KABARLAH.COM, Pekanbaru – Menimbang bulan permulaan dalam kalender Islam, 1 Muharram momen terbaik untuk merefleksi diri, komunitas, masyarakat dan kehidupan berbangsa. Terlebih Muharram bulan dimuliakan Allah SWT. Sayangnya, berbeda dengan tahun baru masehi yang kerap dirayakan secara meriah dan tak jarang disponsori Pemerintah Daerah (Pemda) dan pihak swasta, tidak demikian halnya perayaan tahun baru Islam. Kendati ada menyemarakkan, namun tak sebanyak jelang tahun baru masehi. Kurangnya antusiasme pastinya bukan pertanda baik. Apalagi di negeri yang katanya mayoritas pemeluk agama Islam. Padahal maknanya luar biasa. Ditarik ke belakang, penetapan Tahun Baru Islam mengacu ke peristiwa hijrahnya Nabi Muhammad SAW bersama pengikutnya dari Makkah ke Madinah.
Hijrah merupakan fase terpenting. Membawa perubahan orientasi beragama ke arah transformatif. Menghadirkan berbagai langkah strategis, komprehensif dan solutif. Menyasar setiap lini dan dimensi problematika kehidupan. Inilah pondasi yang kemudian melahirkan peradaban fenomenal. Dari semula terisolir di gurun pasir nan gersang, hidup jahiliyah dan terbelakang serta sama sekali tidak diperhitungkan, memunculkan kekuatan yang menggeser peradaban superpower masa itu yakni Romawi dan Persia. Peradaban Islam juga kiblat ilmu pengetahuan dan magnit para pelajar Eropa abad pertengahan. Maka, aneh mendapati sekelompok orang gemar memojokkan Islam. Menganggap ajarannya membawa surut ke belakang. Orang berkata demikian justru mempertontonkan minimnya literasi.
Ketidahtahuan tentang sejarah memicu berkembangnya tuduhan sesat. Kita sering disuguhkan pertanyaan, kalau dulu Islam pernah berjaya lantas kenapa kini kondisi negara-negara dihuni mayoritas muslim malah sebaliknya? Jawabannya karena umatnya sudah jauh dari ajaran Islam. Kuatnya keyakinan dan komitmen membuat Islam masa lalu memiliki pengaruh luar biasa (trendsetter). Dalam konteks kalender misalnya, Umat Islam terdahulu begitu percaya diri merumuskan sistem penanggalan sendiri. Hadirnya kalender hijriyah pada hakikatnya pelajaran kepada umat untuk tidak minder. Memupuk sifat tadi sangat penting. Tanpa keyakinan kuat bagaimana mungkin mau menawarkan konsep Islam sebagai solusi atas kehidupan?
Tak heran belakangan kita dihadapkan pada menjamurnya kerusakan mental dan moral berikut kejadian di luar nalar. Paradoks dimana-dimana. Contoh paling hangat Indonesia negara pemain judi online terbanyak se dunia. Melibatkan mulai kalangan dewasa hingga anak-anak; berbagai profesi mencakup aparatur negara. Kejahatan berkolaborasi dan saling melindungi dari atas ke bawah. Pemimpin lebih disibukkan mengurus kepentingan keluarga dan kelompoknya, sedang rakyat dibiarkan memikul beban semakin berat. Rakyat pun sama, sebagian begitu mudah diiming-imingi tanpa peduli bibit dan bobot pemimpinnya. Selain itu sedikit orang yang mau menegakkan amar makruf nahi mungkar. Asbab ragu dan takut. Banyak diam menakala menyaksikan kemungkaran dan kezaliman terang-terangan di depan mata. Bahkan lebih ironis lagi memuja dan menyanjung pelakunya. Orang jujur dihina sementara pembohong dianggap mulia.
Apabila sudah begini bagaimana mungkin mau berharap kehidupan lebih baik? Padahal di sebuah hadist Rasulullah bersabda: “Hendaklah kamu beramar makruf (menyuruh berbuat baik) dan benahi mungkar (melarang berbuat jahat). Kalau tidak, maka Allah akan menguasakan atasmu orang-orang yang paling jahat di antara kamu, kemudian orang-orang yang baik-baik di antara kamu berdoa dan tidak dikabulkan (doa mereka)” (HR. Abu Dzar). Ketika kejahatan dan kezaliman mendominasi, perlahan kebaikan pun akan tergerus dan orang-orang semula baik bukan tak mungkin merasakan dampak negatif.
Ibrah
Oleh karena itu penting mendalami esensi dibalik tahun baru Hijriyah. Sama halnya peristiwa bersejarah lain, tersimpan pelajaran berharga. Bak kata sosiolog termahsyur Ibnu Khaldun: sejarah terus berulang. Era boleh berganti, tapi inti permasalahan selalu sama. Bangsa kita sejak dulu punya kesungguhan melakukan perubahan ke arah lebih baik. Melawan penjajah menginjak martabat manusia, pernah membenci praktik penyalahgunaan kekuasaan dan pengkhianatan di Orde Lama dilanjutkan menumbangkan rezim Orde Baru karena KKN. Namun mengapa sensitivitas terhadap perbuatan buruk mulai memudar? Memang fenomena naik dan surut kualitas peradaban suatu bangsa perkara biasa. Akan tetapi jangan lalai berbenah. Perubahan ke arah lebih baik perlu ditempuh. Rintangan menghadang adalah konsekuensi logis.
Rasulullah sudah jauh-jauh hari mengingatkan bahwa akan datang suatu masa orang yang bersabar berpegang pada agamanya seperti menggenggam bara api (HR. AtTirmidzi). Agama dimaksud bukan semata ibadah ritual. Segala bentuk kebenaran dan kebaikan pada dasarnya bagian dari agama. Oleh karenanya, semakin baik agama seorang muslim semestinya bertambah kepedulian ke lingkungan sekitar. Segi kemanusiaan mengasihani saudara yang kekurangan termasuk meluruskan kekeliruan dan ketidakadilan. Mumpung memasuki tahun baru 1 Muharram 1446 Hijriah, momentum tepat mengkalibrasi semangat untuk terus berupaya menjadi pribadi baik. Menebar pesan dan amal konstruktif sesuai kapasitas dan kemampuan masing-masing. Semoga usia diberikan Allah SWT dapat bermanfaat. Bahwasanya seseorang dikatakan berumur panjang jika hidupnya produktif dan berdampak positif. Sebagaimana materi ceramah sering didengar, orang dipanjangkan usia tapi amal kebajikannya sedikit atau tidak produktif maka itulah sesunggungnya manusia bangkrut di dunia. Lafii khusrin sebagaimana firman Allah SWT dalam Alquran.
Dr. (H.C.) H. SOFYAN SIROJ ABDUL WAHAB, LC, MM. ANGGOTA DPRD PROVINSI RIAU
Discussion about this post