BerandaInspirasiNasehatOase Dakwah: Mensucikan Hati, Jalan Menuju Cahaya Allah

Oase Dakwah: Mensucikan Hati, Jalan Menuju Cahaya Allah

spot_img

KABARLAH.COM, Pekanbaru – Segala puji bagi Allah SWT , Rabb semesta alam. Dialah yang membolak-balikkan hati manusia, menjadikan sebagian hati bercahaya dengan iman, dan sebagian lagi gelap karena kelalaian.

Shalawat dan salam tercurah kepada Nabi Muhammad saw, sang pembawa cahaya hidayah, yang bersabda:
“Ketahuilah, sesungguhnya dalam tubuh manusia ada segumpal daging. Jika ia baik, maka baiklah seluruh tubuh. Jika ia rusak, maka rusaklah seluruh tubuh. Ketahuilah, ia adalah hati.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Hati: Cermin Ruhani Manusia

Syekh Abdul Qadir al-Jailani dalam Fatḥ al-Rabbānī menjelaskan bahwa hati manusia bagaikan cermin. Jika cermin itu kotor, ia tak mampu memantulkan cahaya Allah. Namun jika ia dipoles dengan dzikir, taubat, dan amal shalih, maka hati itu akan bening hingga menjadi tempat tajalli (penampakan cahaya) Ilahi.

Beliau berkata: “Bersihkanlah hatimu dari kotoran dunia, agar ia layak menerima nur Allah. Sebab Allah tidak akan menampakkan Diri-Nya pada hati yang dipenuhi selain Dia.”. Inilah inti tazkiyatun nafs — pensucian jiwa yang menjadi inti dari tasawuf sejati.

Al-Qur’an: Penyucian Hati Adalah Jalan Keselamatan

Allah swt menegaskan:
“Sungguh beruntung orang yang menyucikan jiwanya. Dan sungguh merugi orang yang mengotorinya.”
(QS. Asy-Syams: 9–10)

Ayat ini menjadi pedoman bahwa kemenangan hidup bukan diukur dari harta atau kedudukan, melainkan dari bersihnya hati.

Begitu pula Allah swt berfirman pada hari akhir:
“(Yaitu) pada hari ketika harta dan anak-anak tidak berguna, kecuali orang yang datang kepada Allah dengan hati yang bersih.”
(QS. Asy-Syu‘arā’: 88–89).

Maka hati yang suci adalah bekal utama menuju perjumpaan dengan Allah. Langkah-langkah Mensucikan Hati .

Dalam Fatḥ al-Rabbānī, beliau mengajarkan beberapa jalan:

Pertama. Taubat yang sungguh-sungguh
Hati tidak akan bersih jika masih terikat pada dosa.
Beliau berkata:
“Taubat adalah kunci pembuka pintu hati. Barangsiapa tidak bertaubat, hatinya terkunci dari cahaya.”
Allah berfirman:
“Wahai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubat yang sebenar-benarnya.”
(QS. At-Taḥrīm: 8).

Kedua. Dzikir dan muraqabah
Dzikir adalah air yang membersihkan karat hati. Rasulullah saw bersabda:

“Perumpamaan orang yang berdzikir kepada Rabb-nya dengan yang tidak berdzikir, bagaikan orang hidup dengan orang mati.” (HR. Bukhari)
Syekh Abdul Qadir menambahkan: “Jangan biarkan hatimu kosong dari dzikir. Sebab saat itu syaitan akan menanamkan benih kebatilan.”

Keriga. Mujahadah melawan hawa nafsu.
Syekh Abdul Qadir sering menekankan bahwa musuh terdekat manusia adalah nafsunya.
Hati tidak akan bersih jika selalu tunduk pada syahwat. Beliau berkata:
“Jika engkau menaklukkan nafsumu, maka syaitan tak punya kuasa atasmu.”

Keempat. Ilmu dan amal shalih
Hati yang kosong dari ilmu mudah tertipu. Ulama klasik berkata:
“Ilmu adalah cahaya, dan amal adalah minyaknya. Jika keduanya bersatu, hati akan menyala.”

Hati yang Suci Adalah Taman Allah

Imam al-Ghazali berkata:
“Hati adalah wadah. Bila ia penuh dengan dunia, ia tak akan bisa diisi dengan akhirat. Kosongkan hatimu dari dunia, maka Allah akan memenuhinya dengan cinta-Nya.”

Syekh Abdul Halim Mahmud, ulama besar Mesir abad ke-20, menegaskan:
“Kesucian hati adalah syarat hadirnya Allah dalam kehidupan seorang hamba. Tanpa hati yang bersih, amal hanyalah jasad tanpa ruh.”

Membersihkan Hati di Tengah Modernitas

Saudaraku, di zaman modern ini, hati kita mudah kotor oleh kesibukan, ambisi, dan kecemasan. Media sosial, persaingan dunia, dan gemerlap material sering meninggalkan noda pada hati. Mensucikan hati berarti menata prioritas: menempatkan Allah di atas segala hal. Bukan berarti meninggalkan dunia, tetapi menjadikannya sekadar sarana, bukan tujuan.

Syekh Abdul Qadir al-Jailani memberi pesan indah:
“Jangan engkau biarkan dunia bersemayam di hatimu. Letakkan ia di tanganmu, agar mudah kau lepaskan kapan saja Allah memanggilmu.”

Jalan Menuju Cahaya Allah

Mensucikan hati adalah perjalanan seumur hidup. Ia butuh taubat, dzikir, ilmu, mujahadah, dan sabar. Namun buahnya sangat manis: hati yang tenteram, lapang, dan selalu dekat dengan Allah.
Allah swt berfirman:
“Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram.” (QS. Ar-Ra‘d: 28).

Saudaraku, mari kita rawat hati kita. Jangan biarkan ia berkarat oleh dosa dan lalai. Bersihkanlah setiap hari dengan dzikir, taubat, dan cinta kepada Allah. Karena hanya dengan hati yang bersih kita bisa menatap wajah Allah di akhirat kelak.

Ya Allah, bersihkanlah hati kami dari riya, iri, dengki, dan cinta dunia. Jadikan hati kami bening bagai cermin, sehingga mampu memantulkan cahaya-Mu. Aamiin. Allahu ‘Alam.

oleh: Syekh Sofyan Siroj Abdul Wahab

spot_img

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

WAJIB DIBACA

spot_img