Oleh : Muhammad Reza ST. MSc, Dr. David Andrio , MSi., dan Katryn Gladiska
KABARLAH.COM, Pekanbaru – Pembangunan infrastruktur merupakan hal penting dalam proses pertumbuhan suatu bangsa baik pada sektor ekonomi, pendidikan, sosial, budaya, pertanian, dan sektor-sektor lainnya.
Pembangunan infrastruktur akan memberikan manfaat yang seluas-luasnya untuk mempersatukan bangsa dari Sabang sampai Merauke, selain itu dapat meningkatkan daya saing antar daerah dan menciptakan pemerataan pembangunan sebagai wujud keadilan sosial bagi seluruh warga Negara Indonesia (KementerianPekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, 2021).
Penggunaan batubara sebagai bahan bakar tidak terlepas dari timbulan limbah. Proses pembakaran batubara menghasilkan limbah FABA yang terdiri dari Fly Ash (Abu Terbang) dan Bottom Ash (Abu Padat). Pada proses pembakaran batubara menghasilkan limbah padat sebesar 5% dari massa batubara.
Dari total 5% limbah padat yang dihasilkan terdiri dari fly ash dengan persentase 80-90% dan bottom ash sebesar 10-20% dari berat total limbah padat (Haryanti, 2015). Limbah FABA batubara masuk dalam kategori limbah Non Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2021 lampiran XIV tentang Penyelenggaraan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.

Setelah dilakukan uji limbah FABA yang berasal dari beberapa PLTU di Indonesia oleh laboratorium independen atas Toxicity Characteristic Leaching Procedure (TCLP) dan Lethal Dose 50 (LD50) diperoleh bahwa FABA tidak mengandung unsur yang membahayakan lingkungan (Adiyudha, 2021).
Fly ash memiliki komponen utama yang terdiri dari besi oksida (Fe2O3), alumina (Al2O3) dan silikat (SiO2). Dari komponen tersebut maka diketahui bahwa fly ash bersifat pozolan yang dapat dimanfaatkan sebagai filler dalam campuran pembuatan bahan bangunan karena memiliki daya lekat yang kuat (Wardani, 2008).
Pozzolan merupakan material yang mengandung senyawa silika (Si) dan alumina (Al), pozzolan dapat bereaksi dengan senyawa Ca (OH)2 yang merupakan hasil reaksi air dan semen. Material ini akan bereaksi dengan kapur bebas yang terdapat pada semen dan air sehingga menjadi padat dan tidak dapat larut dalam air (Mulyati dkk, 2012).
Paving block
Bata beton atau yang biasa disebut paving block adalah salah satu bahan bangunan yang terbuat dari berbagai campuran bahan perekat hidraulis, semen portland, air, agregat dan juga dapat ditambahkanberbagai bahan tanpa mengurangi nilai mutu beton (SNI 03-0691-1996). Paving block digunakan di Indonesia sebagai bahan penutup permukaan tanah trotoar Jakarta di Jalan Thamrin dan terminal bus di Pulogadung sekitar tahun 1977/1978.

Pada saat ini masyarakat Indonesia sudah menggunakan paving block sebagai bahan penutup permukaan tanah dan perkerasan jalan diberbagai tempat (Adibroto, 2014). Pada saat ini pengguna paving block banyak dalam aspek konstruksi karena menjadi alternatif yang dipilih untuk lapis keras penutup permukaan tanah. Beberapa hal yang menjadi pertimbangan bagi penggunaan paving block saat ini yaitu proses pemasangan yang mudah, memiliki nilai estetika dikarenakan paving block tersedia dalam beberapa bentuk, dan juga tergolong dalam material konstruksi yang relatif mudah dalam perawatannya.
