berjalan di jalannya.”

Kekuatan seorang dai bukan pada jumlah pengikut, tetapi pada keteguhan prinsip dalam menghadapi tekanan sosial.

ACABAN HARTA: KEMISKINAN, KETERBATASAN SUMBER DANA, ATAU UJIAN KECUKUPAN

Banyak dai bekerja dengan fasilitas minim, dana terbatas, dan tuntutan besar. Sebaliknya ada juga yang diuji dengan kelimpahan sehingga melupakan zuhud.

Nabi SAW bersabda:

“Tidaklah dua serigala lapar dilepaskan ke kandang kambing lebih merusak daripada cinta harta dan ambisi kedudukan yang merusak agama seseorang.”
(HR. Tirmidzi)

Seorang da’i rabaniyun sering berpesan:
“Jangan jadikan dakwah sebagai sumber hidupmu; jadikan hidupmu sebagai sumber dakwah.”

Dai yang ikhlas tidak berhenti meski tanpa dana. Ia memulai dari apa yang ia punya.

Keterbatasan adalah pelajaran tauhid, bukan penghalang perjuangan.

ACABAN KEPEMIMPINAN: KONFLIK, SALAH PAHAM, DAN UJIAN IKHLAS

Dalam jamaah dakwah, kadang muncul gesekan: perbedaan pandangan, kecemburuan internal, perasaan tidak dihargai, atau benturan ego.

Allah memperingatkan:

“Dan taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya dan janganlah kalian berselisih, nanti kalian menjadi lemah…”
(QS. Al-Anfal: 46)

Para dai rabbani senior sering berpesan:
“Jamaah bukan tempat mencari penghormatan, tetapi tempat mengubur ego.”

Kesuksesan dakwah bukan bergantung pada individu, melainkan pada sinergi kolektif.

Ikhlas adalah obat dari konflik internal.
Siapa yang sibuk memperbaiki dirinya, ia tidak sempat memusuhi saudaranya.

ACABAN POLITIK & TEKANAN EKSTERNAL: FITNAH, PENGAWASAN, DAN PEMBATASAN AKTIVITAS

Sejak dahulu, dakwah selalu berhadapan dengan kekuatan politik yang merasa terancam. Para da’i harus cerdas, strategis, dan menjaga keselamatan jamaah atau ummat.

“Mereka tidak akan berhenti memerangi kamu hingga mereka memalingkan kamu dari agamamu…”
(QS. Al-Baqarah: 217)

Namun Al-Qur’an juga memerintahkan:

“Hendaklah kalian bersiap-siap (menyiapkan kekuatan)…”
(QS. Al-Anfâl: 60)

Da’i rabbaniyun memahami bahwa dakwah adalah pergerakan terencana, bukan spontanitas emosional. Harus ada hikmah, ketelitian, dan perhitungan mashlahat.

ACABAN SYAHWAT JIWA: POPULARITAS, PUJIAN, DAN KEINGINAN TERLIHAT

Ini adalah ujian terbesar seorang dai modern. Media sosial membuat dai mudah terkenal, dan ketenaran menjadi racun yang merusak keikhlasan.

Rasulullah SAW bersabda:

“Sesungguhnya yang paling aku takutkan atas kalian adalah syirik kecil.”
Para sahabat bertanya: “Apa itu wahai Rasulullah?”
Beliau menjawab: “RIYA’.”
(HR. Ahmad)

Ungkapan para murabbi dakwah rabbani:
“Dakwah itu meninggikan Allah, bukan meninggikan diri.”

Siapa yang berdakwah demi Allah, ia tenang meski tak dikenal. Siapa yang berdakwah demi manusia, ia gelisah meski dipuji.

ACABAN ZAMAN: FITNAH DIGITAL, INFORMASI PALSU, DAN GERUSAN NILAI

Hari ini seorang dai menghadapi derasnya arus digital:

hoaks, hedonisme, sekularisme, budaya instan, hilangnya wibawa ulama

Nabi SAW telah memperingatkan:

“Akan datang kepada manusia tahun-tahun penuh tipu daya…”
(HR. Ahmad)

Dai harus hadir sebagai:

suara penjernih, penjaga akhlak, pelita ditengah gelap, penuntun generasi muda.

AKHIRAN : DAI ADALAH PEMBAWA CAHAYA

Semua akab ini bukan untuk melemahkan, tetapi untuk mematangkan seorang dai.
Allah memilihmu bukan karena kau sempurna, tetapi karena kau mau bergerak.

Rasulullah SAW bersabda:

“Sebaik-baik kalian adalah yang belajar Al-Qur’an dan mengajarkannya.”
(HR. Bukhari)

Dan para da’i rabbaniyyin sepakat mengatakan:
“Dakwah adalah jalan panjang. Yang selamat adalah yang ikhlas. Yang menang adalah yang sabar.”

Semoga Allah meneguhkan para dai yang membawa cahaya-Nya. Amin, ya Rabbal ‘alamin.

Oleh: Syekh Sofyan Siroj Abdul Wahab.

spot_img

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

WAJIB DIBACA

spot_img