KABARLAH.COM, Rohil – Malam selepas magrib hujan deras masih mengguyur Desa Bangko Mukti, setelah beberapa pekan mengalami kemarau panjang, semua menyambut dengan penuh rasa syukur. Jalanan terlihat lengang, tidak begitu banyak kendaraan yang berlalu lalang, dingin cukup menusuk ke tulang membuat kebanyakan orang memilih berdiam di rumah bersama keluarga.
Namun ada salah satu Masjid di Desa tersebut ternyata tengah bersiap untuk melaksanakan agenda bersama Komunitas Riau Indonesia Mengaji (Karim) meskipun hujan masih mengguyur namun tak membuat semangat menjadi kendur. Yang dilaksanakan pada hari Senin, 4 Agustus 2025.

Acara tersebut dimulai dengan penampilan dari laskar Gandrung Sholawat, dilanjutkan dengan pembukaan oleh panitia tentang maksud dan tujuan acara ini diselenggarakan.
Alhamdulillah, meski cuaca pada siang hari begitu terik namun malam ini Allah menurunkan rahmatnya berupa hujan yang mengguyur desa kita cukup deras, dan para jamaah juga kita lihat juga semangat untuk hadir bersama sama dalam agenda safari dakwah bersama komunitas Riau Indonesia mengaji yang nantinya juga di isi tausiyah bersama Habib Ahmad Al Habsyi.
“Agenda kita ini bisa terlaksana juga atas dukungan bapak ibu semua serta tak lepas untuk kembali membangkitkan semangat kita agar lebih dekat dengan Al Qur’an. sebab Al qur’an sebagai pedoman hidup, bila mana kita hari ini berjuang atau dekat dengan Al qur’an maka kelak di akhirat Al Qur’an bersaksi untuk kita,” ujar salah satu panitia dalam sambutannya.

Para Jamaah yang hadir pada malam itu juga dikenal dengan lebih dekat tentang komunitas Riau Indonesia mengaji, yakni memiliki program wakaf Al Qur’an, yang mana Wakaf yang terkumpul tersebut akan disalurkan ke lembaga yang betul betul membutuhkan, ataupun keluarga yang memang betul membutuhkannya.
Sebab salah satu amal yang tidak terputus adalah sedekah jariyah dalam hal ini berupa wakaf Al Qur’an satu keluarga satu Al Qur’an.
Pada sesi tausiyah Habib Ahmad menyampaikan tentang Kekeramatan seorang ibu kepada anaknya berlaku untuk semua manusia, baik yang berperilaku terpuji maupun tercela. Bahkan apabila ada seorang ibu yang dia banyak melakukan dosa, kekeramatan terhadap anaknya tetap berlaku.
“Doa seorang ibu pelaku maksiat terhadap anaknya lebih mustajab dibandingkan doanya seorang ahli ibadah terhadap anak tersebut. Bagi seorang anak, andaikata memiliki seorang ibu berbeda pendapat dengannya bahkan keyakinannya, hal yang wajib dilakukan yakni tetaplah menghormatinya, tidak perlu meniru atau mendukungnya, apalagi sampai kasar terhadapnya,” katanya.
Kemudian, orang tua hendaknya jangan ringan tangan, dikhawatirkan bisa menghilangkan cahaya di wajah anaknya. Selain itu orang tua juga dilarang menjewer telinga anaknya, karena telinga merupakan alat indera yang utama, berguna untuk mendengarkan ilmu dan petuah-petuah dari guru.
“Seperti kisah Syekh Abdurrahman As-Sudais imam Masjidil Haram, yang ketika waktu kecil pernah menaburkan pasir ke dalam hidangan kambing yang akan dihidangkan bagi tamu-tamu orang tuanya. Ibunya yang melihat hanya mengatakan dan mendoakan “Pergilah keluar, semoga Allah menjadikanmu imam Masjidil Haram.”
“Dan benar, apa yang dikatakan ibunya mustajab. Syekh Sudais yang semasa kecilnya nakal kini menjadi imam besar Masjidil Haram. Dengan suara khasnya menggema sampai seluruh dunia,” pungkas Habib Ahmad.
“Alhamdulillah, semua berjalan dengan lancar dan para jamaah masjid juga antusias dalam berpartisipasi untuk memberikan wakaf terbaiknya berupa Al Qur’an lewat komunitas Riau Indonesia mengaji. Semoga bisa tersalurkan dengan tepat dan memberikan yang dampak yang positif. dan kita tentunya juga sama sama mengajak para jamaah untuk terus belajar dan berusaha dekat dengan Al Qur’an lewat tilawah harian, sebab Al Qur’an sebagai pedoman hidup kita,” tutup Sukarno salah satu pengurus Masjid Al Hikmah Bangko Mukti.
Oleh: Abah Hasan