Pada umumnya paving block banyak digunakan untuk lapisan penutup permukaan tanah dijalan umum, pinggiran jalan raya (trotoar) dan jalan pedesaan. Selain beberapa daerah yang umum menggunakan paving block tersebut, terdapat beberapa tempat lebih khusus yang juga menggunakan paving block seperti di area industri, taman terbuka, pelabuhan, dan lahan parkir. Paving block termasuk dalam material konstruksi yang ramah lingkungan, karena memiliki daya resapan air yang tinggi. Area yang dipasang paving block akan meloloskan air yang jatuh diatas permukaannya masuk kedalam tanah sehingga tidak terjadi penggenangan air (Basuki dkk, 2019).
Syarat Mutu Paving Block
Berdasarkan SNI 03-0691 (1996) paving block mempunyai beberapa syarat mutu yang harus terpenuhi agar paving block yang akan digunakan sesuai dengan SNI, adapun syarat mutu tersebut yaitu sebagai berikut:
a. Sifat Tampak
Paving block harus memiliki permukaan yang tampak rata, tidak terdapat bagian yang cacat dan retak- retak pada setiap sudutnya serta tidak mudah direpihkan dengan hanya kekuatan jari tangan.
b. Ukuran
Paving block harus dibuat dengan ukuran dengan ketebalan minimum 60 mm dan toleransi ketebalan + 8% dari berat minimum.
c. Sifat Fisika
Paving block harus memiliki sifat fisika yang perlu diperhatikan. Adapun sifat-sifat ini yang dijadikan penentu dalam klasifikasi paving block tersebut yaitu sebagai berikut:
Kekuatan fisis paving block | |||||||
Mutu | Kuat Tekan | Ketahanan aus | Penyerapan Air Rata-Rata Maks. | ||||
(MPa) | (mm/menit) | % | |||||
Rata-Rata | Min. | Rata-rata | Min. | ||||
A | 40 | 35 | 0,09 | 0,103 | 3 | ||
B | 20 | 17 | 0,13 | 0,149 | 6 | ||
C | 15 | 12,5 | 0,16 | 0,184 | 8 | ||
D | 10 | 8,5 | 0,219 | 0,251 | 10 | ||
Sumber: SNI 03-0691-1996 |
Silica Fume
Berdasarkan ASTM C 1240 (1995) silica fume adalah material pozolan dengan partikel halus, yang memiliki komposisi silika yang tinggi dan merupakan limbah produksi silicon atau alloy besi silicon yaitu gabungan microsilica dengan silica fume. Silica fume termasuk dalam mineral admixture. Sifat kimia dan fisika yang dimiliki silica fume menjadikannya memiliki 2 fungsi apabila dijadikan sebagai admixture campuran beton yaitu dapat berfungsi sebagai bahan pozolan dan filler. Silica fume memiliki ukuran partikel berkisar 1/100 ukuran semen. Ukuran yang kecil menjadikan silica fume dapat mengisi rongga pada campuran beton sehingga beton yang dihasilkan memiliki kuat tekan dan impermeabilitas yang tinggi (Hapsari dkk, 2017).
Kuat tekan paving block dengan memanfaatkan limbah fly ash batubara dan admixture silica fume
Pada penelitian ini, dilakukan pengujian kuat tekan terhadap paving block saat umur benda uji 14 hari dan 28 hari dengan tujuan mengetahui peningkatan nilai kuat tekan paving block pada interval umur uji tersebut. Pengujian pada umur benda uji 14 hari dan 28 hari berdasarkan yang tercantum pada SNI 03-0691-1996 bahwa kuat tekan paving block akan mengalami pengerasan dan pematangan semen setelah melalui 7 hari masa perawatan. Pengujian kuat tekan paving block bentuk balok dengan dimensi 10 cm x 10 cm x 6 cm.
Kuat tekan paving block dengan memanfaatkan limbah fly ash batubara dan admixture silica fume dapat meningkatkan mutu kuat tekan paving block pada komposisi optimal 30% umur 28 hari sebesar 19,13 MPa. Nilai kuat tekan tertinggi diperoleh paving block dengan variasi fly ash 30% pada umur benda uji 28 hari sebesar 19,13 MPa berada pada mutu paving block B.