KABARLAH.COM – Hari Filsafat Sedunia adalah momen bagi umat manusia untuk merenung: dari mana kita berasal, mengapa kita hidup, dan ke mana kita akan kembali.
Al-Qur’an mengingatkan kita dalam Surah al-Isra’: 16, bahwa kehancuran suatu bangsa tidak datang secara tiba-tiba, melainkan melalui proses penyimpangan moral, keserakahan elit, dan hilangnya keadilan sosial. Inilah sunnatullah sejarah yang berlaku sepanjang masa.
Namun, Al-Qur’an juga menawarkan harapan. Surah al-A’rāf: 96 menekankan bahwa iman dan taqwa adalah pintu menuju keberkahan dari langit dan bumi. Artinya, keselamatan dunia tidak hanya ditentukan oleh kekuatan intelektual dan material, tetapi juga oleh fondasi spiritual dan moral.
Maka, filsafat Al-Qur’an bukan sekadar refleksi akal, melainkan juga kebijaksanaan hati. Ia menyatukan akal dan nurani, akal dan spiritualitas, untuk melahirkan peradaban yang adil, beradab, dan penuh cinta.
Doa
Ya Allah,
Engkau Maha Bijaksana, Rabbul ‘Alamīn.
Jadikan momentum Hari Filsafat Sedunia ini sebagai titik balik kesadaran manusia. Bimbinglah akal kami dengan cahaya wahyu-Mu, luruskan hati kami dengan bimbingan-Mu, dan satukan langkah kami di jalan keadilan dan rahmat.
Lindungilah bangsa-bangsa dari kehancuran akibat ketidakadilan, keserakahan, dan kesombongan.
Bukalah pintu-pintu keberkahan dari langit dan bumi bagi orang-orang yang beriman dan bertakwa.
Jadikanlah kami umat yang membawa rahmatan lil-‘ālamīn, yang melindungi bukan hanya manusia, tetapi seluruh ciptaan-Mu.
Harapan
Semoga Hari Filsafat Sedunia menjadi pengingat bahwa akal tanpa wahyu akan tersesat, dan pengetahuan tanpa iman akan melahirkan kehancuran.
Harapan kita adalah agar seluruh umat manusia mampu mengembangkan filsafat hidup yang berlandaskan tauhid, keadilan, dan kasih sayang universal.
Dengan demikian, dunia tidak lagi bergerak menuju kehancuran, melainkan menuju keselamatan global sebuah peradaban Al-Qur’an yang membawa kedamaian, kesejahteraan, dan keberkahan bagi semua.
Pesan inti:
Hari Filsafat Sedunia hendaknya tidak hanya menjadi ruang refleksi intelektual, tetapi juga momentum spiritual untuk menata ulang arah peradaban: dari jalan kehancuran menuju jalan keselamatan global dalam cahaya Al-Qur’an.
Maka, setiap pemimpin bangsa atau negara yang memimpin rakyatnya haruslah berlandaskan hikmah dan keadilan, sebagaimana yang telah Allah SWT firmankan melalui Al-Qur’an.
Para pemimpin harus memiliki pola pikir, karakter, dan sikap yang baik, memberikan contoh yang baik kepada rakyat, memberikan fasilitas kepada rakyat untuk berusaha sebaik-baiknya sesuai dengan keahlian mereka, dan mampu mengembangkan daya saing mereka dengan peraturan yang baik sehingga pemimpin tersebut dapat dimanfaatkan oleh mereka dan dapat memperoleh hasil yang baik dari usaha yang telah dilakukan.
Orang kaya harus dipercaya akan hak mereka dalam menjalani kehidupan sehari-hari, mingguan, bulanan, dan seterusnya.
Pada akhirnya, tetapi bukan yang terakhir, pendidikan harus memberikan kesempatan kepada rakyat untuk memperoleh pengetahuan dan keterampilan sesuai dengan bakat dan kemampuan mereka.
Terima kasih banyak.
Prof. Dr. Sheikh Sofyan Siroj Abdul Wahab, Ph.D (Datuk Setya Amanah Dewa Negeri, Batara Saur Darussalam)