KABARLAH.COM, Taipei – Otoritas Taiwan kembali melaporkan aktivitas penyusupan oleh belasan pesawat tempur China ke dalam zona pertahanan udaranya. Dilaporkan sedikitnya 18 jet tempur dan pesawat pengebom China mengudara hingga ke dalam zona pertahanan udara Taiwan dalam sehari, atau sepanjang Jumat (6/5) waktu setempat.
Seperti dilansir AFP, Sabtu (7/5/2022), otoritas Taiwan menyebutnya sebagai penyusupan terbesar kedua sepanjang tahun ini.
Taiwan diketahui terus-menerus berada di bawah ancaman invasi China, yang menganggap pulau dengan pemerintahan demokratis itu sebagai bagian dari wilayahnya yang akan direbut kembali suatu hari nanti, dengan paksa jika perlu.
Pada kuartal terakhir tahun 2021 lalu, terjadi kenaikan dalam aktivitas penyusupan oleh Taiwan ke dalam Zona Identifikasi Pertahanan Udara (ADIZ), dengan penyusupan terbesar dalam sehari terjadi pada 4 Oktober ketika total 56 pesawat militer China memasuki zona tersebut.
Kementerian Pertahanan Taiwan dalam pernyataannya menyebut ada 18 pesawat tempur China, yang termasuk 12 jet tempur J-11 dan J-16, juga dua pesawat pengebom H-6, yang masuk ke ADIZ pada Jumat (6/5) waktu setempat.
ADIZ tidak sama dengan wilayah udara teritorial Taiwan dan mencakup area yang lebih besar yang tumpang tindih dengan ADIZ milik China sendiri.
Menurut database AFP, itu menjadi penyusupan terbesar kedua dalam sehari sepanjang tahun ini, setelah 39 pesawat tempur China mengudara ke zona pertahanan Taiwan pada 23 Januari lalu.
Kementerian Pertahanan Taiwan menyatakan pihaknya mengerahkan sejumlah jet tempur untuk memberikan peringatan dan mengerahkan sistem rudal pertahanan udara untuk melacak pesawat-pesawat militer China.
Taiwan baru mulai mempublikasikan data soal aktivitas penyusupan oleh pesawat China pada September 2020.
Bulan Oktober 2021 tetap menjadi bulan tersibuk, dengan 196 penyusupan terjadi dan sekitar 149 penyusupan di antaranya dilakukan hanya dalam empat hari saat Beijing memperingati Hari Nasional.
China meningkatkan tekanan pada Taiwan sejak Presiden Tsai Ing-wen terpilih tahun 2016, di mana dia menganggap Taiwan sebagai negara berdaulat dan bukan bagian wilayah China.