KABARLAH.COM, PEKANBARU – Kehadiran internet dan media sosial telah membawa perubahan besar dalam cara masyarakat berkomunikasi, berekspresi, dan menyampaikan informasi.
Platform ini tidak hanya memberikan ruang yang lebih luas untuk kebebasan berekspresi, tetapi juga menjadi alat penting untuk keterlibatan politik, penyebaran informasi, serta advokasi yang sebelumnya sulit dilakukan melalui media konvensional (Mutsvairo, 2016).
Kehadiran media baru yang sudah menjadi konsumsi keseharian aktivitas masyarakat, tentu memberikan dampak yang sangat besar pada pola kehidupan masyarakat baik itu dalam cara padangan, pengambilan keputusan dan lain sebagainya.
Di Indonesia sendiri, media sosial memainkan peran yang sangat signifikan dalam potret politik, terutama menjelang Pemilu 2024. Platform seperti Instagram, Twitter, TikTok, dan YouTube menjadi ruang bagi individu, kelompok, dan bahkan partai politik untuk berinteraksi langsung dengan masyarakat.
Tidak hanya itu, para influencer atau key opinion leaders (KOL), turut ikut meramaikan dan memanfaatkan popularitas mereka untuk memengaruhi opini publik.
Denganjumlah pengikut yang besar dan keterampilan komunikasi yang mudah diterima dan dimengerti, para influencer mampu menyampaikan pesan-pesan politik secara efektif dan menjangkau berbagai lini kehidupan masyarakat.
Seperti; Rafi Ahmad, Atta Halilintar, Ria Ricis dan lain sebagainya yang memiliki jumlah pengikut di media sosial nya mencapai puluhan juta.
Penggunaan media sosial dalam politik tidak hanya terbatas pada kampanye partai atau kandidat, tetapi juga melibatkan diskusi tentang isu-isu sosial, kebijakan publik, hingga pendidikan pemilih.
Media sosial memungkinkan penyebaran informasi yang lebih cepat, meskipun di sisi lain juga berisiko menjadi sarana penyebaran misinformasi atau hoaks.
Dalam konteks Pemilu 2024, kehadiran media sosial dan para influencer menjadi salah satu faktor kunci untuk memengaruhi dinamika politik dan hasil pemilu. Tak hanya itu, media sosial juga menjadi ajang popolaritas bagi para kandidat maupun partai politik.
Kemampuan masyarakat untuk menerima informasi dari berbagai sumber secara langsung memberikan dimensi baru dalam demokrasi digital.
Namun,tantangan seperti literasi digital, bias informasi, dan potensi polarisasi harus diatasi untuk memastikan media sosial benar-benar menjadi alat yang mendukung demokrasi secara sehat dan inklusif.
Lantas, bagaimana Influenser memainkan peranannya dalam perpolitikan di Indonesia?
- Pemanfaatan Media Sosial dalam Kampanye
a. Platfrom Utama: Instagram, Tik-Tok, Twitter (X)
b. Strategi: Konten Visual, Live Streaming, Interaksi Langsung dengan pemilih
c. Keunggulan: Penyebaran cepat, Personalisasi pesan, Data analitik. - Pengaruh media sosial terhadap opini publik
a. Dinamika Opini Publik: Penyebaran cepat, pembentukan opini lebih cepat dari pada media tradisional
b. Disinformasi: masalah penyebaran hoaks dan disinformasi yang memengaruhi kepercayaan publik dan partisipasi politik - Strategi Influenser dalam Kampanye
a. Peran utama: Komunikator informal, menghubungkan kandidat dan audiesns.
b. Gaya komunikasi: Santai, relatable, menggunakan narasi yang muda di terima dan di pahami oleh khalayak.
Akhir kata, influenser dan media baru memainkan peran besar dalam dunia politik (kampanye pemilu) di indonesia. Influencer, dengan basis pengikut yang besar, sering kali menjadi perantara antara kandidat atau partai politik dengan pemilih.
Mereka mampu menyampaikan pesan kampanye dengan cara yang lebih personal dan relatable, yang sulit dicapai melalui media konvensional. Kepercayaan yang dibangun oleh influencer terhadap audiens mereka membuat rekomendasi atau pandangan politik yang mereka bagikan memiliki pengaruh yang signifikan.
Sementara itu, media baru, seperti platform streaming, podcast, dan konten video pendek, telah merevolusi cara informasi politik disampaikan dan diterima.
Kampanye politik tidak lagi hanya bergantung pada iklan di televisi atau radio, tetapi juga menggunakan strategi konten kreatif di platform seperti YouTube,TikTok, dan Instagram untuk menarik perhatian kelompok pemilih muda dan mereka yang aktif secara digital.
Secara keseluruhan, kombinasi influencer dan media baru tidak hanya mengubah wajah kampanye pemilu di Indonesia, tetapi juga menunjukkan
bagaimana teknologi dan komunikasi modern dapat menjadi alat yang kuat dalam membentuk lanskap politik masa kini.