KABARLAH.COM, Jakarta – Presiden Zambia yang baru menjabat mengaku terkejut dengan temuan tingkat korupsi “mengerikan” yang berhasil dideteksi pemerintahanya sejak menjabat lebih dari seminggu yang lalu.
“Orang-orang masih mencoba melakukan pergerakan dana di menit-menit terakhir, yang tidak sah, yang bukan milik mereka,” kata Presiden Zambia Hakainde Hichilema kepada BBC dilansir Rabu (1/9/2021).
Dia mengalahkan saingannya Edgar Lungu dalam pemilihan presiden bulan lalu.
Hichelema tidak menyebutkan nama pejabat dari pemerintahan sebelumnya. Tapi Lungu telah membantah semua tuduhan penyelewengan.
BBC telah mendekati partainya untuk memberikan komentar.
Lungu memerintah negara kaya tembaga itu sejak 2015. Dia secara luas dipuji atas kelancaran transisi kekuasaan ke Hichilema, yang memenangkan kursi kepresidenan setelah lima kali gagal.
Kas negara “kosong”
Hichilema memenangkan pemilihan dengan janji untuk mengatasi korupsi. Dia juga bertekad mengakhiri krisis keuangan dan ekonomi yang terlihat dari membengkaknya utang Zambia.
Dalam wawancara dengan BBC, presiden baru negara Afrika itu menggambarkan kondisi perbendaharaan negaranya sebagai “benar-benar kosong”.
Menurutnya, “lubangnya (defisit keuangan) jauh lebih besar dari yang kami harapkan” dan situasi utang belum “diungkapkan sepenuhnya” oleh pemerintah sebelumnya.
“Sayangnya ada banyak kerusakan,” kata Hichilema.
Dia menambahkan bahwa pemerintahnya akan menunjukkan “toleransi nol” terhadap korupsi, dan akan segera menyelesaikan apa yang dia sebut sebagai pergerakan dana ilegal.
“Saya tidak ingin mendahului, tetapi apa yang kami ambil (pemerintahan) mengerikan,” kata presiden itu.
“Anda mungkin merasa tidak ada yang bisa melakukan hal seperti itu (korupsi besar-besara), tapi itu sudah terjadi. Orang-orang telah melakukannya. Mereka masih mencoba melakukan sesuatu sekarang.”
Hichilema telah menunjuk ekonom dan mantan penasihat Dana Moneter Internasional (IMF) Situmbeko Musokotwane sebagai menteri keuangan.
“Kecuali kita melakukan sesuatu terhadap anggaran, maka anggaran tersebut akan digunakan terutama untuk membayar gaji dan juga membayar utang,” kata Musokotwane seperti dikutip oleh kantor berita Reuters segera setelah pengangkatannya.
Zambia berutang kepada pemberi pinjaman asing sekitar 12 miliar dollar AS (Rp 170,8 triliun), menurut laporan sebelumnya.
Itu menghabiskan setidaknya 30 persen dari pendapatannya untuk pembayaran bunga pinjaman, menurut perusahaan pemeringkat kredit S&P Global.
Tahun lalu, Zambia melewatkan pembayaran bunga, menjadikannya sebagai negara Afrika pertama yang gagal membayar pinjaman selama pandemi Covid-19.
Negara ini juga menghadapi kesulitan membayar pinjaman lainnya.
Discussion about this post